Kamis, 27 Oktober 2022

Indonesia Launches Second Home Visa

(iStock)

By:
Team of Hukumindo

Previously, the www.hukumindo.com platform has talk about "M. Assegaf: Membela Klien Tidak Pandang Bulu", "Knowing the Terms of Visiting Visa in Indonesia", you may read also "Does Indonesia Implementing Citizenship By Investment?" and on this occasion we will discuss about 'Indonesia launches second home visa'.

About Second Home Visa

The Directorate General of Immigration at the Ministry of Law and Human Rights (Kemenkumham) has officially launched a second home visa policy. It is believed to be able to boost tourist visits. Acting Director General (Dirjen) Immigration Widodo Ekatjahjana hopes that apart from tourists, second home visas can increase the number of foreign businessmen coming to Indonesia. With the Visa on Arrival (VoA) alone, Non-Tax State Revenue (PNBP) from this policy generates IDR 300 billion as of October 1, 2022.[1]

"Yes, we hope as many as possible come to Bali," said Widodo Ekatjahjana accompanied by the Head of the Regional Office of the Ministry of Law and Human Rights (Kemenkum HAM) Bali Anggiat Napitupulu, after launching a second home visa at Finns Beach Club, Canggu, North Kuta, Badung,  Tuesday (10/25/2022). Anggiat Napitulu said that since the implementation of the latest VoA, there have been around 11,000 foreigners (foreign citizens) who have only entered Bali. "It has been more than 300 billion rupiah with VoA until October 1, 2022," said Anggiat.[2]

With this policy, said Anggiat, the second home visa is expected to attract elderly foreign tourists. "If only VoA is very short for them, while we know that in their country, they have capital," said Anggiat. The segmentation target that leads to businessmen, said Widodo, is very wide open, in addition to elderly foreign tourists who can stay up to 5-10 years in Indonesia, especially Bali. "So we attract them to spend money in Indonesia," he said. The subject of the second home visa is certain foreigners or ex-WNI who want to stay and contribute positively to the Indonesian economy. With this visa, foreigners can stay for 5 (five) or 10 (ten) years and carry out various activities, such as investment and other activities.[3]

Second Home Visa Requirements

Applications for a second home visa can be done easily through a website-based application (visa-online.imigration.go.id). The required documents are as follows. The application for a Second Home Visa is submitted by a foreigner or guarantor to the designated Immigration Officer at the Directorate General of Immigration through an application by attaching:[4]
  1. Nationality Passport that is valid and still valid for a minimum of 36 (thirty six) months;
  2. Proof of Fund in the form of an account owned by a foreigner or Guarantor with a value of at least Rp 2,000,000,000 (two billion rupiah) or equivalent;
  3. Recent color photograph with a size of 4 cm x 6 cm (four centimeters by six centimeters) with a white background;
  4. Curriculum Vitae (Curriculum Vitae);
  5. Marriage Certificate and Birth Certificate (for followers);
  6. After 30 days in Indonesia, it is mandatory to register a Limited Stay Permit (ITAS);
  7. Make a statement containing: "-My followers and I will respect Pancasila and the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia; -My followers and I will not spread ideas, ideologies, and teachings that are contrary to Pancasila, the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia and laws and regulations; -That my followers and I will respect the ethics, customs and religious harmony prevailing in the territory of the Unitary State of the Republic of Indonesia; -That my followers and I are willing to participate in maintaining public order in society; and -My followers and I are willing to obey all laws and regulations in the territory of Indonesia".
Second Home Visa Rates

The non-tax state revenue (PNBP) rate for second home visas is Rp. 3,000,000,- according to the provisions in Minister of Finance Regulation (PMK) Number 2 of 2022. Payment of PNBP rates for second home visas can be made outside the territory of Indonesia through the PNBP payment portal which available.[5]

"This rule will later attract billionaires to enjoy their old age in Indonesia while working. Their presence is expected to help move the Indonesian economy and absorb jobs. The world's rich people," said Acting Director General of Immigration Widodo Ekatjahjana.[6] According to the author, although Indonesia does not implement citizenship by investment, this Second Home Visa can be a commensurate offer. And if you have any legal issue with this topic, contact us then, feel free in 24 hour, we will be happy to assist you. 


*) For further information please contact:
Mahmud Kusuma Advocate
Law Office
Jakarta - Indonesia.
E-mail: mahmudkusuma22@gmail.com

________________
References:

1. "Second Home Visa Diluncurkan, Turis Berduit Bisa Tinggal 10 Tahun di Indonesia", www.detik.com., Diakses padad tanggal 27 Oktober 2022, https://travel.detik.com/travel-news/d-6369167/second-home-visa-diluncurkan-turis-berduit-bisa-tinggal-10-tahun-di-indonesia
2. Ibid.
3. Ibid.
4. "Kabar Gembira Buat Milarder Dunia! Indonesia Rilis Aturan Visa Rumah Kedua", www.detik.com., Diakses pada tanggal 27 Oktober 2022, https://travel.detik.com/travel-news/d-6368126/kabar-gembira-buat-milarder-dunia-indonesia-rilis-aturan-visa-rumah-kedua
5. Ibid.
6. Ibid.

Rabu, 19 Oktober 2022

M. Assegaf, Membela Klien Tidak Pandang Bulu

(Detik.com)

Oleh:
Tim Hukumindo

Pada kesempatan yang lalu platform www.hukumindo.com telah membahas mengenai "Barack Obama Dan Sekilas Karirnya Sebagai Pengacara", "Secuil Kisah Beracara Abraham Lincoln", "Problematika dalam Proses Pengangkatan dan Penyumpahan Advokat di Indonesia" dan "Mr. Iskak Tjokroadisurjo, Membuka Kantor Hukum Pertama di Batavia", pada kesempatan ini akan dibahas mengenai 'M. Assegaf, Membela Klien Tidak Pandang Bulu'. Setelah sebelumnya banyak membahas mantan presiden Amerika Serikat yang mempunyai latar belakang sarjana hukum dan bahkan yang pernah berprofesi sebagai Advokat/Pengacara, pada kesempatan ini, penulis mengajak sidang pembaca untuk mengingat kembali tokoh-tokoh advokat tanah air.

Biografi Singkat

Mohammad Assegaf merupakan pengacara senior yang menangani beragaman kasus, mulai dari perlindungan HAM hingga membela pihak yang diduga melanggar HAM. Dia memulai karirnya sebagai pengacara di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), yang merupakan induk LBH Jakarta, bersama dengan Adnan Buyung Nasution pada tahun 1970-an. Dia kemudian melanjutkan karirnya dengan membuka kantor pengacara sendiri, yakni Kantor Advokat dan Penasehat Hukum Mohammad Assegaf SH.  Namanya semakin tenar di publik setelah didapuk sebagai pengacara tokoh-tokoh besar sekaligus kontroversial. Pilihannya itu mendapatkan kritikan dari khalayak, termasuk dari tempat ia mengawali karir.[1] Mohammad Assegaf pernah membela tokoh kontroversial, di antaranya Soeharto dan Pollycarpus, Pilot maskapai penerbangan Garuda dalam kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir, pada tahun 2004. Advokat senior Indonesia ini telah meninggal dunia pada hari Selasa, tanggal 22 Juni 2021.

Membela Klien Tidak Pandang Bulu

Dalam menerima permintaan klien, Dia tidak pandang bulu dan tidak membeda-bedakan kasus. Ia mengedepankan profesionalisme. Ketika membela Habib Rizieq pada 2008 silam, ia berujar, “Saya tidak melihat latar belakang dari perkara yang akan saya tangani. Itu profesi dan kewajiban saya sebagai seorang pengacara.”[2] 

Baginya, membela orang yang membutuhkan bantuan hukum juga bukan hanya soal bayaran. Assegaf mengatakan, ketika ia diminta untuk membela keadilan untuk keyakinan dan klien tidak mampu membayar, ia akan memberikan jasanya secara gratis. “Kadang saya tidak dibayar, sebaliknya saya yang mengeluarkan uang. Itulah tanggung jawab saya kepada pekerjaan,” ucapnya.[3] Anda yang membaca artikel ini layak berguru kepada ketokohannya jika menekuni profesi yang sama. 

M. Assegaf Dimata Yusril Ihza Mahendra

Yusril Ihza Mahendra, mengenang Mohammad Assegaf sebagai sosok yang senang bergurau. Tidak hanya itu, Yusril mengaku sebagai junior, ia banyak belajar dari Assegaf, mengenai bagaimana menjadi advokat yang baik.[4] Menurut Yusril, tokoh yang dikenal sebagai pengacara mantan Presiden Soeharto dan keluarganya itu berada di rumah duka Jalan Kalibata Utara 2 Nomor 20, Pancoran, Jakarta Selatan. Dia ingat terakhir kali komunikasi dengan M Assegaf, dua pekan lalu, tepatnya pada 6 Juni 2021. "Tanggal 6 Juni kemarin, becanda-becanda. Emang kan orangnya suka bercanda," pungkasnya.[5]

Suatu hari penulis melakukan pendampingan klien di Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta dalam perkara tindak pidana Korupsi, dan kebetulan satu ruangan dengan alm., kesan penulis adalah beliau berperawakan ramping dengan kacamata yang dikenakannya sungguh khas, juga alm. juga aktif bercerita. Waktu itu penulis tidak sempat menyapa atau mengobrol, hanya berada dalam satu ruangan yang sama.
____________________
References:

1. "Mohammad Assegaf, Pengacara Senior yang Kerap Tangani Kasus-Kasus Kontroversial", www.kliklegal.com., Diakses pada tanggal 10 Oktober 2022, https://kliklegal.com/mohammad-assegaf-pengacara-senior-yang-kerap-tangani-kasus-kasus-kontroversial/
2. Ibid.
3. Ibid.
4. Ibid.
5. "Yusril Mengenal Muhammad Assegaf sebagai Pengacara yang Suka Bercanda", sindonews.com., Diakses pada tanggal 10 Oktober 2022, https://nasional.sindonews.com/read/463348/15/yusril-mengenal-muhammad-assegaf-sebagai-pengacara-yang-suka-bercanda-1624359984

Selasa, 18 Oktober 2022

Barack Obama Dan Sekilas Karirnya Sebagai Pengacara

(gettyimages)

Oleh:
Tim Hukumindo

Pada kesempatan yang lalu platform www.hukumindo.com telah membahas mengenai "Sekilas Karir Hukum Bill Clinton", "Sekilas Karir Thomas Jefferson Sebagai Pengacara" dan "Problematika dalam Proses Pengangkatan dan Penyumpahan Advokat di Indonesia", pada kesempatan ini akan dibahas mengenai 'Barack Obama Dan Sekilas Karirnya Sebagai Pengacara'. Pada bagian ini masih akan membahas mengenai presiden-presiden dari negara Amerika Serikat yang berlatar belakang pengacara atau sarjana hukum. Sebenarnya ada 26 (60% lebih) mantan presiden Amerika Serikat yang mempunyai latar belakang sarjana hukum atau pernah berprofesi sebagai Pengacara/Advokat, akan tetapi menemukan sumber bacaan yang fokus terhadap sejarah karir hukum atau karir Pengacara/Advokatnya bukanlah pekerjaan yang mudah.

Menurut salah satu laman, ke-26 mantan presiden Amerika Serikat yang mempunyai latar belakang sarjana hukum atau pernah berprofesi sebagai Pengacara/advokat adalah sebagai berikut (sudah termasuk yang telah dibahas dalam artikel-artikel situs kami ini):[1]
  1. John Adams, 
  2. Thomas Jefferson, 
  3. James Madison, 
  4. John Quincy Adams, 
  5. Martin Van Buren, 
  6. John Tyler, 
  7. James K. Polk, 
  8. Millard Fillmore, 
  9. Franklin Pierce, 
  10. James Buchanan, 
  11. Abraham Lincoln, 
  12. Rutherford B. Hayes,
  13. James Garfield, 
  14. Chester A. Arthur, 
  15. Grover Cleveland, 
  16. Benjamin Harrison, 
  17. William McKinley, 
  18. William Howard Taft, 
  19. Woodrow Wilson, 
  20. Calvin Coolidge, 
  21. Franklin D. Roosevelt, 
  22. Lyndon B. Johnson, 
  23. Richard M. Nixon, 
  24. Gerald R. Ford, 
  25. William J. Clinton, dan 
  26. Barack Obama.

Di negara Amerika Serikat, profesi hukum cukup bergengsi, dan dari sejarahnya, Presiden Amerika Serikat yang berlatar belakang sarjana hukum maupun pernah berprofesi sebagai Advokat/Pengacara telah dimulai sejak era Presiden John Adams dan berlangsung silih berganti hingga kini. Sebagai catatan, artikel-artikel mengenai mantan presiden Amerika Serikat yang mempunyai latar belakang sarjana hukum atau pernah berprofesi sebagai Pengacara/Advokat penulis akhiri sampai dengan artikel ini.

Biografi Singkat

Barack Hussein Obama II (/bəˈrɑːk huːˈseɪn oʊˈbɑːmə/ (simak); lahir 4 Agustus 1961) adalah seorang politikus Amerika yang menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat ke-44. Ia merupakan orang Afrika Amerika (Afro-America) pertama yang menempati jabatan tersebut. Lahir di Honolulu, Hawaii, Obama merupakan lulusan Universitas Columbia dan Harvard Law School, tempat ia menjadi presiden Harvard Law Review. Ia dulunya seorang penggerak masyarakat di Chicago sebelum mendapat gelar hukumnya. Ia bekerja sebagai jaksa hak-hak sipil di Chicago dan mengajar hukum konstitusi di University of Chicago Law School sejak 1992 sampai 2004. Ia tiga kali mewakili Distrik ke-13 di Senat Illinois mulai tahun 1997 hingga 2004, namun tidak lolos ke tahap Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat tahun 2000.[2]

Pada tahun 2004, Obama mendapat perhatian nasional saat berkampanye mewakili Illionis di Senat Amerika Serikat melalui kemenangannya pada pemilu pendahuluan Partai Demokrat bulan Maret, pidatonya di Konvensi Nasional Demokrat bulan Juli, dan pemilihannya sebagai Senat pada bulan November. Ia memulai kampanye presidennya tahun 2007, dan pada tahun 2008, setelah kampanye pendahuluan melawan Hillary Rodham Clinton, Obama memenangkan mayoritas suara delegasi dalam pemilu pendahuluan partai Demokrat untuk dijadikan calon presiden. Ia kemudian mengalahkan calon dari Partai Republik John McCain dalam pemilihan umum presiden tahun 2008, dan dilantik sebagai presiden pada tanggal 20 Januari 2009. Sembilan bulan kemudian, Obama dinyatakan sebagai pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2009. Ia terpilih lagi sebagai presiden pada November 2012, mengalahkan Mitt Romney dari Partai Republik, dan dilantik untuk kedua kalinya pada tanggal 20 Januari 2013.[3]

Pada masa jabatan pertamanya, Obama mengesahkan undang-undang stimulus ekonomi sebagai tanggapan terhadap resesi 2007–2009 di Amerika Serikat dalam bentuk American Recovery and Reinvestment Act of 2009 dan Tax Relief, Unemployment Insurance Reauthorization, and Job Creation Act of 2010. Inisiatif besar dalam negeri lainnya pada masa pemerintahannya adalah Patient Protection and Affordable Care Act; Dodd–Frank Wall Street Reform and Consumer Protection Act; Don't Ask, Don't Tell Repeal Act of 2010; Budget Control Act of 2011; dan American Taxpayer Relief Act of 2012. Di bidang kebijakan luar negeri, Obama mengakhiri keterlibatan militer A.S. dalam Perang Irak, menambah jumlah tentara di Afganistan, menandatangani perjanjian pengendalian senjata New START bersama Rusia, memerintahkan intervensi militer A.S. di Libya, dan melaksanakan operasi militer yang berujung pada kematian Osama bin Laden. Pada bulan mei 2012, ia menjadi presiden A.S. pertama yang mendukung pengesahan pernikahan sesama jenis secara terbuka.[4] Sidang pembaca yang budiman tentu sudah tahu bahwa mantan presiden Amerika Serikat ini mempunyai darah Indonesia dan bahkan pernah tinggal di Jakarta sewaktu kecil.

Sekilas Karirnya Sebagai Pengacara

Obama menempuh pendidikan sarjananya di Columbia University di Fakultas Ilmu Politik dengan jurusan hubungan internasional. Lulus dari situ, Obama masuk ke Harvard Law School. Ia menyelesaikan studinya dengan predikat magna cum laude. Obama sempat menjabat sebagai Presiden Harvard Law Review, jurnal hukum resmi milik Harvard University. Di media itu, Obama duduk sebagai editor. Begitu lulus kuliah, Obama bekerja sebagai pengacara publik di Chicago.[5]

Sebelum jadi politisi dan menjabat Presiden AS, Obama hanyalah seorang pengacara biasa. Dia bekerja sebagai pengacara di Chicago, AS. Itu pun bukanlah kantor pengacara papan atas Amerika. Obama hanya bekerja di law firm yang biasa-biasa saja. Peran Obama kala menjadi lawyer sempat ditulis laman www.suntimes.com. Di situs itu, terbeberkan bahwa Obama itu tipe pengacara yang lugu di ruang sidang. Dia tak beringas, tak pula berapi-api. Obama bukan tipikal pengacara agresif seperti dalam film besutan Hollywood, Devil's Advokat maupun Class Action.[6]

Praktis Obama hanya seorang pengacara yang cuma di belakang meja. Obama juga dianggap sebagai pengacara yang bertipe kuat dan pendiam. Kala berkenalan dengan kliennya, Obama kalem. Kemudian dia berdiri di samping dan membiarkan pengacara lain yang berbicara di persidangan. Obama hanya duduk di belakang meja. Obama sempat delapan tahun bekerja di kantor pengacara Miner, Barnhill, & Galland. Di situ dia hanya meneliti hukum atau undang-undang atau merancang strategi-strategi dalam menyelesaikan perkara. Praktis Obama tak pernah beraksi di persidangan, berperan sebagai pengacara yang lihai membela kliennya di pengadilan.[7]

Kantor pengacara tempatnya bekerja itu tergolong tak besar. Itu law firm kecil di Chicago. Obama bisa bergabung di situ berkat ajakan Charler J. Barhhill Jr. Dia salah satu pengacara senior di kantor itu. Bahkan Judsun Miner, salah seorang pemilik kantor pengacara itu juga sempat mengeluhkan Obama. "Dia menulis banyak legal memorandum, tapi dia tidak mau mencoba beberapa kasus yang ada (untuk beracara di pengadilan)," katanya. Selama jadi pengacara, Obama hanya berpraktik di Pengadilan Federal di Chicago. Sepanjang kariernya sebagai pengacara, hanya 10 kasus yang ditanganinya. Lima kasus ditangani di pengadilan negeri (PN) dan lima kasus ditangani pengadilan tingkat banding. Namun, Miner mencatat ada 30 kasus yang mendapat sentuhan tangan dingin Obama.[8]

Beranjak dari dunia advokat, dia terjun ke bidang politik. Obama bergabung ke Partai Demokrat. Kariernya ternyata cemerlang, sampai bisa duduk sebagai Presiden AS. Sebagai politisi, dia terbilang sukses.[9] 
____________________
References:

1. "Dari 44 Presiden Amerika Serikat 26 Diantaranya Berprofesi Sebagai Pengacara Sebelum Menjadi Presiden", www.kai.or.id., Diakses pada tanggal 15 Oktober 2022, https://www.kai.or.id/berita/18918/dari-44-presiden-amerika-serikat-26-diantaranya-berprofesi-sebagai-pengacara-sebelum-menjadi-presiden.html
2. "Barack Obama", id.wikipedia.org., Diakses pada tanggal 15 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Barack_Obama
3. Ibid.
4. Ibid.
5. "Saat Jadi Pengacara, Obama Ternyata Lugu", www.inilah.com., Diakses pada tanggal 15 Oktober 2022, https://www.inilah.com/saat-jadi-pengacara-obama-ternyata-lugu
6. Ibid.
7. Ibid.
8. Ibid.
9. Ibid.

Senin, 17 Oktober 2022

Sekilas Karir Hukum Bill Clinton

(gettyimages)

Oleh:
Tim Hukumindo

Pada kesempatan yang lalu platform www.hukumindo.com telah membahas mengenai "[Jika] Saya Kuasa Hukum Lesti Kejora", "Secuil Kisah Beracara Abraham Lincoln" dan "Problematika dalam Proses Pengangkatan dan Penyumpahan Advokat di Indonesia", pada kesempatan ini akan dibahas mengenai 'Sekilas Karir Pengacara Bill Clinton'. Pada bagian ini masih akan membahas mengenai presiden-presiden dari negara Amerika Serikat yang berlatar belakang pengacara atau sarjana hukum.

Biografi Singkat 

William Jefferson Clinton (lahir 19 Agustus 1946 dengan nama William Jefferson Blythe III) adalah Presiden Amerika Serikat ke-42. Ia menjabat dua kali masa jabatan periode 20 Januari 1993 hingga 20 Januari 2001. Sebelum terpilih menjadi presiden, Clinton selama sekitar 12 tahun adalah Gubernur Arkansas yang ke-40 dan ke-42. Istrinya, Hillary Rodham Clinton, adalah Senator dari daerah pemilihan New York. Clinton mendirikan yayasan William J. Clinton Foundation dan menjadi ketuanya. Clinton adalah Presiden Amerika Serikat dari partai Demokrat (Amerika Serikat).[1]

Pada masa pemerintahan Clinton, rakyat AS menikmati perdamaian dan kesejahteraan ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan periode manapun dalam sejarah AS. Pada tahun 1998, Clinton hendak dimakzulkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat, menjadi Presiden AS ke-2 yang hendak dimakzulkan setelah Andrew Johnson. Hal ini kemudian tidak terwujud, sehingga ia menyelesaikan masa jabatannya kedua secara utuh.[2]

Masa kepresidenan. Clinton dan pasangannya dalam permilihan presiden, Senator Al Gore dari Tennessee, yang pada saat itu berusia 44 tahun, mewakili generasi baru dalam kepemimpinan politik AS. Untuk pertama kalinya dalam 12 tahun, baik Gedung Putih maupun Kongres dikuasai oleh partai yang sama. Tapi situasi ini tidak bertahan lama; Partai Republik berjaya di kedua kamar di Kongres pada 1994. Ia berhasil:[3]
  • Menempatkan tingkat pengangguran dan tingkat inflasi pada titik terendah dalam 30 tahun.
  • Tingkat kepemilikan rumah tertinggi dalam sejarah AS.
  • Menurunkan tingkat kejahatan di sejumlah wilayah.
  • Mengurangi tugas-tugas kesejahteraan.
  • Mengusulkan anggaran berimbang pertama dalam beberapa dekade serta berhasil mencapai surplus anggaran.

Sebagai bagian dari rencana perayaan milenium tahun 2000, Clinton menghimbau rakyatnya untuk melancarkan inisiatif nasional untuk mengakhiri diskriminasi rasial. Namun ada pula pendapat yang mengatakan bahwa keberhasilan pemerintahan Clinton pada awal masa jabatannya dikarenakan kebijaksanaan jangka panjang yang diterapkan oleh mantan Presiden Ronald Reagan mulai menunjukkan hasil. Setelah kegagalan pada tahun keduanya berkenaan dengan program besar reformasi di bidang kesehatan, Clinton mengubah penekanan, sembari menyatakan bahwa "era pemerintahan besar telah berakhir." Ia mengatur undang-undang untuk meningkatkan mutu pendidikan, melindungi pekerjaan para orang tua yang harus mengurus anak-anak yang sakit, membatasi penjualan senjata api genggam, serta memperkuat aturan­-aturan yang berhubungan dengan lingkungan hidup.[4]

Di kancah internasional, ia berhasil mengirimkan pasukan penjaga perdamaian ke Bosnia yang tercabik oleh perang dan ke Irak yang dibombardir setelah Saddam Hussein menghentikan inspeksi PBB atas bukti-bukti keberadaan senjata nuklir, kimia dan biologis. Ia menjadi tokoh global dalam pengembangan NATO, perdagangan intemasional yang lebih terbuka, serta kampanye global melawan penjualan narkoba. Ia mendapat sambutan yang besar dalam kunjungan-kunjungannya ke Amerika Selatan, Eropa, Rusia, Afrika, dan Tiongkok dalam upaya mempromosikan kebebasan ala AS. Setelah pemilu pada tahun 1998, Gedung Putih memakzulkan Clinton karena adanya skandal seks dengan Monica Lewinsky.[5]

Sekilas Karir Hukum

Clinton bersekolah di Hot Springs High School, yang merupakan sekolah kulit putih murni dan peringkat di atas sebagian besar sekolah umum di Arkansas. Kepala sekolah Johnny May McKee adalah wanita lain yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan Bill.[6]

Kepala sekolah merekrut staf yang bekerja keras untuk membuat pemimpin dari orang-orang yang percaya bahwa pelayanan publik sepadan dengan waktu mereka. Dia mengirim Bill Clinton dan anak laki-laki lain sebagai perwakilan Arkansas ke konvensi politik bernama Boys Nation yang diadakan di Washington D.C. di taman mawar Gedung Putih ketika dia berusia 17 tahun. Di sinilah dia mendapat kesempatan untuk berjabat tangan dengan presiden saat itu, John F. Kennedy di Gedung Putih. Jabat tangan dengan presiden Kennedy itu membuat Bill Clinton bertekad menjadi presiden Amerika Serikat.[7]

Setelah lulus SMA, dia melanjutkan ke Universitas Georgetown yang mayoritas beragama Katolik. Namun, dengan kepribadiannya yang kuat, Bill Clinton mengklaim tempatnya dan mencalonkan diri sebagai presiden mahasiswa di tahun pertamanya juga setelahnya sebelumnya memenangkan pemilihan di tahun pertama dan kedua tetapi Clinton kalah karena dia tampil sangat politis untuknya rekan-rekan. Clinton kemudian magang di bawah Senator Arkansas, J. William Fulbright. Setelah menyelesaikan kelulusannya dari Universitas Georgetown, ia kemudian melanjutkan ke Universitas Oxford, dan selanjutnya, Clinton memutuskan untuk pindah ke Universitas Yale untuk mengejar gelar sarjana hukum.[8]

Ketika masih remaja, Bill unggul di sekolah. Clinton mulai menunjukkan minat dalam politik dan urusan internasional sejak usia muda. Sejak usia muda, ia tertarik pada musik gospel dan dikenal sebagai pemuda yang berambisi dan berbakat. Presiden Clinton dianugerahi banyak penghargaan sebagai mahasiswa. Bill Clinton telah dianugerahi banyak gelar kehormatan dari berbagai universitas termasuk gelar doktor kehormatan hukum. Banyak patung di sekolah telah dibangun untuk menghormatinya.[9]

Presiden Clinton bertemu Hillary ketika dia belajar hukum di Universitas Yale. Hillary Rodham Clinton melahirkan anak tunggal mereka, Chelsea Clinton. Bill Clinton sekarang menjadi kakek dari tiga anak Chelsea. Clinton menjadi Jaksa Agung Arkansas pada tahun 1976. Clinton tetap menjabat selama dua tahun sebagai Jaksa Agung. Kemudian dia mencalonkan diri sebagai gubernur negara bagian Arkansas dan dia terpilih sebagai gubernur, pada pemilihannya dia menjadi gubernur termuda, pada usia 32 tahun, di negara bagian itu.[10] Penulis sangat sedikit mendapatkan sumber terkait dengan karir hukum salah satu mantan presiden Amerika Serikat ini, namun yang pasti beliau menyandang sarjana hukum dari Universitas Yale, bahkan mempunyai gelar Doktor kehormatan di bidang hukum. 
____________________
References:

1. "Bill Clinton", id.wikipedia.org., Diakses pada tanggal 15 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Bill_Clinton
2. Ibid.
3. Ibid.
4. Ibid.
5. Ibid.
6. "Fakta Masa Kecil Bill Clinton: Politisi dan Pengacara Amerika!", 7flammes.com, Diakses pada tanggal 15 Oktober 2022, https://7flammes.com/id/themes/19710-bill-clinton-childhood-facts-american-politician-and-attorn
7. Ibid.
8. Ibid.
9. Ibid.
10. Ibid.

Sabtu, 15 Oktober 2022

[Jika] Saya Kuasa Hukum Lesti Kejora

 
(iNews)

Oleh:
Tim Hukumindo

Pada kesempatan yang lalu platform www.hukumindo.com telah membahas mengenai "Franklin D. Roosevelt: Pernah Berkarir Sebagai Pengacara Bidang Maritim", "Bicara Hukum Perceraian Laudya Cynthia Bella", "Mr. Assaat, Presiden R.I. Dari Kalangan Advokat" dan "Alasan-alasan Hukum Mengajukan Perceraian", pada kesempatan ini akan dibahas mengenai '[Jika] Saya Kuasa Hukum Lesti Kejora'.

Heboh Kasus Dugaan KDRT Lesti Kejora Vs. Rizky Billar

Penyanyi Lesti Kejora melaporkan suaminya, Rizky Billar ke polisi. Rizky Billar dilaporkan karena kasus dugaan tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Laporan ini telah masuk ke meja Polisi. Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan AKP Nurma Dewi menyebut pihaknya sudah menerima laporan Lesti. Laporan ini diterimanya semalam. "Iya betul semalam, saudara LK sudah melaporkan kasus yang dialaminya," kata AKP Nurma Dewi. Nurma menyebut, Lesti melaporkan suaminya yang telah melakukan kekerasan kepadanya. "Laporan saudari LK adalah KDRT yang dialaminya, menurut beliau pelakunya adalah suaminya," lanjutnya. Atas laporan tersebut, Rizky Billar terancam hukuman maksimal 15 tahun penjara. "Sangkakan UUD KDRT No 23 tahun 2004. Tuntutan paling tinggi 15 tahun," pungkasnya.[1]

Apa sebabnya? Polisi mengungkapkan Lesti Kejora sering menerima KDRT dari suaminya, Rizky Billar. Lesti Kejora mengaku sudah tak tahan lagi sehingga melaporkan Rizky Billar ke Polisi. "Lesti menerangkan bahwa kekerasan KDRT ini bukan yang pertama kali dilakukan, sudah sering. Ini puncaknya saja, sehingga tidak kuat lagi dan melaporkan," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan. Lesti Kejora melaporkan Rizky Billar ke Polres Metro Jakarta Selatan pada 28 September 2022. Dalam laporannya ke Polisi, Lesti Kejora mengaku dicekik hingga dibanting oleh Rizky Billar. Hal ini terjadi setelah Lesti Kejora mengetahui perselingkuhan Rizky Billar. Lesti Kejora kemudian meminta dipulangkan kepada orang tuanya di Cianjur, Jawa Barat, sehingga Rizky Billar emosi dan melakukan KDRT. Saat ini Polisi masih menyelidiki kasus dugaan KDRT Rizky Billar terhadap Lesti Kejora. Polisi telah memeriksa saksi-saksi dan Kamis (6/10) akan memeriksa Rizky Billar.[2]

Setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus KDRT terhadap Lesti Kejora, istrinya, Rizky Billar resmi ditahan. Polisi bahkan menampilkan Rizky Billar telah memakai baju tahanan ke publik. Pada Kamis (13/10/2022), Rizky Billar terlihat mengenakan baju tahanan berwarna oranye. Ia terlihat menundukkan kepala saat polisi memaparkan kasus KDRT yang diduga dilakukan artis itu. Polisi menyebutkan bahwa Rizky akan ditahan polisi selama 20 hari ke depan. Penahanan Rizky Billar merupakan keputusan penyidik Polres Metro Jakarta Selatan. Rizky Billar ditetapkan tersangka usai menjalani pemeriksaan sebagai saksi selama 8 jam. Rizky diketahui diperiksa Polres Jakarta Selatan sejak siang hari pukul 11.00 WIB. "Malam hari ini bisa saya sampaikan hasil pemeriksaan penyidik Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan telah menaikkan status Muhammad Rizky dari saksi jadi tersangka," ujar Kombes Zulpan (Kabid Humas Polda Metro Jaya). Rizky Billar dijerat dengan Pasal 44 UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.[3]

Adapun bunyi Pasal 44 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah sebagaimana berikut:[4]
"(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).

Jika mengacu kepada keterangan dari Kabid Humas Polda Metro Jaya di atas, maka Pasal yang disangkakan kepada Rizky Billar adalah Pasal 44 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dengan ancaman pidana penjara paling lama 5 tahun.

Terjadi pencabutan Laporan Polisi (LP). Polisi membenarkan Lesti Kejora mencabut laporan dugaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menjadikan suaminya, Rizky Billar, tersangka. "Iya jadi dia buat pencabutan laporannya. Itu adalah hak yang bersangkutan untuk melakukan pencabutan laporan, kami menghormati," katanya.[5] Pencabutan laporan itu didasari keinginan kedua belah pihak demi keberlangsungan rumah tangga keduanya. Hal itu tercantum dalam surat perjanjian kesepakatan damai antara Rizky Billar dan Lesti Kejora yang ditandatangani keduanya di Mapolres Metro Jakarta Selatan pada Kamis (13/10/2022) malam tadi. Surat tersebut diperlihatkan oleh kuasa hukum Rizky Billar. Surat tersebut ditandatangani di atas meterai oleh Lesti Kejora dan Rizky Billar dan saksi-saksi.[6]

Upaya Hukum yang Telah Ditempuh Lesti Kejora

Sebagaimana kita ketahui dari keterangan media massa di atas, maka atas dugaan peristiwa KDRT yang menimpa Lesti Kejora yang konon dilakukan oleh suaminya Rizky Billar, Lesti Kejora menempuh upaya hukum pidana dengan cara melaporkan (membuka Laporan Polisi/LP) suaminya Rizky Billar ke Polres Metro Jakarta Selatan dengan sangkaan Pasal 44 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. 

Hal ini dimungkinkan untuk dilakukan atas dasar Pasal 1 ayat 24 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang bunyinya adalah sebagai berikut:[7]
"Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana."

Dengan demikian, apabila dikaitkan antara ketentuan Pasal 1 ayat 24 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) tersebut dengan keterangan dari media massa di atas, maka yang menjadi Pelapor adalah Lesti Kejora dan/atau, mungkin, Kuasa Hukumnya. Sedangkan yang menjadi Terlapor adalah suaminya sendiri, yaitu Rizky Billar. Adapun tindak pidana yang diduga dilakukan oleh Terlapor kepada Pelapor adalah Pasal 44 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Seyogyanya, atas LP sebagaimana dimaksud di atas, kemudian proses acara pidana berlanjut dari Penyidikan oleh Polisi ke Penuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum dan Pengadilan sebagaimana kompetensi relatif kejadian dimaksud pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Ketika berkekuatan hukum tetap, maka putusan akan diekseskusi oleh Jaksa ke Lembaga Pemasyarakatan, dan seterusnya terpidana menjalani hukumannya. Hanya saja, sebagaimana keterangan dari media massa di atas, Lesti Kejora mencabut laporan dugaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) tersebut. Lazimnya, Polisi kemudian akan melakukan gelar perkara untuk menentukan kelanjutan LP dimaksud.

[Jika] Saya Kuasa Hukum Lesti Kejora

Artikel ini boleh dibilang 'halu' tingkat tinggi karena mengandaikan penulis memberi saran hukum kepada salah satu pasangan celebrity tanah air dengan status sosial tinggi. Sidang pembaca boleh tertawa terkait hal ini. Selain itu, artikel ini juga tergolong scientific dikarenakan penulis mendasarkan pendapatnya pada hukum positif yang berlaku di wilayah Republik Indonesia. Selain itu, selaku Advokat, pendapat hukum penulis juga mengacu pada Undang-undang No.: 18 Tahun 2003 Tentang advokat. Sehingga boleh-boleh saja memberikan saran terkait kasus ini. Kaitannya dengan fakta-fakta di atas adalah: "Polisi mengungkapkan Lesti Kejora sering menerima KDRT dari suaminya, Rizky Billar. Lesti Kejora mengaku sudah tak tahan lagi sehingga melaporkan Rizky Billar ke Polisi." Artinya kejadian yang menimpa Lesti Kejora bukan yang pertama, bahkan diakuinya 'sering' menerima KDRT. Jika penulis adalah kuasa hukum dari Lesti Kejora, maka penulis akan menyarankan upaya hukum yang berbeda, yaitu upaya hukum perdata.

Upaya hukum perdata apa yang ditempuh? Adapun upaya hukum yang penulis sarankan kepada Lesti Kejora (dengan asumsi bahwa ia seorang Muslim) adalah dengan mengajukan gugatan perceraian. Secara sederhana, menurut terminologi hukum, perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara suami isteri berdasarkan putusan pengadilan. Adapun alasan-alasan hukum mengajukan perceraian berdasarkan Beberapa peraturan perundang-undangan mengatur secara jelas alasan-alasan mengajukan perceraian ini, misalnya pada Penjelasan Pasal 39 ayat 2 (dua) Undang-undang Nomor: 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor: 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, khususnya Pasal 19 adalah sebagai berikut:[8]
  1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
  2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya;
  3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
  4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain;
  5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat-akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri;
  6. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;
  7. Suami melanggar taklik talak; dan
  8. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.

Adapun alasan hukum yang sering dipakai dalam gugatan adalah "Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga". Sejalan dengan fakta di atas bahwa "Lesti Kejora sering menerima KDRT dari suaminya, Rizky Billar. Lesti Kejora mengaku sudah tak tahan lagi". Tentu saja jika kita kaitkan keterangan Polisi dimaksud dengan alasan-alasan hukum untuk mengajukan gugatan cerai, dugaan penulis, keributan di antara pasangan ini adalah sering terjadi, sehingga tidak ada harapan lagi untuk hidup rukun berumah tangga (broken marriage).

Apa argumentasi hukumnya memilih upaya ini (Hukum Perdata)? Secara sederhana dapat kita pahami bahwa dengan menempuh upaya hukum pidana dengan melaporkan Rizky Billar, yang notabene adalah suami dari Lesti Kejora, atas dugaan melakukan tindakan sebagaimana diatur dalam Pasal 44 ayat (1) Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah, adalah memberi nestapa kepada Rizky Billar. Pidana yang tadinya mungkin dikenakan pada Rizky Billar tidak memutus ikatan hukum perkawinannya antara Lesti Kejora dengan Rizky Billar. Sedangkan dengan dengan memilih upaya hukum perdata, dengan cara mengajukan gugatan perceraian, dengan asumsi jika dikabulkan, akan memutus ikatan hukum perkawinan antara Lesti Kejora dengan Rizky Billar. Harapannya, dengan putusnya ikatan perkawinan antara Lesti Kejora dengan Rizky Billa juga akan memutus rantai KDRT yang dialami Lesti Kejora. 

Tapi perkembangan terakhir kasus ini adalah bahwa terjadi pencabutan LP oleh Lesti Kejora yang  didasari keinginan kedua belah pihak demi keberlangsungan rumah tangga keduanya. Pasangan ini sepakat berdamai. Rizky Billar juga mengaku khilaf dan akan berubah. Tentu ini hal yang positif. Mungkin setelah kasus ini reda mereka berdua akan posting kemesraan lagi di Sos-med? Kita akan lihat perkembangan hubungan pasangan ini ke depannya.
____________________
References:

1. "Lesti Kejora Laporkan Rizky Billar ke Polisi Terkait Dugaan KDRT", www.detik.com., Diakses pada tanggal 14 Oktober 2022, https://www.detik.com/jatim/berita/d-6319064/lesti-kejora-laporkan-rizky-billar-ke-polisi-terkait-dugaan-kdrt
2. "Polisi: Lesti Kejora Tak Kuat Lagi, Laporan KDRT Ini Puncaknya", www.detik.com., Diakses pada tanggal 14 Oktober 2022, https://news.detik.com/berita/d-6331231/polisi-lesti-kejora-tak-kuat-lagi-laporan-kdrt-ini-puncaknya
3. "Jadi Tersangka, Rizky Billar Ditahan!", www.detik.com., Diakses pada tanggal 14 Oktober 2022, https://www.detik.com/jatim/hukum-dan-kriminal/d-6346061/jadi-tersangka-rizky-billar-ditahan
4. Undang-undang No. 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
5. "Lesti Kejora Cabut Laporan KDRT, Rizky Billar Tak Bisa Langsung Bebas", www.detik.com., Diakses pada tanggal 14 Oktober 2022, https://hot.detik.com/celeb/d-6347108/lesti-kejora-cabut-laporan-kdrt-rizky-billar-tak-bisa-langsung-bebas
6. "Alasan Lesti Kejora Cabut Laporan KDRT: Demi Keberlangsungan Rumah Tangga", www.detik.com., Diakses pada tanggal 14 Oktober 2022, https://news.detik.com/berita/d-6346995/alasan-lesti-kejora-cabut-laporan-kdrt-demi-keberlangsungan-rumah-tangga
7. Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
8. Penjelasan Pasal 39 ayat 2 (dua) Undang-undang Nomor: 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor: 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Jumat, 14 Oktober 2022

Franklin D. Roosevelt, Pernah Berkarir Sebagai Pengacara Bidang Maritim

(iStock)

Oleh:
Tim Hukumindo

Pada kesempatan yang lalu platform www.hukumindo.com telah membahas mengenai "Woodrow Wilson: Akademisi Hukum Yang Terjun Ke Dunia Politik", "Secuil Kisah Beracara Abraham Lincoln", "Lasdin Wlas, Advokat Veteran Yang Masih Aktif Berpraktik" dan "Problematika dalam Proses Pengangkatan dan Penyumpahan Advokat di Indonesia", pada kesempatan ini akan dibahas mengenai 'Franklin D. Roosevelt, Pernah Berkarir Sebagai Pengacara Bidang Maritim'. Pada bagian ini masih akan membahas mengenai presiden-presiden dari negara Amerika Serikat yang berlatar belakang pengacara atau sarjana hukum.

Biografi Singkat

Franklin Delano Roosevelt (30 Januari 1882 – 12 April 1945) adalah Presiden Amerika Serikat ke-32 dan merupakan satu-satunya Presiden Amerika Serikat yang terpilih empat kali dalam masa jabatan dari tahun 1933 hingga 1945, melebihi aturan konstitusi Amerika Serikat yang hanya memperbolehkan presiden menjabat dua periode. Ia salah satu tokoh abad ke-20 dan menempati urutan ketiga dalam sejarah kepresidenan Amerika Serikat. Lahir dalam keadaan berkecukupan, ia juga melewati masa-masa sakit yang membuatnya cacat. Ia menempatkan dirinya di barisan depan pendukung reformasi. Keluarga dan teman dekatnya memanggilnya Frank. Untuk warga Amerika, dia akrab dikenal sebagai FDR. Ia merupakan sepupu dari Presiden Theodore Roosevelt.[1]

Salah satu pencapaian Roosevelt yang terkenal dikarenakan kepemimpinannya membantu Amerika Serikat memulihkan diri dari masa "Depresi Hebat/(Great Depression)". Dalam perencanaan terhadap Perang Dunia II, dia mempersiapkan AS untuk menjadi "Gudang Senjata Demokrasi" melawan kekuatan Jerman Nazi dan Kekaisaran Jepang, namun aspek-aspek kepemimpinannya, terutama sikapnya terhadap Joseph Stalin yang dipandang naif, telah dikritik oleh beberapa sejarawan. Akhirnya visinya tentang organisasi internasional yang efektif untuk menjaga perdamaian tercapai dengan dibentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa.[2] Pada tanggal 12 April 1945 Roosevelt berkata, "Saya sakit kepala hebat", dia kemudian merosot ke depan dari kursinya dimana ia duduk, ia tidak sadar, dan dibawa ke kamarnya. Presiden kardiologis yang hadir, Dr. Howard Bruenn, mendiagnosis ia mengidap stroke masif. Pada pukul 3:35 sore hari itu, Franklin D. Roosevelt meninggal dunia pada usia 63 tahun.[3]

Karir Sebagai Pengacara

Lahir dari keluarga berada membuat Roosevelt kecil bisa belajar apapun. Antara lain menembak, polo, golf, hingga berlayar. Dia bersekolah di Sekolah Episkopal Groton di Massachusetts. Di sana, dia berkenalan dengan sang kepala sekolah, Endicott Peabody. Nantinya, Peabody bakal menjadi figur berpengaruh di kehidupan Roosevelt. Dia menjadi saksi pernikahan, dan mengunjungi Roosevelt ketika dia menjadi presiden. Roosevelt mengikuti teman-temannya di Groton masuk ke Universitas Harvard, dan mengambil jurusan Sejarah. "Saya sempat mengambil kursus ekonomi selama empat tahun. Apa yang saya pelajari di sana ternyata salah," kata Roosevelt kala itu.[4]

Roosevelt tergolong mahasiswa yang biasa-biasa saja selama di Harvard. Meski begitu, dia sempat menjabat sebagai Pemimpin Redaksi di harian The Harvard Crimson. Sebuah jabatan yang tergolong prestisius karena mmebutuhkan ambisi besar, tenaga, dan kemampuan untuk mengatur segalanya. Pada 1901, sepupu Roosevelt, Theodore Roosevelt, menjadi Presiden AS. Gaya kepemimpinan serta semangat reformasi yang digaungkan membuat Roosevelt menjadikannya panutan. Roosevelt lulus dari Harvard pada 1903, dan sempat masuk ke Sekolah Hukum Columbia setahun berselang. Namun, tiga tahun kemudian, Roosevelt keluar setelah dinyatakan lolos tes pengacara di New York. Di 1908, dia bekerja pada firma terkenal di Wall Street, Carter Ledyard & Milburn, dan masuk di divisi hukum maritim.[5] 

Penulis bisa berpendapat bahwa Franklin D. Roosevelt memang mempunyai latar belakang pendidikan hukum, bahkan pernah berkarir sebagai pengacara di bidang maritim, akan tetapi yang membuatnya 'besar' adalah karirnya di dunia politik, sebut saja terkait kebijakannya ketika Amerika Serikat menghadapi Great Depression

____________________
References:

1. "Franklin Delano Roosevelt", id.wikipedia.org., Diakses pada tanggal 11 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Franklin_Delano_Roosevelt
2. Ibid.
3. Ibid.
4. "Biografi Tokoh Dunia: Franklin D Roosevelt, Presiden AS", www.kompas.com., Diakses pada tanggal 11 Oktober 2022, https://internasional.kompas.com/read/2018/04/12/17024991/biografi-tokoh-dunia-franklin-d-roosevelt-presiden-as?page=all
5. Ibid.

Kamis, 13 Oktober 2022

Woodrow Wilson, Akademisi Hukum Yang Terjun Ke Dunia Politik

 
(iStock)

Oleh:
Tim Hukumindo

Pada kesempatan yang lalu platform www.hukumindo.com telah membahas mengenai "Benjamin Harrison: Pengacara Yang Terjun Ke Dunia Militer", "Problematika dalam Proses Pengangkatan dan Penyumpahan Advokat di Indonesia", "Besar Mertokoesoemo, Advokat Pribumi Pertama" dan "Mr. Johannes van Den Brand, Advokat Pembela Kuli Zaman Penjajahan Belanda", pada kesempatan ini akan dibahas mengenai 'Woodrow Wilson, Akademisi Hukum Yang Terjun Ke Dunia Politik'. Pada bagian ini masih akan membahas mengenai presiden-presiden dari negara Amerika Serikat yang berlatar belakang pengacara atau sarjana hukum. 

Biografi Singkat

Thomas Woodrow Wilson (28 Desember 1856 – 3 Februari 1924) adalah Presiden Amerika Serikat yang ke-28 (1913–1921). Sebagai penganut Presbiterian, ia tercatat dalam sejarah dan politisi yang religius. Sebagai seorang tokoh reformasi Demokrat, ia terpilih sebagai Gubernur New Jersey yang ke-34 (1910) dan sebagai Presiden pada tahun 1912. Ia menjabat dari tahun 1913 sampai 1921. Ia lahir di Staunton, Virginia (Amerika Serikat) dan meninggal pada 3 Februari 1924. Wilson berasal dari partai Demokrat.[1]

Selama menjabat Wilson didampingi oleh wakil presiden Thomas R. Marshall. Semasa jabatannya ada peristiwa-peristiwa penting yaitu: berakhirnya Perang Dunia I, pembentukan Liga Bangsa-Bangsa (pelopor PBB), kemerdekaan banyak negara di Eropa dan munculnya hegemoni Amerika Serikat sebagai negara adidaya. Tetapi kala itu Amerika Serikat masih enggan mencampuri urusan dunia. Ia menerima Penghargaan Perdamaian Nobel tahun 1919 atas jasanya mendirikan Liga Bangsa-Bangsa.[2]

Akademisi Hukum Yang Terjun Ke Dunia Politik

Setelah belajar ilmu hukum dan lulus dalam ujian profesi pengacara pada tahun 1881, Ia kembali ke dunia akademis. la mengajar di Princeton University (dimana Ia terpilih sebagai rektor) selama 12 tahun, la kemudian terjun ke dunia politik sebagai tokoh Partai Demokrat sampai akhirnya terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat pada tahun 1913. Wilson sangat percaya akan hak-hak semua manusia, dan Ia aktif mengampanyekan persamaan kesempatan di Amerika Serikat. Selama masa pemerintahannya. Wilson berusaha menjaga hubungan damai dengan negara negara lain dengan menghindari penggunaan ancaman atau kekuatan.[3] Satu hal yang jelas adalah bahwa Woodrow Wilson lulus ujian profesi Pengacara pada tahun 1881. 

____________________
References:

1. "Woodrow Wilson", id.wikipedia.org, Diakses pada tanggal 10 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Woodrow_Wilson
2. Ibid.
3. "Ini Sosok Woodrow Wilson, Presiden Amerika Serikat pada Perang Dunia Pertama", profesi-unm.com., Diakses pada tanggal 10 Oktober 2022, https://profesi-unm.com/2021/12/03/ini-sosok-woodrow-wilson-presiden-amerika-serikat-pada-perang-dunia-pertama/

Rabu, 12 Oktober 2022

Benjamin Harrison, Pengacara Yang Terjun Ke Dunia Militer

(iStock)

Oleh:
Tim Hukumindo

Pada kesempatan yang lalu platform www.hukumindo.com telah membahas mengenai "Sekilas Karir Thomas Jefferson Sebagai Pengacara", "Problematika dalam Proses Pengangkatan dan Penyumpahan Advokat di Indonesia" dan "Secuil Kisah Beracara Abraham Lincoln", pada kesempatan ini akan dibahas mengenai 'Benjamin Harrison, Pengacara Yang Terjun Ke Dunia Militer'. Pada bagian ini masih akan membahas mengenai presiden-presiden dari negara Amerika Serikat yang berlatar belakang pengacara atau sarjana hukum.

Biografi Singkat

Benjamin Harrison (20 Agustus 1833 – 13 Maret 1901) adalah Presiden Amerika Serikat ke-23, menjabat pada 1889-1893. Sebelumnya, ia adalah seorang senator asal Indiana. Harrison berasal dari partai Republik dan ia didampingi oleh wakil presiden Levi P. Morton. William Henry Harrison, presiden Amerika yang kesembilan, adalah kakeknya.[1] 

Benjamin Harrison lahir pada 20 Agustus 1833 di negara bagian Ohio. enjamin Harrison berusaha dipilih menjadi Gubernur negara bagian Ohio pada 1876, tetapi gagal.[9] Kemudian, pada 1881 ia terpilih menjadi Senator Amerika. Pada tahun 1889, ia terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat.  Terpilihnya Benjamin Harrison menjadi Presiden, adalah satu contoh yang menunjukkan bahwa di Amerika Serikat, seorang calon Presiden dapat menang dalam pemilihan Presiden sekalipun ia mendapat lebih sedikit suara daripada lawannya. Hal ini dikarenakan adanya Dewan Pemilih, sebagai badan yang menentukan (melalui pemungutan suara) siapa yang akan menjadi Presiden Amerika. Benjamin Harrison menerima 100-ribu suara pemilih lebih sedikit daripada lawannya, tetapi ia menang dalam Dewan Pemilih dengan 233 suara, lawan 169.[2]

Pemerintahan Presiden Benjamin Harrison pada umumnya digambarkan sebagai pemerintahan yang mempertahankan keras kepentingan Amerika dalam bidang urusan luar negeri, sedangkan di dalam negeri ia berusaha untuk memajukan industri serta melancarkan roda pemerintahan. Dalam masa pemerintahannya, diadakan Konferensi Sebenua Amerika di Washington pada 1889, yang kemudian mendirikan sebuah Pusat Informasi. Badan ini kemudian menjadi Pan American Union, atau Perserikatan Negara-negara Benua Amerika.[3]

Presiden Benjamin Harrison menikah dua kali. Istrinya yang pertama meninggal dunia di Gedung Putih pada 1892. la menikah kembali pada 1896. Benjamin Harrison mempunyai seorang putera dan seorang puteri dari istrinya yang pertama, dan seorang puteri dari isterinya yang kedua. Benjamin Harrison meninggal dunia di Indianapolis pada 13 Maret 1901.[4]

Pengacara Yang Terjun Ke Dunia Militer

Dia bersekolah di Farmer's College, Oho. Harrison pindah ke Oxford, dan dia menyelesaikan kelulusannya dari Universitas Miami di Oxford, Ohio. Benjamin Harrison adalah anggota dari persaudaraan hukum yang dikenal sebagai Delta Chi. Dia adalah cucu dari Presiden Amerika Serikat kesembilan, William Henry Harrison.[5]

Pada tahun 1852, Benjamin Harrison belajar hukum dengan hakim Bellamy Storer. Pada 20 Oktober 1853, ia menikah dengan Caroline Lavinia Scott, teman sekelasnya. Dia memiliki dua anak, Russell Benjamin Harrison dan Mary Scott Harrison, kemudian dia menikahi keponakannya, Mary Scott Lord Dimmick, setelah istri pertamanya meninggal. Harrison bergabung dengan partai Republik pada tahun 1856. Dia juga berkampanye untuk John C. Fremont.[6]

Setelah pindah ke Indianapolis, Benjamin Harrison menjadi pengacara hukum, politisi, dan pemimpin Gereja Presbiterian. Benjamin Harrison menjabat sebagai kolonel di Union Army selama Perang Saudara. Harrison kembali pada tahun 1858. Pada tahun 1858, ia membentuk kemitraan dengan William Wallace untuk membentuk kantor hukum yang dikenal sebagai Wallace dan Harrison. Dia juga terpilih sebagai reporter di legislatif negara bagian Indiana, Mahkamah Agung pada tahun 1860. Pada tahun yang sama, ia membentuk kantor hukum, Fishback and Harrison, dengan William Fishback. Pada tahun 1876, Benjamin Harrison mencalonkan diri sebagai gubernur Indiana.[7] 

____________________
References:

1. "Benjamin Harrison", id.wikipedia.org., Diakses pada tanggal 10 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Benjamin_Harrison
2. Ibid.
3. Ibid.
4. Ibid.
5. "31 Fakta Benjamin Harrison: Pengacara dan Politisi Amerika!", 7flammes.com., Diakses pada tanggal 10 Oktober 2022, https://7flammes.com/id/themes/19755-31-benjamin-harrison-facts-american-lawyer-and-politician
6. Ibid.
7. Ibid.

Selasa, 11 Oktober 2022

Sekilas Karir Thomas Jefferson Sebagai Pengacara

(iStock)

Oleh:
Tim Hukumindo

Pada kesempatan yang lalu platform www.hukumindo.com telah membahas mengenai "Secuil Kisah Beracara Abraham Lincoln", "Problematika dalam Proses Pengangkatan dan Penyumpahan Advokat di Indonesia" dan "Lasdin Wlas, Advokat Veteran Yang Masih Aktif Berpraktik", pada kesempatan ini akan dibahas mengenai 'Sekilas Karir Thomas Jefferson Sebagai Pengacara'. Pada bagian ini masih akan membahas mengenai presiden-presiden dari negara Amerika Serikat yang berlatar belakang pengacara atau sarjana hukum. 

Biografi Singkat

Thomas Jefferson (13 April 1743 – 4 Juli 1826) adalah Presiden Amerika Serikat yang ketiga dengan masa jabatan dari tahun 1801 hingga 1809. Ia juga seorang Pencetus Deklarasi Kemerdekaan (1776) dan bapak pendiri Amerika Serikat.Thomas Jefferson lahir di Shadwell, Gloochland (sekarang Albemarle), Virginia, Amerika Serikat pada 13 April 1743. Anak dari Peter dan Jane Randolph Jefferson, pasangan keluarga berada.[3] Ayahnya, Peter, meninggal pada saat ia berumur 14 tahun dan mewarisinya tanah seluas 2,750 hektare dan sejumlah budak belian.[1] 

Pada tahun 1760 hingga tahun 1762 Jefferson menuntut ilmu di College of William and Mary dan mempelajari budaya dan sastra Yunani serta Latin klasik, ia juga mempelajari permainan biola. Thomas Jefferson adalah seorang filsuf politik yang gencar mendukung paham kebebasan liberal (liberalism), paham republik, dan pemisahan antara negara dan agama. Thomas Jefferson jugalah yang membuat desentralisasi pemerintahan di Amerika Serikat.[2] Dia meninggal pada tanggal 4 Juli 1826.[3]

Sekilas Karir Thomas Jefferson Sebagai Pengacara

Sewaktu kecil, Thomas Jefferson senang bermain di hutan, berlatih biola dan membaca. Pendidikan formal mulai didapatkannya pada usia 9 tahun, di mana ia mempelajari bahasa Latin dan Yunani di sebuah sekolah swasta lokal yang dijalankan oleh Pendeta William Douglas. Tahun 1757, pada usia 14 ia mengambil studi bahasa dan sastra klasik serta matematika dengan Pendeta James Maury. Pada tahun 1760, Jefferson memasuki College of William and Mary di Williamsburg, ibukota Virginia.[4]

Setelah tiga tahun di College of William and Mary, Jefferson memutuskan untuk mempelajari hukum di bawah bimbingan Wythe, salah satu pengacara terkemuka di koloni-koloni Amerika. Wythe memandu Jefferson selama lima tahun sehingga pada saat Jefferson masuk ke pemerintahan Virginia pada tahun 1767, dia sudah salah satu pengacara paling terpelajar di Amerika. Selama tahun 1767-1774, Jefferson berpraktik pengacara hukum di Virginia dan memenangkan banyak kasus besar. Sebagai "anggota rahasia" Kongres, Jefferson menyusun Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang paling terkenal di seluruh dunia.[5] Dari hasil penelitian singkat penulis, sangat sedikit sumber populer di dunia maya yang membahas mengenai karir tokoh ini dalam rentang waktunya sebagai pengacara.

____________________
References:

1. "Thomas Jefferson", id.wikipedia.org., Diakses pada tanggal 10 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Thomas_Jefferson
2. Ibid.
3. "Thomas Jefferson", m.merdeka.com., Diakses pada tanggal 10 Oktober 2022, https://m.merdeka.com/thomas-jefferson/profil 
4. Ibid.
5. Ibid.

Senin, 10 Oktober 2022

Secuil Kisah Beracara Abraham Lincoln

 
(iStock)

Oleh:
Tim Hukumindo

Pada kesempatan yang lalu platform www.hukumindo.com telah membahas mengenai "Knowing Subpoena According to Indonesia Law", "Problematika dalam Proses Pengangkatan dan Penyumpahan Advokat di Indonesia" dan "Mr. Iskak Tjokroadisurjo, Membuka Kantor Hukum Pertama di Batavia", pada kesempatan ini akan dibahas mengenai 'Secuil Kisah Beracara Abraham Lincoln'. Pada bagian ini dan akan datang kita akan membahas mengenai presiden-presiden dari negara Amerika Serikat yang berlatar belakang pengacara atau sarjana hukum. 

Biografi Singkat Abraham Lincoln

Abraham Lincoln dilahirkan di sebuah gubuk di Kentucky, 12 Februari 1809. Orang tuanya miskin dan tidak berpendidikan. Lincoln sendiri hanya mengecap pendidikan selama kira-kira setahun, tetapi dalam waktu singkat ia dapat membaca, menulis dan berhitung. Ketika ia beranjak dewasa, ia berusaha keras untuk menambah pengetahuannya. Ia menggunakan sebaik-baiknya semua buku yang dapat dibacanya dan akhirnya ia berhasil menjadi ahli hukum pada usia 28 tahun. Ketika muda, Abraham Lincoln bekerja dalam berbagai bidang. Ia pernah bekerja sebagai pembelah kayu pagar, menjadi tentara, menjadi kelasi di kapal-kapal sungai, juru tulis, mengurus kedai, kepala kantor pos, dan akhirnya menjadi pengacara.[1]

Abraham Lincoln adalah Presiden Amerika Serikat ke-16, yang menjabat sejak 4 Maret 1861 sampai terjadi pembunuhan terhadap dirinya. Dia memimpin bangsanya keluar dari Perang Saudara Amerika, mempertahankan persatuan bangsa, dan menghapuskan perbudakan. Namun, saat perang telah mendekati akhir, dia menjadi presiden AS pertama yang dibunuh. Sebelum pelantikannya pada tahun 1860 sebagai presiden pertama dari Partai Republik, Lincoln berprofesi sebagai pengacara, anggota legislatif Illinois, anggota DPR Amerika Serikat, dan dua kali gagal dalam pemilihan anggota senat.[2]

Sebagai penentang perbudakan, Lincoln memenangkan pencalonan presiden Amerika Serikat dari Partai Republik pada tahun 1860 dan kemudian terpilih sebagai presiden. Masa pemerintahannya selalu diwarnai dengan kekalahan dari pihak Negara Konfederasi Amerika, yang pro perbudakan, dalam Perang Saudara Amerika. Dia mengeluarkan dekrit yang memerintahkan penghapusan perbudakan melalui Proclamation of Emancipation pada tahun 1863, dan menambahkan Pasal ketiga belas ke dalam UUD AS pada tahun 1865.[3]

Lincoln mengawasi perang secara ketat, termasuk pemilihan panglima perang seperti Ulysses S. Grant.  Para ahli sejarah menyimpulkan bahwa Lincoln mengorganisir faksi-faksi dalam Partai Republik dengan baik, membawa tiap pemimpin faksi ke dalam kabinetnya dan memaksa mereka bekerja sama.  Lincoln berhasil meredakan ketegangan dengan Inggris menyusul Skandal Trent pada tahun 1861. Di bawah kepemimpinannya pihak Utara berhasil menduduki wilayah Selatan dari awal peperangan.  Lincoln kemudian terpilih kembali sebagai presiden AS pada tahun 1864.[4]

Para penentang perang mengkritisi Lincoln karena sikapnya yang menolak berkompromi terhadap perbudakan. Sebaliknya, kaum konservatif dari golongan Republikan Radikal, faksi pro penghapusan perbudakan Partai Republik, mengkritisi Lincoln karena sikapnya yang lambat dalam penghapusan perbudakan. Walaupun terhambat oleh berbagai rintangan, Lincoln berhasil menyatukan opini publik melalui retorika dan pidatonya; pidato terbaiknya adalah Pidato Gettysburg. Mendekati akhir peperangan, Lincoln bersikap moderat terhadap rekonstruksi, yaitu mendambakan persatuan kembali bangsa melalui kebijakan rekonsiliasi yang lunak. Penggantinya, Andrew Johnson, juga mendambakan persatuan kembali orang kulit putih, tapi gagal mempertahankan hak para budak yang baru dibebaskan. Lincoln dinilai sebagai presiden AS yang paling hebat sepanjang sejarah Amerika.[5]

Kisah Beracara Abraham Lincoln

Pada saat Abraham Lincoln masih muda dan berprofesi sebagai pengacara, dia sering berkonsultasi dan belajar dengan pengacara senior yang lebih berpengalaman. Suatu ketika pengadilan berlangsung, pernah salah seorang pengacara menghinanya, “Apa yang dia lakukan disini? Singkirkan dia! Saya tidak akan berurusan dengan seekor monyet seperti itu!”.[6]

Mendengar hal itu, sang pengacara muda Abraham Lincoln ini berlaku seperti orang yang tidak mendengarkan, walaupun dia tahu kalau hinaan itu disengaja. Walau malu, ia tetap memperlihatkan wajahnya yang tenang. Ia pun langsung segera masuk ke ruang persidangan dimana sang pengacara senior ini akan melakukan tugasnya. Pengacara yang begitu kejam menghina Lincoln itu, ternyata sangat brillian dan penalarannya sangat bagus. Argumennya tepat dan sangat lengkap. Tertata dan benar-benar dipersiapkan. “Saya akan pulang dan lebih giat belajar hukum lagi,” ucap Lincoln dalam hati.[7]

Hari demi hari, waktu pun berlalu. Ketika itu Lincoln berhasil menjadi Presiden Amerika Serikat pada Maret 1861. Akan tetapi, Lincoln bukannya membalas dendam kepada Stanton, pengacara senior yang pernah pernah menghina dan melukai hatinya, melainkan Lincoln mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang, karena ia yakin bahwa pengacara yang kata-katanya brutal dan berotak cerdas itu amat dibutuhkan negara. Lincoln ternyata tidak salah mengangkatnya karena setelah beberapa waktu berlalu Stanton telah menjadi sahabat dekat sekaligus penasehatnya yang setia. Bahkan ketika Lincoln wafat terbunuh, Stanton-lah yang paling merasa kehilangan, bukan hanya kehilangan seorang atasan tapi dia merasa kehilangan seorang sosok yang telah dianggapnya sebagai sahabat dan saudaranya sendiri. Komentar mengharukan setiap orang yang mendengarnya, “Dia merupakan mutiara milik peradaban.”[8]

Hanya orang yang berkarakter dan punya semangat pengampunan, yang dapat bangkit dan berhasil di atas penghinaan! Jaga suasana hati dan jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak. Jadikan “sampah” sebagai “pupuk” atau “bahan bakar” untuk maju, baik di lingkungan keluarga, tempat kerja mau pun di tempat tinggal kita. Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima ha yang tidak baik. Kuatkan hati Anda dengan komentar negatif orang lain terhadap diri anda. selalu lapang dada, agar anda tidak menjadi pribadi yang pendendam. “Ketika dalam proses belajar ada orang yang menertawakan Anda disaat melakukan kesalahan, percayalah orang tersebut tidak lebih baik dari Anda. Sesungguhnya orang yang lebih baik dari Anda itu akan mengerti ketika Anda melakukan kesalahan.”[9] 

____________________
References:

1. "Abraham Lincoln", id.wikipedia.org., Diakses pada tanggal 8 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Lincoln 
2. Ibid.
3. Ibid.
4. Ibid.
5. Ibid.
6. "Kisah Abraham Lincoln dengan Pengacara Senior", ntdindonesia.com., Diakses pada tanggal 8 Oktober 2022, https://ntdindonesia.com/budipekerti/kisah-abraham-lincoln-dengan-pengacara-senior/
7. Ibid.
8. Ibid.
9. Ibid.

Selasa, 04 Oktober 2022

Knowing Subpoena According to Indonesia Law

(Depositphotos)

By:
Team of Hukumindo

Previously, the www.hukumindo.com platform has talk about "31 Judul Film Yang Wajib Ditonton Tentang Advokat", "Contoh Gugatan Wanprestasi Sektor Konstruksi", "Pengertian dan Pengaturan Penggabungan Gugatan" you may read also "Contoh Surat Kuasa Pelaporan Pidana (LP) Di Institusi Kepolisian" and on this occasion we will discuss about 'Knowing Subpoena/Legal Warning According to Indonesia Law'.

Legal Basis

The summons/subpoena/legal warning is regulated in Article 1238 of the Civil Code and Article 1243 of the Civil Code. The provisions read as follows:[1]
"Article 1238 of the Civil Code: The debtor is declared negligent by a warrant, or by a similar deed, or based on the strength of the engagement itself, that is, if this engagement results in the debtor being deemed negligent by the passage of the specified time.

"Article 1243 of the Civil Code: Compensation of costs, losses and interest due to non-fulfillment of an engagement is required if the debtor, even though it has been declared in default, still fails to fulfill the engagement, or if something that must be given or done can only be given or done in a time that has exceeded the specified time."


We can understand that the legal basis for summons/subpoena/legal warning is the Article 1238 of the Civil Code and Article 1243 of the Civil Code. The two articles are actually related to the matter of default. In legal practice in Indonesia, although the legal provisions positivistically refer to the matter of default, often other legal matters also use this preliminary legal step (summons/subpoena/legal warning). For example, in terms of reporting criminal acts to the Police, for certain crimes such as fraud (Article 378 of the Criminal Code) and or embezzlement (Article 374 of the Criminal Code), the Police officer often ask the complainant/reporter to file a summons/subpoena/legal warning first to the candidate reported.

How Many Times Were The Subpoenas Must Sent?

There is no stipulation on the number of times a subpoena/legal warning must be filed, however, in practice, the subpoena/legal warning is generally submitted three times, namely: subpoena I, subpoena II, subpoena III can also be subpoena one and subpoena two and last subpoena. In legal practice, subpoenas are generally carried out three times. In the event that the subpoena is not heeded, then the creditor has the right to take the matter to legal proceedings, whether civil or criminal. The legal process will then decide the matter.

And if you have any legal issue with this topic, contact us then, feel free in 24 hour, we will be happy to assist you. 


*) For further information please contact:
Mahmud Kusuma Advocate
Law Office
Jakarta - Indonesia.
E-mail: mahmudkusuma22@gmail.com

________________
References:

1. Kitab Undang-undang Hukum Acara Perdata (KUHPer).

Senin, 03 Oktober 2022

31 Judul Film Yang Wajib Ditonton Tentang Advokat

(iStock)

Oleh:
Tim Hukumindo

Pada kesempatan yang lalu platform www.hukumindo.com telah membahas mengenai "Tentang Ancaman Pidana Memasuki Pekarangan Orang Lain Tanpa Izin", "Problematika dalam Proses Pengangkatan dan Penyumpahan Advokat di Indonesia", "Besar Mertokoesoemo, Advokat Pribumi Pertama", "Mr. Assaat, Presiden R.I. Dari Kalangan Advokat" dan "Lasdin Wlas, Advokat Veteran Yang Masih Aktif Berpraktik", pada artikel ini akan dibahas mengenai '31 Judul Film Yang Wajib Ditonton Tentang Advokat'.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengajak sidang pembaca untuk melepaskan sepatu kulitnya, melonggarkan dasi dan stelan resmi yang dipakainya, sejenak pembaca diajak untuk bersantai dan menonton film. Tidak sembarang film, hanya film terpilih yang penulis sajikan di sini, yaitu film-film bertema advokat yang penulis anggap sebagai film terbaik bertema advokat. Ke-31 judul film ini adalah versi platform www.hukumindo.com, tentu sidang pembaca boleh saja mempunyai versi sendiri, atau mungkin mengurangkan dan menambahkannya (misalkan: Ally McBeal dan Boston Legal? Atau mungkin Extraordinary Attorney Woo film dari Korea yang lebih kekinian?). Adapun manfaat yang coba dihadirkan di sini adalah memberi referensi bagi siapa saja, khususnya yang tertarik, untuk mendapatkan daftar film-film terbaik tentang profesi advokat. Daftar film ini sebagian besar pernah ditonton oleh penulis, dan sebagian kecil lainnya belum. Berikut daftar film dimaksud yang penulis ambil dari berbagai sumber:

1. A Time To Kill

(primevideo.com)

Tonya Hailey, gadis negro, 10 tahun umurnya, diperkosa dalam perjalanan pulang, dilukai habis-habisan dan hampir mati digantung 2 pria kulit putih yang mabuk. Dalam waktu singkat, mereka lalu ditangkap dan segera diadili. Berselang beberapa hari, Carl Lee Hailey, Bapak korban, dengan M16 di tangan terbahak-bahak memberondong dua perogol anaknya saat sedang dikawal polisi menuju ruang tahanan. Kedua tersangka tewas dengan tubuh tercabik. Masing-masing berbagi 20 lebih peluru di tubuh. Juga seorang deputy, yang mesti kehilangan kaki, karena kebagian peluru nyasar. Sebuah pembunuhan berencana menggunakan senapan serbu ilegal yang menghasilkan dua mayat, ditambah seorang aparat yang kakinya harus diamputasi, plus TKP berlangsung di sebuah kota kecil di Mississippi yang masih berlaku rasis terhadap warga berkulit legam, otomatis akan mudah memunculkan satu tanya: adakah harapan lain bagi sang Ayah yang ingin membalas dendam kecuali vonis mati tercekik di kamar gas? John Grisham, si penulis novel, menyerahkan tugas mustahil membela si pesakitan kepada tokoh utamanya, seorang pengacara muda lokal kulit putih bernama Jake Brigance.[1] Menurut hemat penulis, film ini sangat serius. Maksudnya benar-benar mewakili dunia litigator fighter untuk kasus-kasus kriminal berat.

2. Judgement at Nuremberg

(kaskus)

Film Judgement at Nuremberg berpusat pada pengadilan militer yang diadakan di Nuremberg, Jerman, di mana empat hakim dan jaksa penuntut Jerman dituduh melakukan kejahatan kemanusiaan karena keterlibatan mereka dalam kekejaman yang dilakukan di bawah rezim Nazi. Hakim Dan Haywood (Spencer Tracy) adalah hakim ketua persidangan dari panel tiga hakim yang akan mengadili dan memutuskan kasus terhadap para terdakwa.[2]

Haywood memulai pemeriksaannya dengan mencoba mempelajari bagaimana terdakwa Ernst Janning (Burt Lancaster) dapat menghukum begitu banyak orang hingga mati. Janning, terungkap, adalah ahli hukum dan sarjana hukum yang berpendidikan dan dihormati secara internasional. Haywood berusaha memahami bagaimana orang-orang Jerman bisa menutup mata dan menutup telinga terhadap kejahatan rezim Nazi. Dengan melakukan itu, ia berteman dengan janda (Marlene Dietrich) dari seorang jenderal Jerman yang telah dieksekusi oleh Sekutu. Dia berbicara dengan sejumlah orang Jerman yang memiliki perspektif berbeda tentang perang.[3]

Karakter lain yang dijumpai hakim adalah Kapten Angkatan Darat AS (William Shatner), yang ditugaskan ke partai Amerika untuk mendengarkan kasus-kasus tersebut, dan Irene Hoffmann (Judy Garland), yang takut memberikan kesaksian yang dapat memperkuat kasus penuntutan terhadap para hakim. Pengacara terdakwa Jerman Hans Rolfe (Maximilian Schell) berpendapat bahwa para terdakwa bukanlah satu-satunya yang membantu, atau setidaknya menutup mata terhadap rezim Nazi. Dia juga menyarankan bahwa Amerika Serikat telah melakukan tindakan yang sama buruknya dengan yang dilakukan Nazi. Dia mengajukan beberapa poin dalam argumen ini, seperti dukungan Hakim Agung AS Oliver Wendell Holmes Jr. untuk praktik eugenika pertama (lihat Buck v. Bell); Reichskonkordat Jerman-Vatikan tahun 1933, yang dieksploitasi oleh pemerintah Jerman yang didominasi Nazi sebagai pengakuan asing awal yang tersirat tentang kepemimpinan Nazi; Bagian Joseph Stalin dalam Pakta Nazi-Soviet tahun 1939, yang menghilangkan hambatan besar terakhir bagi invasi dan pendudukan Jerman di Polandia barat, memulai Perang Dunia II, dan pemboman atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tahap akhir perang pada Agustus 1945.[4]

3. To Kill a Mocking Bird

(layar.id)

'To Kill a Mockingbird' menceritakan tentang kisah dan pergulatan batin seorang gadis muda bernama Scout, terhadap lingkungannya yang masih penuh dengan prasangka dan rasisme. Cerita yang dituliskan dalam novel ini, sebagian terinspirasi dari kisah ayah Lee yang juga seorang pengacara. Ia membela dua pria Afrika-Amerika yang dihukum karena pembunuhan. Salah satu plot dalam cerita ini juga menggambarkan Atticus Finch, pengacara dan juga ayah Scout, membela seorang pria kulit hitam yang dituduh memperkosa seorang wanita kulit putih.[5] Penulis sedikit berkomentar bahwa film ini sungguh merupakan film pengacara yang klasik.

4. The Paradine Case

(themoviedatabase)

Maddalena Anna Paradine (Alida Valli) adalah wanita muda yang cantik, enigmatik (eksotik/misterius) dan sekaligus mempunyai "masa lalu". Nyonya Paradine ditangkap dan didakwa telah membunuh suaminya, seorang pensiunan militer, Colonel Paradine. Nyonya Paradine mencari nasehat dari teman keluarga, Sir Simon (Charles Coburn), yang merekomendasi temannya, pengacara Anthony Keane (Gregory Peck), untuk mewakilinya dalam sidang di pengadilan. Keane menerima kasus ini dan walaupun dia telah menikah dan bahagia dengan istrinya, Gay (Ann Todd), dia langsung terpesona dengan klien barunya yang eksotik dan misterius ini. Keane yakin Nyonya Paradine tidak bersalah, karena dia merasa bahwa wanita terhormat seperti Nyonya Paradine tidaklah mungkin melakukan pembunuhan. Nuansa ambiguity (ketidakjelasan) apakah Nyonya Paradine adalah seorang istri yang setia dan berbakti atau seorang femme fatale yang jahat dan penuh perhitungan menjadi tema utama dalam film ini.[6]

Sementara Keane mendalami kasus tersebut, istrinya Gay yang sabar dan murah hati mulai mencium ketertarikan suaminya terhadap kliennya tersebut. Gay mengungkapkan perasaan gundahnya kepada suaminya dan suaminya menawarkan diri untuk mengundurkan diri dari kasus tersebut. Di luar dugaan, Gay meminta suaminya untuk tetap mewakili Nyonya Paradine dan memberi pembelaan yang terbaik yang dapat membebaskannya. Gay menjelaskan, keputusan bersalah diikuti dengan hukuman mati untuk Nyonya Paradine akan berarti dia akan kehilangan suaminya secara emosional untuk selamanya; maka, satu-satunya cara agar dia bisa mendapatkan kembali cinta suaminya adalah jika dia mendukung suaminya untuk memberi pembelaan yang terbaik yang dapat membebaskannya.[7]

Tetap yakin kliennya tidak bersalah, Keane mulai memfokuskan pembelaannya terhadap pembantu Colonel Paradine yang misterius, Andre Latour (Louis Jourdan). Nyonya Paradine meminta Keane untuk tidak menyudutkan pembantu tersebut. Secara sadar atau tidak sadar, Keane melihat Latour sebagai "kambing hitam" yang dapat dikorbankan untuk membebaskan kliennya, tetapi strategi ini ternyata menghantam balik pembelaannya. Keane menyudutkan Latour di dalam sidang di pengadilan dengan menunjukkan ketidakkonsistenan pernyataan-pernyataanya. Nyonya Paradine marah karena Keane mengingkari janjinya bahwa dia tidak akan menyudutkan pembantu tersebut. Hari berikutnya, ketika sidang berlanjut, pengadilan menerima kabar bahwa Latour telah bunuh diri. Nyonya Paradine kontan saja tidak dapat menahan diri lagi--duduk di dalam kursi saksinya, dia akhirnya mengakui bahwa Latour adalah kekasih gelapnya dan dia telah membunuh suaminya agar bisa bersama dengan Latour. Keane terkejut, secara fisik, emosional dan intelektual. Mengetahui tidak ada lagi yang dapat dia lakukan untuk menyelamatkan kliennya, Keane dengan terbata-bata mengakui betapa buruknya dia telah menangani kasus tersebut. Dia meninggalkan ruang pengadilan dan pulang ke rumah temannya, Sir Simon. Keane yakin kegagalan ini adalah akhir dari kariernya, tetapi istrinya Gay menyusulnya ke rumah Sir Simon dan membangkitkan kembali harapannya untuk masa depan.[8] Jika mengulik film karya Alfred Hitchcock yang lain, sebenarnya ada film lain yang bergenre dunia hukum, namun menurut penulis, film ini yang paling relevan dengan profesi advokat.

5. Inherit The Wind

(Rotten Tomatoes)

Judulnya diambil dari cuplikan ayat Amsal 11:29, adaptasi dari teater Broadway dengan judul yang sama, Inherit the Wind adalah cerita yang menarik perhatian dan sekaligus memprovokasi perdebatan. Ceritanya berpusat di sebuah kota kecil di bagian selatan AS, dimana masyarakatnya relijius dan mereka harus berhadapan dengan teori evolusi Darwin dan implikasinya terhadap religiusitas mereka. Isu yang sensitif ini ditangani dengan script yang memberi kedua belah pihak screen-time yang seimbang dan argumentasi yang sama-sama kuat dan berbobot. Penampilan Spencer Tracy dan Fredrich March sangat menjiwai dan meyakinkan. Kedua belah pihak beragumentasi secara terhormat dan dengan penuh penghayatan. Tracy tampil intelektual sebagai pengacara pembela, Henry Drummond, yang berusaha menyelamatkan teori evolusi; sedang March tampil kharismatik sebagai pengacara penuntut--sekaligus seorang religius, Matthew Harrison Brady, yang berusaha mempertahankan nilai-nilai tradisi--"the old time religion". Kedua aktor sangat mulus aktingnya, sekaligus sangat meyakinkan dalam menjual masing-masing sudut pandangnya. Tracy menerima nominasi Oscar untuk Aktor Terbaik, tetapi menurut penulis, justru March-lah yang lebih pantas menerima nominasi tersebut karena March-lah yang menangkap esensi dari karakternya dengan lebih baik. Seandainya bukan Tracy dan March, film ini hanya akan menjadi film bagus, bukan film klasik. Gene Kelly bermain against-the-type sebagai reporter yang sinis, E. K. Hornbeck, dengan dialog-dialog yang irritating/menjengkelkan, dan Claude Akins bermain sebagai pemimpin agama, Rev. Jeremiah Brown, dengan penampilan yang rada over-the-top, tetapi kehadiran mereka diperlukan untuk memberikan side-kick terhadap karakter-karakter utama. Scriptnya tajam, aktingnya menjiwai, dan soundtrack-nya "Gimme That Old Time Religion" betul-betul menghanyutkan dan menghantui. Perdebatan ide ini ternyata masih sangat relevan bahkan sampai saat ini.[9]

6. Anatomy of a Murder

(Movies Anywhere)

Berdasarkan novel dengan judul yang sama karya hakim di Pengadilan Tinggi di Michigan, John D. Voelker--yang menggunakan nama pena Robert Traver, Anatomy of a Murder memperoleh ketenaran dan posisinya dalam sejarah perfilman sebagai film pertama yang menggunakan terminologi seksual yang sebelumnya dianggap tabu. Sebagai film yang menandai awal dari akhir dari self-censorship di Hollywood, scriptnya ditebari dengan kata-kata yang gamblang, misalnya pemerkosaan, penetrasi, kontraseptif, celana dalam, dan semen. Penonton jaman sekarang mungkin terheran-heran, bukankah kata-kata seperti itu sudah biasa? Untuk jaman sekarang, memang sudah biasa...tetapi saat itu, merupakan breakthrough atau revolusi. Selain itu, Anatomy of a Murder mungkin adalah film kedua yang paling terkenal dari Otto Preminger setelah Laura (1944). Jika anda menyukai drama pengadilan, anda mungkin menemukan film ini sangat menghibur. Karakter-karakter utama yang ada sangat realistis: tertuduh (Ben Gazzara) dan istrinya (Lee Remick) digambarkan sebagai orang-orang yang tidak simpatik--suaminya sebagai orang yang sinis dan keras yang nampak jelas bersalah atas pembunuhan yang dia lakukan, dan istrinya sebagai wanita penggoda yang nampak jelas senang mengundang masalah; sementara pihak pengacara (James Stewart) dan pihak jaksa penuntut (George C. Scott), keduanya lebih tertarik memenangkan kasus daripada menegakkan keadilan. Karakter-karakter pendukung yang lain memainkan peran side-kick yang menyegarkan: Eve Arden sebagai sekretaris Stewart yang dengan sabar menunggu gajinya dari boss-nya--jika dia berhasil memenangkan kasus ini, Arthur O'Connell sebagai partner Stewart yang berbakat tetapi mempunyai masalah alkoholisme, Murray Hamilton sebagai teman dari korban yang tidak kooperatif, Kathryn Grant sebagai anak simpanan dari korban yang misterius, tetapi Joseph Welch sebagai hakim pengadilan berhasil mencuri centre-stage dengan aktingnya yang hangat dan meyakinkan. Beberapa titik lemah dari film ini adalah nampak terlalu dibuat-buat ketika Grant menjadi saksi terakhir yang mengakhiri drama pengadilan ini, juga nampak terlalu mudah bagi O'Connell mengatasi alkoholisme-nya, sementara kecelakaan yang dia alami terasa melodramatis; kemudian, bagaimana dengan Arden? ... apakah dia akhirnya mendapatkan gajinya dari boss-nya? Anatomy of a Murder diiringi oleh musical score dari musisi jazz ternama, Duke Ellington, yang melakukan penampilan cameo dalam film ini.[10]

7. Witness for the Prosecution

(Prime Video)

Seorang pengacara terkenal, Wilfrid Robart (Charles Laughton) baru saja (hampir) sembuh dari sakitnya. Meski belum sembuh total, ia memutuskan untuk menerima Leonard Vole (Tyrone Power) sebagai kliennya. Leonard Vole dituduh telah melakukan pembunuhan atas wanita tua kaya Emily French (Norma Varden). Dengan terus ditemani oleh suster privatnya, Miss Plimsoll (Elsa Lanchester), ia pun menjalani persidangan menemani sang terdakwa, Leorand Vole.[11]

Konfilk dalam persidangan makin menjadi setelah istri Vole, seorang aktris asal Jerman bernama Christine Vole (Marlene Dietrich) yang secara mengejutkan dijadikan saksi, karena sebelumnya Wilfrid memutuskan untuk tak menjadikan ia saksi. Lebih mengejutkan lagi, karena sang istri ternyata menyampaikan kesaksian palsu, berbeda 180 derajat dengan apa yang ia sampaikan ketika ia datang ke rumah Wilfrid. Kemudian, apakah Vole bersalah? Apalagi setelah sang istri memberikan kesaksian palsu yang makin memberatkan Vole. Film ini didukung oleh ensemble cast yang luar biasa. Ada Charles Laughton yang tampil dengan sangat meyakinkan dengan memerankan tokoh pengacara hebat yang banyak bicara dan agak konyol (ya, hebat tapi sedikit konyol, sangat Poirot). Belum lagi si suster privat, Miss Plimsoll yang juga tak kalah banyak bicaranya yang diperankan Elsa Lanchester juga tampil dengan sangat baik. Hasilnya? Chemistry antara kedua tokoh yang sering bertengkar ini terjalin dengan sangat klop. Oh, jangan pula lupakan dua nominasi Oscar untuk mereka.[12]

Di sisi lain, ada Tyrone Power sebagai terdakwa yang menghasilkan penampilan dengan baik. Jangan lupakan Marlene Dietrich yang memerankan tokoh istri yang penuh kebohongan yang dapat diperankan dengan sangat baik pula. Yang jelas, bersama dengan Laughton dan Lanchester, Dietrich berhasil memberikan penampilan terbaiknya.[13]

8. The Conspirator

(Jadwalnonton.com)

Mary Surratt (Robin Wright) adalah satu-satunya wanita yang diajukan ke pengadilan militer dengan tuduhan terlibat perencanaan pembunuhan Presiden, Wakil Presiden, dan Menteri Sekretaris Negara. Tak ada yang tahu pasti apakah Mary bersalah atau tidak. Mary Surratt adalah pemilik rumah yang digunakan oleh orang-orang yang merencanakan pembunuhan itu. Tujuh pria lain yang diduga terlibat juga sudah diringkus dan diajukan ke pengadilan. Satu-satunya wanita dalam kasus ini adalah Mary Surratt. Frederick Aiken (James McAvoy) adalah pengacara muda yang ditugaskan untuk menjadi pembela Mary Surratt. Awalnya Frederick ragu. Frederick sadar kalau Mary bisa jadi sama sekali tak terlibat urusan ini. Bisa jadi Mary hanya dijadikan korban agar tertuduh sebenarnya bisa meloloskan diri dari kejaran para penegak hukum.[14]

9. The Verdict

(etindonesia.com)

The Verdict adalah sebuah film drama ruang pengadilan Amerika 1982 yang dibintangi oleh Paul Newman, Charlotte Rampling, Jack Warden, James Mason, Milo O'Shea dan Lindsay Crouse. Film tersebut, yang disutradarai oleh Sidney Lumet, diadaptasi oleh David Mamet dari novel karya Barry Reed. Film tersebut berkisah tentang seorang pengacara alkoholik yang mengambil sebuah kasus malpraktik medis untuk mempengaruhi keadaannya sendiri, tetapi menemukan cara agar ia melakukan hal yang benar.[15]

10. Presumed Innocent

(carousell)

Carolyn Polhemus deputi jaksa penuntut yang cantik, oportunis, dan banyak kekasih ditemukan tewas dalam keadaan telanjang dan terikat di apartemennya. Rusty Sabich salah satu kekasih korban dituduh sebagai pelakunya. Ia dicalonkan menjadi jaksa penuntut menggantikan atasannya Raymond Horgan, yang mengajukan diri menjadi kandidat wali kota. Bukti-bukti menguatkan tuduhan itu. Kasus ini ditangani Tommy Molto pendukung Nico Della Guardia, kandidat wali kota saingan Raymond sekaligus mantan anak buahnya yang punya dendam pribadi. Ternyata, Nico pun pernah menjalin affair dengan Carolyn. Apakah ini kasus perkosaan dan pembunuhan ataukah kejahatan yang terencana? Masih adakah supremasi hukum di kancah pertikaian politik?[16]

11. And Justice For All

(id.wikipedia.org.)

Al Pacino, pengacara terbaik itu berusaha menemui hakim untuk meminta penangguhan penahanan bagi kliennya:

Mungkin bila anda tidak segera mengambil tindakan mengeluarkan terdakwa dari tahanan dan membawanya ke rumah sakit, ia akan mencoba bunuh diri lagi hari ini,” kata sang pengacara.
Situasi senyap, hakim menimpali:

“Sayang tak semudah yang saudara bayangkan mengeluarkan dia dari tahanan, semua ada prosedurnya”.

“Tapi keadaannya mendesak!” Sang pengacara ngotot.

“Prosedur harus ditaati, hukum yang mengatur demikian,” kata hakim mengakhiri dialog.

Pada saat yang sama, klien Al Pacino telah mati bunuh diri di ruang tahanan dengan menjerat lehernya menggunakan sobekan baju. Cerita ini tergambar dalam sebuah film drama ruang pengadilan tahun 1979 berjudul And Justice For All, garapan Norman Jewison yang dibintangi Al Pacino, Jack Warden & John Forsythe. Sementara Lee Strasberg, Jeffrey Tambor, Christine Lahti, Craig T. Nelson, dan Thomas Waites tampil dalam peran-peran pendukung. Tergambar dengan jelas dalam cerita itu pertarungan antara prosedur hukum yang kaku dan positivistik dengan psikologi tahanan dalam realitas.[17]

12. Amistad

(Catatan Tia - Wordpress.com)

Amistad adalah nama sebuah kapal (La Amistad) milik Spanyol yang mengangkut orang-orang Afrika untuk dijadikan budak secara illegal, selanjutnya nama kapal tersebut (Amistad) menjadi sebuah judul film yang diangkat dari kisah nyata atas peristiwa tersebut. Dalam film ini banyak pelajaran yang dapat dipetik, khususnya bagi pengacara yang punya fokus terhadap Hak Asasi Manusia (Human Rights) dan Hukum Internasional. Pada masa itu, perbudakan adalah sesuatu yang lazim terjadi di Amerika Serikat, atau boleh dikatakan sah secara hukum. Namun demikian, perbudakan di Amerika Serikat harus mengacu dan mengikuti ketentuan hukum serta perundang-undangan yang berlaku, khususnya mengenai perbudakan (slavery). Secara singkat, kasus Amistad bermula dari sebuah perjalanan dimana sebuah kapal mengangkut segerombolan orang-orang kulit hitam (Negro) untuk dijadikan budak, mereka diculik dari tempat tinggal mereka di sebuah desa di Afrika. Ditengah perjalanan, salah seorang Negro mampu melepaskan diri dari ikatan rantai dan melakukan pemberontakan bahkan pembunuhan terhadap awak kapal (penculik), hingga tersisa 2 orang yang bertugas sebagai nakhoda dan dipaksa para Negro untuk mengembalikan mereka ke desanya. Namun sayangnya, perjalanan kembali ke desa tidak sesuai harapan, justru kapal tersebut ditemukan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dan seluruh Negro ditangkap untuk kemudian diadili.[18]

13. My Cousin Vinny

(Prime Video)

Komedi ruang sidang berputar di sekitar Vinny Gambini, seorang pengacara / mekanik yang lulus ujian pengacara pada percobaan keenamnya dan sama sekali tidak memiliki pengalaman persidangan. Dia melakukan perjalanan ke Alabama dari Brooklyn, New York untuk membela sepupunya (Ralph Macchio) yang dituduh, bersama dengan teman seperjalanannya (Mitchell Whitfield), membunuh seorang pegawai toko.[19]

14. Music Box

(IMDb)

Music Box adalah sebuah film lawas produksi Tahun 1989 yang menceritakan kisah  seorang pengacara perempuan. Di mana pengacara perempuan tersebut berjuang membela seorang imigran dari Hungaria yang dituduh sebagai penjahat perang. Yang lebih memberatkan bagi sang pengacara ialah klien yang dibela kali ini adalah ayah kandungnya sendiri.[20]

Di dalam pengadilan pengacara perempuan yang bernama Anne Talbot (Jessica Lange) menyampaikan dalam pembelaannya bahwa ayahnya merupakan korban kesalahan identitas. Tetapi di dalam pengadilan, jaksa juga memiliki bukti yang sangat kuat dalam dakwaannya. Sehingga di dalam pengadilan terjadi perdebatan yang sangat sengit antara Anne Talbot dengan jaksa yang mengangani perkara. Jaksa tidak habis kekurangan akal untuk membuktikan bahwa Michael J. Laszlo (Ayah Anne Talbot) memang merupakan penjahat perang. Berbagai macam saksi didatangkan ke pengadilan, bahkan para saksi dari Hungaria juga didatangkan ke pengadilan untuk diperiksa. Di luar persidangan dalam perkara tersebut penduduk Amerika Serikat (AS) terjebak dalam kontroversi. Ada kelompok yang menyatakan dan menuduh bahwa Michael J. Laszlo memang merupakan penjahat perang dan harus dihukum seberat-beratnya. Tetapi juga ada kelompok masyarakat yang mendukung Michael J. Laszlo dan menyatakan ia tidak bersalah.[21]

Alhasil, karena kehebatan permbelaan dari Anne Talbot dan juga karena jaksa tidak mampu membuktikan secara gamblang di dalam fakta persidangan. Maka hakim dalam pengadlilan itu memutuskan bahwa Michael J. Laszlo tidak bersalah. Tetapi permasalahan baru terjadi setelah Anne Talbot terbang ke Hungaria langsung.  Di sana dia dipertemukan langsung dengan orang-orang yang menjadi korban kekejaman pasukan Nazi dalam perang dunia ke-II. Tidak hanya itu, Anne Talbot juga mendatangi tempat-tempat yang menjadi saksi penyiksaan dan pembantai yang dilakukan tentara Nazi. Sampai suatu ketika Anne Talbot, bertemu dengan seseorang yang memberikannya sebuah ‘kotak musik’ yang berisikan foto. Alangkah terkejutnya diirinya ketika melihat foto-foto tersebut, karena isi fotonya adalah ayahnya yang melakukan penyiksaan terhadap orang-orang yahudi. Di sinilah penyesalan dan dilematis melanda Anne Talbot. Realitas yang terjadi bahwa selama ini ia membela dan membebaskan seorang penjahat perang, meskipun sang penjahat perang tersebut itu adalah ayah kandungnya sendiri.[22]

15. 12 Angry Man

(cultura.id)

Film ini bercerita tentang 12 orang yang berperan sebagai juri di pengadilan AS untuk kasus pembunuhan tunggal. Sang terdakwa merupakan seorang anak kecil yang diadili karena dituduh telah membunuh ayahnya sendiri. Sebelum pengambilan keputusan persidangan, Sang hakim memberikan kesempatan 12 orang juri untuk berunding di satu ruangan kecil menentukan nasib sang terdakwa. Saat para juri berkumpul di suatu ruang khusus, masing-masing juri tanpa ragu menyatakan bahwa sang terdakwa memang bersalah dan pantas dijatuhi hukuman mati. Namun ada satu juri, yang dikenal sebagai juri no. 8 (Henry Fonda), yang meyakini bahwa terdakwa justru tidak bersalah. Dari sinilah diskusi berujung perdebatan antara para juri dimulai. Juri no. 8 tetap gigih dengan argumennya melawan 11 orang juri lainnya. Sepanjang durasi 1 jam 35 menit, kita akan diperlihatkan dialog intens antara 12 juri yang menyatakan argumennya masing-masing demi menentukan nasib sang terdakwa.[23]

Dengan setting lokasi yang hanya berada di satu ruangan kecil yang hanya disertai kipas angin kecil, kekuatan utama film ini terletak pada dialognya. Sebagai penulis naskah, Reginald Rose terbilang sangat berhasil dalam membangun dialog yang realistis. Percakapan antar para juri pun terkesan tidak terlalu mendramatisir, malahan terlihat sangat mengalir dan nyata. Dari segi penyutradaraan, Sidney Lumet sukses mengeksplorasi lebih dalam setiap karakternya. Kepiawaian Sidney Lumet dalam mengolah naskah Reginald Rose ke dalam format sinema seakan membawa para penonton untuk menjadi seorang pengamat yang hadir di dalam ruangan bersama 12 orang juri itu. Sebagai penonton, kita akan turut terbawa suasana yang tegang, panas, dan intens dari ruangan tersebut. Meskipun film ini didominasi oleh adegan percakapan, para penonton tidak akan merasa bosan karena alur film ini memang dibuat tidak bertele-tele dengan durasi yang hanya 1 jam 35 menit.[24]

17. Evelyn

(id.wikipedia.org.)

Kisah dimulai saat istri Desmond (Claire Mullan) secara tiba-tiba kabur meninggalkan keluarganya, yang dianggapnya tidak akan mendatangkan kemajuan, kecuali hanya kemiskinan dan kemelaratan, setelah Desmond (Pierce Brosnan) sebagai suaminya dipecat dari pekerjaannya. Menurut aturan hukum Irlandia di era itu, setiap anak yang orang tuanya menganggur atau tidak bekerja, wajib diserahkan hak asuhnya kepada negara dan sang anak akan ditempatkan di sebuah panti asuhan Katolik. Desmond, yang mencoba untuk mengembalikan anak-anaknya, apapun caranya, mulai berjuang. Salah satunya adalah dengan cara meminta tolong kepada teman-temannya yang secara tidak sengaja, dikenalnya ketika Desmond sedang mabuk-mabukkan di bar. Bahkan saat itu, Desmond Doyle sempat menyinggung teman-temannya tersebut, tanpa tahu bahwa mereka semua bisa menolong Desmond. Akhirnya, dengan penuh perjuangan tanpa kenal lelah, Desmond bersama Bernadette Beattie (Julianna Margulies) mencoba menghubungi kakaknya, Michael (Stephen Rea), seorang pengacara AS bernama Maurice (Hugh MacDonagh) dan kawannya yang bernama Thomas Connolly (Alan Bates).[25]

18. Intolerable Cruelty

(FilmAffinity)

George memerankan sosok seorang pengacara perceraian bernama Miles Massey. Reputasi Miles sebagai seorang pengacara yang sukses berhasil membuat dirinya dikagumi oleh banyak orang, termasuk koleganya. Ia menjadi salah satu pengacara yang cukup tangguh untuk dikalahkan. Suatu saat, kemampuan Miles dihadapkan pada sebuah tantangan baru ketika ia mendapati Edward Herrmann (Rex Rexroth) sebagai kliennya. Kala itu, Edward akan diceraikan oleh istrinya, Marylin Rexroth (Catherine Zeta-Jones), yang mendapati dirinya selingkuh. Namun, berkat kemampuan Miles, Marylin tidak berhasil mendapatkan sepeser pun uang kompensansi. Tidak ingin kalah begitu saja, Marylin berusaha untuk menyerang balik dan mendapatkan haknya dengan bantuan seorang pengusaha minyak terkenal (Billy Bob Thornton). Sayangnya, situasi menjadi makin rumit ketika Miles justru jatuh cinta dengan calon mantan istri kliennya tersebut.  Siapakah yang akan keluar sebagai pemenang dalam ajang adu taktik ini?[26]

19. Dark Waters

(Edwin Dianto-WordPress.com)

Dark Waters mengisahkan aksi seorang pengacara dalam membongkar konspirasi perusahaan kimia. Robert Bilott (Mark Ruffalo) mendapat laporan dari seorang petani bernama Wilbur Tennant (Bill Camp) soal peristiwa yang terjadi di kotanya. Karena mengenal baik keluarga Robert, Wilbur meminta bantuan sang pengacara untuk menyelidiki kematian hewan ternak di sekitar Parkersburg, Virginia Utara. Wilbur meyakini kejadian ini merupakan imbas dari pembuangan limbah kimia beracun oleh perusahaan DuPont. Setibanya di Parkersburg, Robert menemukan banyak kejanggalan pada organ tubuh 190 sapi yang mati dalam waktu hampir bersamaan. Hewan-hewan ternak ini memiliki gigi yang menghitam, organ yang membengkak, bahkan beberapa memiliki tumor.[27]

Pengacara perusahaan DuPont, Phil Donnelly (Victor Garber), menyatakan pihaknya tidak mengetahui kasus ini. Meski Phil berjanji akan mendampingi investigasi Robert, ia tetap memilih mengajukan gugatan pada DuPont Dari gugatan ini, Robert berhasil mendapatkan dokumen soal jenis limbah yang dibuang oleh perusahaan tersebut. Anehnya, tidak ada informasi yang bisa ditemukan. Robert menduga bahan kimia milik DuPont tidak terdaftar di Badan Perlindungan Lingkungan Hidup. Karena telah mengantongi izin pemerintah, Robert mendesak Phil agar menyerahkan dokumen-dokumen penelitian yang dimiliki kliennya. Dari sini, ada satu temuan mengejutkan yang berhasil didapatkan oleh Robert. Ternyata, perusahaan tersebut tengah meneliti efek jangka panjang perfluorooctanoic acid (PFOA) terhadap tubuh manusia. Bahan kimia ini digunakan dalam lapisan teflon dan DuPont tidak pernah merilis temuannya ke publik.[28]

20. A Few Good Men

(Paciran.id)

Film drama persidangan militer Amerika Serikat (AS) ini dimulai dengan kasus penembakan seorang tentara marinir bernama William Santiago (Michael DeLorenzo). Kematian Santiago sebetulnya sangat terang benderang, karena saat kematiannya, ada dua orang tentara marinir lainnya yang sedang bersamanya yaitu Harold Dawson (Wolfgang Bodison) dan Louden Downey (James Marshal). Kasus ini menjadi rumit karena penembakan tersebut dilakukan atas instruksi komandan pangkalan AS bernama Kolonel Nathan Jessup (Jack Nicholson). Semua prajurit yang ada di pangkalan tersebut kemudian secara berjamaah saling menutupi peristiwa tersebut, demi menjaga nama baik korpsnya.[29]

Kemudian mereka membuat skenario, dimana peristiwa kematian Santiago hanyalah sebuah pertengkaran biasa antar prajurit yang  berakhir dengan baku tembak. Akibat kuatnya ikatan saling melindungi di antara para prajurit, membuat penyelidikan berjalan sangat lambat. Sampai akhirnya pihak militer AS harus mengirimkan dua orang pengacara dan penyelidik dari luar pangkalan yaitu Letnan Daniel Kaffee (Tom Cruise) dan Letnan Joanne Galloway (Demi Moore) untuk mengawal kasus tersebut. Pada akhirnya Kolonel Jessup menjalani persidangan dan akhirnya muncullah istilah “Code Red”, yang merupakan peraturan yang tidak tertulis bahwa prajurit yang melanggar kedisiplinan harus dihukum, dengan hukuman diluar batas kemanusiaan. Dalam kasus Santiago, Dawson dan Downey diperintahkan atasannya untuk menghabisi nyawa Santiago, yang dianggap bisa membahayakan keselamatan korps karena suatu rahasia yang diketahuinya.[30] Penulis agaknya harus setuju, film ini mirip cerita kasus Brigadir J.

21. Lincoln Lawyer

(lionsgate/Kompas.com)

Pengacara Mickey Haller (Matthew McConaughey) menerima permintaan untuk menangani kasus yang menimpa Louis Roulet (Ryan Phillippe). Pemuda kaya raya asal Beverly Hills tersebut merupakan putra dari pengusaha properti Mary Windsor (Frances Fisher). Beberapa hari sebelumnya, Louis dilaporkan ke pihak berwajib atas tuduhan pemukulan brutal terhadap pekerja seks Regina Campo (Margarita Levieva). Haller dan rekannya, Frank Levin (William H. Macy) memulai penyelidikan dengan memeriksa sejumlah barang bukti. Dari sini, Haller pun teringat akan kasus Jesus Martinez (Michael Peña) yang juga pernah ia tangani.[31]

Martinez dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas kasus pembunuhan seorang wanita di Los Angeles. Serupa dengan Louis, Martinez juga bersikeras jika dirinya tidak terlibat. Haller pun membujuknya untuk mengaku bersalah agar terhindar dari hukuman mati. Setelah berbincang dengan Jaksa Maggie McPherson (Marisa Tomei), pengacara tersebut mulai menyusun teori atas kasus yang ia tangani. Haller meyakini jika Martinez bukan lah pelaku dari kasus pembunuhan tersebut, melainkan klien barunya Louis Roulet. Meski belum mengungkap temuannya pada siapa pun, Louis ternyata telah mengetahui hal ini. Ia pun masuk secara paksa ke rumah Haller suatu malam dan mengaku bahwa dirinya lah yang telah menjebak Martinez. Tidak berhenti disitu, Louis juga mengancam akan menghabisi nyawa Maggie dan orang-orang terdekat Haller.[32] Penulis dapat berkomentar bahwa dalam dunia praktik, tidak semua klien bersikap baik terhadap kuasa hukumnya.

22. Legally Blonde

(Tribunnews.com)

Elle Woods adalah seorang calon mahasiswa yang kaya, bergaya, dan ceria. Suatu saat dia dibawa pacarnya, Warner Huntington III, ke sebuah restoran mahal. Ella mengira Warner akan melamarnya, namun Warner justru memutuskannya karena dia ingin fokus dengan pendidikannya di Harvard Law School.[33]

Warner ingin menjadi politisi yang sukses. Oleh karena itu, dia merasa dirinya butuh pasangan yang sama pintarnya, tidak bisa dengan Elle yang menurutnya tidak cukup "serius" untuk kehidupan seperti itu. Elle kehilangan keceriaan setelah itu. Namun semangatnya kembali saat dia memiliki ide untuk menyesuaikan diri dengan Warner,  yaitu menyusulnya ke Harvard Law School.  Setelah berbulan-bulan belajar, Elle mendapat nilai 179 pada Tes Masuk Sekolah Hukum dan, dikombinasikan dengan IPK 4.0-nya, dia diterima di Sekolah Hukum Harvard. Di Harvard, terlihat jelas bahwa kepribadian sosialita Elle sangat kontras dengan teman-teman sekelasnya yang meragukan keseriusannya. Tak butuh waktu lama bagi Elle untuk bertemu Warner di sana, tapi ternyata Warner sudah bertunangan dengan Vivian Kensington, mahasiswa sekolah hukum yang menganggap Elle bodoh.[34]

Bukan hanya Vivian, ternyata Warner juga mengatakan bahwa Elle sedang membuang-buang waktunya di Harvard Law School karena dia tak cukup cerdas untuk berhasil menyelesaikan kuliahnya. Hal itu membuat Elle yang jengkel mendapat motivasi untuk belajar lebih giat dan menunjukkan pemahamannya tentang subjek tersebut. Semester berikutnya, Profesor Callahan, guru sekolah yang paling dihormati, memutuskan untuk mengambil beberapa mahasiswa tahun pertama untuk membantunya dengan sebuah kasus yang memiliki profil tinggi. Di antara mereka yang terpilih adalah Elle, Warner, dan Vivian. Callahan membela instruktur kebugaran terkemuka bernama Brooke Windham, salah satu panutan Elle. Dituduh membunuh suaminya, Brooke tidak mau memberikan alibi (dia kemudian mengungkapkan kepada Elle alibinya yang sebenarnya yang membuat Elle menjadi pembela utamanya dan Elle berjanji untuk tidak mengungkapkannya). Ikuti kisah seru Elle di Harvard, mulai dari kisah cintanya hingga usahanya dalam menangani masalah di pengadilan, dengan menonton Legally Blonde.[35] Hemat penulis, film ini terlalu dilebih-lebihkan, karena menceritakan seorang yang tadinya sangat nge-pop hingga menjalani profesi yang sangat serius sebagai lawyer. Film yang sangat Hollywood.

23. Bridge Of Spies

(id.wikipedia.org.)

Pada tahun 1957 di kota New York, Rudolf Abel (Mark Rylance) dituduh sebagai mata-mata untuk Uni Soviet. Pengacara asuransi James B. Donovan (Tom Hanks) ditugaskan untuk membela Rudolf, meskipun James merasa tidak enak, sehingga pengadilan Rudolf akan dianggap adil. Berkomitmen pada prinsip bahwa terdakwa layak mendapat pembelaan yang kuat, ia berhasil melakukan pembelaan terbaik atas Rudolf, menolak untuk bekerja sama dengan CIA untuk mendorongnya melanggar kerahasiaan komunikasinya dengan kliennya. Rudolf dihukum, tetapi James meyakinkan hakim untuk membebaskan Rudolf dari hukuman mati karena Rudolf telah melayani negaranya dengan terhormat dan mungkin berguna untuk pertukaran narapidana di masa depan. Akhirnya Rudolf dijatuhi hukuman 30 tahun dan James mengajukan banding ke Mahkamah Agung berdasarkan tidak adanya surat perintah penggeledahan yang pasti untuk menyita sandi dan peralatan fotografi Rudolf, tetapi hukumannya dijunjung tinggi. Karena pendiriannya yang berprinsip, James dan keluarganya dicemooh, termasuk serangan tembakan yang terjadi di rumah mereka.[36]

Pada tahun 1960, Francis Gary Powers (Austin Stowell), seorang pilot yang mengikuti program mata-mata rahasia CIA U-2, ditembak jatuh di atas Uni Soviet. Francis Gary ditangkap dan dalam sebuah persidangan, ia dijatuhi hukuman percobaan sampai sepuluh tahun kurungan, termasuk tiga tahun penjara.[37]

James menerima sepucuk surat dari Jerman Timur, yang mengaku dikirim oleh istri Rudolf, berterima kasih kepadanya dan mendorongnya untuk menghubungi pengacaranya, Wolfgang Vogel (Sebastian Koch). CIA menganggap hal ini sebagai pesan balasan yang mengisyaratkan bahwa Uni Soviet bersedia untuk melakukan pertukaran antara Francis Gary dengan Rudolf. Secara tidak resmi, mereka meminta James pergi ke Berlin untuk menegosiasikan pertukaran. James tiba tepat saat Tembok Berlin telah dibangun. Setelah menyeberang ke Berlin Timur, ia bertemu dengan perwira KGB di Kedutaan Soviet dan kemudian diarahkan ke Wolfgang, yang mewakili Jaksa Agung Jerman Timur. Jaksa Agung berusaha untuk menukar Rudolf dengan seorang mahasiswa pascasarjana Amerika Serikat bernama Frederic Pryor (Will Rogers), yang telah ditangkap di Jerman Timur tidak lama sebelumnya. Dalam prosesnya, Jerman Timur berharap mendapat pengakuan resmi oleh Amerika Serikat.[38]

CIA ingin James mengabaikan Frederic, tetapi ia menegaskan bahwa Frederic dan Francis Gary harus ditukar dengan Rudolf. Dalam sebuah pesan kepada Jaksa Agung, ia mengancam bahwa mereka akan melepaskan Frederic dan Francis Gary atau tidak akan ada kesepakatan. Ancaman itu sukses. Saat Rudolf dan Francis Gary berada di ujung Jembatan Glienicke, ada penundaan yang menegangkan sampai dipastikan bahwa Frederic telah dibebaskan di Checkpoint Charlie, Rudolf dan Francis Gary ditukar dan kembali ke tempat asalnya. Keesokan harinya, di Amerika Serikat, pemerintah secara terbuka mengakui James telah menegosiasikan kesepakatan yang memulihkan citra publiknya. Film ini berakhir dengan James yang membantu menegosiasikan pelepasan para marinir yang ditangkap saat invasi Teluk Babi yang gagal di Kuba.[39] Ini film yang cukup menarik, seorang pengacara asuransi menangani perkara pidana mata-mata yang sangat berbahaya.

24. The Firm

(Merahputih)

The Firm adalah sebuah film Amerika Serikat bengenre hukum, thriller dan drama, yang dibintangin oleh Tom Cruise dan Jeanne Tripplehorn sebagai pemeran utama dan disutradarai oleh Sydney Pollack. Setiap orang memerlukan dorongan untuk mencapai keadaan yang terbaik dalam hidupnya. Kemiskinan adalah salah satu dorongan yang dapat membuat seseorang berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan layak. Sama seperti Mitch McDeere (Tom Cruise) seorang anak yang terlahir dari keluarga miskin dan memiliki impian suatu saat dapat meperbaiki keadaan keluarganya agar hidup lebih layak. Untuk memperbaiki keadaan keluarganya, Mitch McDeere belajar dengan sangat tekun dan giat di Harvard Law School agar menjadi seorang pengacara yang andal. Usaha kerasnya tidak sia-sia, ia berhasil masuk jajaran lima besar dalam kelasnya, bahkan ia berhasil lulus dengan nilai tertinggi.[40]

Berhasil lulus dari Harvard Law School sembari mencari pekerjaan untuk dirinya dan banyak tawaran pekerjaan yang ia terima, tidak lama Mitch McDeere mendapat tawaran pekerjaan dari sebuah Law Firm Bendini, Lambert dan Locke yaitu sebuah firma hukum kecil yang ekslusif yang berada di Memphis. Firma hukum ini bergerak khusus untuk menangani masalah akuntansi dan pajak. Dari banyak tawaran yang dia terima, Mitch McDeere tergiur dengan Law Firm Bendini, Lambert dan Locke dan selanjutnya dia memerima tawaran dari Law Firm tersebut. Bersama istrinya, Abby (Jeanne Tripplehorn), Mitch pindah ke Memphis sembari belajar untuk mendapatkan lisensi kepengacaranya di Tennessee.[41]

Di kehidupannya yang baru itu, Mitch mulai memahami budaya profesional di sebuah firma hukum yang menuntut kesetiaan dan kerahasiaan berkat jasa Avery Tolar (Gene Hackman). Ketika sudah mulai memasuki dunia pekerjaan sesuai dengan bidangnya, Mitch mulai tergoda oleh uang dan tunjangan termasuk rumah, mobil, dan tunjangan untuk pendidikannya. Tidak lama, Mitch pun berhasil lulus ujian pengacara dan mulai bekerja selayaknya pengacara bekerja dalam sebuah firma, berjam-jam dihabiskannya dikantor untuk medapatkan kehidupan yang sudah diimpikannya sejak lama, tetapi tidak dengan kehidupan pernikahannya dengan Abby.[42]

Didalam pekerjaannya, Mitch bekerjasama dengan Tolar yang mulai mengetahui bahwa sebagian besar firma hukumnya membatu para klien kaya raya dengan menyembunyikan hartanya agar terhindar dari urusan pajak. Suatu ketika Mitch sedang melakukan perjalanan bisnisnya ke Cayman Island dan dia mendengar bahwa kliennya di Chicago mematahkan kaki sesorang dan menemukan sebuah dokumen yang mencurigakan di lemari yang terkunci. Dokumen tersebut ditemukan di rumah Tolar. Peristiwa ini ternyata berkaitan dengan empat rekannya di firma yang meninggal dalam keadaan yang tidak wajar.[43] Penulis berkomentar bahwa film ini adalah salah satu film awal yang menginspirasi untuk menggeluti profesi advokat.

25. The Devil's Advocate

(dictio.id)

Film the devil’s advocate mengisahkan tentang seorang pengacara muda bernama Kevin Lomax (Keanu Reeves). Kevin Lomax tinggal bersama dengan istrinya di sebuah daerah kecil, namun hal tersebut tidak menghalangi impian tinggi mereka berdua. Terutama bagi Kevin Lomax yang selalu ingin menjadi sosok pengacara kelas atas dengan kasus-kasus level atas. Impian tersebutlah yang membuat Levin Lomax menjadi sosok yang perfeksionis dan tidak pernah menerima kekurangan dalam tiap pekerjaannya. Hal tersebut dibuktikan karena tiap kali mendapatkan kasus maka Kevin Lomax akan memenangkan kasus tersebut. Meski kemungkinannya kecil namun Kevin Lomax selalu memberikan segala yang ia miliki untuk bisa memenangkan kasus tersebut.[44]

Meski hal tersebut harus dibayar oleh Kevin Lomax dengan waktu yang sangat sibuk. Untungnya, Kevin Lomax memiliki seorang istri yang selalu pengertian terhadapnya. Apalagi istrinya juga memiliki sifat yang hampir sama dengan Kevin Lomax yaitu seorang pekerja keras. Mereka berdua melakukan hal tersebut sebenarnya untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan tentunya membiayai hidup mereka.[45]

Hingga kemudian, Kevin Lomax mendapatkan kesempatan besar ketika ia mendapatkan undangan untuk bekerja di sebuah kantor pengacara di New York. Undangan tersebut didapatkan oleh Kevin Lomax setelah menyelesaikan kasus pelecehan seorang siswa yang dilakukan oleh seorang guru. Kepopuleran Kevin Lomax kemudian membuat kantor pengacara tersebut berani untuk memperkerjakan Kevin Lomax. Hingga kemudian, ia mengajak istrinya untuk tinggal di New York. Kehidupan baru sebagai seorang pengacara kemudian dimulai. Berkat bakat serta kerja keras yang dimiliki oleh Kevin Lomax langsung membuatnya mendapatkan pujian dari John Milton (Al Pacino). Namun John tidak ingin begitu saja mempercayai Kevin Lomax sebagai rekan pengacaranya. Berbagai tes kemudian harus dilewati oleh Kevin Lomax.[46] Komentar penulis, ini ialah salah satu film klasik yang menggambarkan secara berlebihan tentang profesi 'miring' advokat.

26. Erin Brokovich

(www.febriyanlukito.com)

Erin Brockovich adalah seorang ibu tunggal dengan tiga orang anak yang tidak memiliki pekerjaan. Sudah dua kali dia ditinggalkan “suami” begitu saja. Kemudian, ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga, dia pun gagal saat mengajukan tuntutan kepada dokter yang menangani kecelakaan mobil yang menimpa dirinya. Dia akhirnya berhasil membuat pengacara yang tidak berhasil menolongnya itu untuk mempekerjakan dirinya di Firma Hukum tersebut. Walau tanpa background pendidikan yang sesuai, dia melaksanakan tugasnya sebagai admin di kantor itu dengan maksimal, demi keluarganya. Suatu hari, firma tersebut menerima kasus pro-bono. Kasus terkait dengan real estate yang melibatkan satu perusahaan yang termasuk dalam Fortune 500 itu membuatnya tertarik dan akhirnya dia menyelidiki kasus tersebut dan menemukan beberapa kejanggalan. Berhasilkah dia menemukan dan menuntut perusahaan (Pacific Gas & Electric Company – PG & E) tersebut?[47] Sama seperti film Legally Blonde, film ini menginspirasi para Puan bahwa mereka juga bisa berkarir di profesi yang 'keras' seperti advokat.

27. Philadelphia

(nisa97.blogspot.com)

Andrew Becket (Tom Hanks) adalah seorang pengacara ternama dari firma hukum terkenal di Philadelphia. Dia seorang homoseksual yang tinggal bersama dengan pasangan gay-nya Miguel Álvarez (Antonio Banderas). Andy/Andrew Beckett menyembunyikan gaya hidupnya itu dari teman-teman maupun pimpinan di firma hukum tempat dia bekerja, pun dengan penyakit HIV/AIDS yang diperoleh dari akibat gaya hidupnya tersebut. Akhirnya setelah beberapa lama dengan berbagai kejadian, Andy dipecat dari firma hukum tempatnya bekerja dengan alasan tidak berkerja profesional selayaknya seorang pengacara. Andy dituduh menghilangkan berkas kasus yang sedang ditanganinya. Andy menduga bahwa memang ada seseorang yang sengaja menyembunyikan dokumen tersebut dan menjadikannya alasan pemecatan. Andy sepenuhnya percaya bahwa pemecatan dirinya sebenarnya disebabkan karena dia adalah seorang ODHA (orang dengan HIV/AIDS).[48]

Andy menggugat firma hukum yang memecatnya, dan menjadi pengacara atas dirinya sendiri karena tidak ada satupun teman yang bersedia membantu dan membelanya. Melihat segala bentuk diskriminasi yang diterima oleh Andy sebagai seorang ODHA membuat Joe Miller (Denzel Washington)  tergugah dan akhirnya bersedia menjadi pengacara dan menemani Andy dalam segala proses hukumnya. Setelah melewati beberapa kali persidangan dengan berbagai saksi dan bukti, Andy terjatuh saat testimoni Charles Wheeler (Jason Robards), pemimpin firma hukum sekaligus Tergugat. Andy langsung dibawa ke rumah sakit. Selama Andy rawat inap, para juri memutuskan memenangkan gugatannya dan mewajibkan Wheeler untuk membayar ganti rugi sebesar $4.5M kepada Andy atas segala rasa sakit, kekecewaan, diskrimasi dan penderitaan serta punitive damages yang dialami.[49] Film ini berkisah tentang kasus yang khusus, dan tentunya mungkin jarang dan masih tabu.

28. A Civil Action

(wikipedia)

Pengacara Jan Schlichtmann (John Travolta), bukanlah orang idealis sehingga sempat menolak kasus penuntutan oleh delapan keluarga di Woburn, New England atas kematian anak-anak mereka karena merasa tidak ada untungnya. Namun setelah tahu bahwa anak-anak tersebut meninggal karena kanker darah (leukemia) yang diakibatkan pencemaran air minum oleh bahan limbah dari 2 pabrik milik perusahaan besar, dengan segera Jan mencium komisi besar yang dapat diperoleh. Oleh karena itu, Jan dan kedua rekannya, Kevin Conway (Tony Shalhoub) dan James Gordon (William H. Macy) segera mengajukan kasus tersebut ke pengadilan.[50]

Namun Jan dan rekan-rekannya ternyata harus menghadapi pengacara lawan yang mewakili perusahaan yang dituduh mencemarkan air minum, Jerome Facher (Robert Duvall) yang memiliki reputasi hebat dalam kepengacaraan. Adu argumentasi hukum antara kedua pihak pengacara pun berkobar sehingga berlarut-larut. Demi memenangkan kasus tersebut Jan nekad mengeluarkan uang sangat banyak untuk membiayai penanganan kasus tersebut. Semula ia mengharapkan keuntungan banyak namun setelah mendengar kisah menyedihkan tentang anak-anak dari salah satu ibu korban, Anne Anderson (Kathleen Quinlan), hati Jan sangat tergerak.[51]

Sejak itu prioritasnya pun berubah, tidak lagi mengharapkan keuntungan baginya, melainkan berjuang untuk mendapatkan keadilan dan ganti rugi bagi para klien yang menderita itu. Walaupun ia harus mempertaruhkan karier dan kehidupan pribadinya. Bahkan sekalipun ia harus mengalami masalah finansial karena firma hukumnya terpaksa berhutang agar bisa meneruskan kasus tersebut di pengadilan. Bahkan ketika sebagian keluarga yang menuntut itu akhirnya bersedia menyelesaikan secara damai di luar pengadilan, Jan tetap tidak peduli dan tetap bertahan sehingga diprotes oleh rekan-rekannya yang sibuk menyelamatkan diri dari kebangkrutan imbas jalan yang ditempuh Jan.[52] Menurut penulis, ini salah satu film tentang gugatan class Action terkait isu lingkungan yang cukup baik.

29. The Judge

(Tribunnewswiki.com)

The Judge menceritakan sosok Henry Hank Palmer, seorang pengacara sukses yang harus kembali ke kampung halamannya karena mendapatkan kabar ibunya meninggal. Hank kembali ke Carlinville, Indiana untuk menghadiri pemakaman ibunya. Saat itu, ia malah teringat masa kecilnya yang terasa pahit dan menjadikan alasan mengapa dirinya pergi dari kota itu. Kenangan pahit itu juga membuat hubungan Hank dan ayahnya menjadi dingin. Hal itu juga membuat Hank malas bertemu lagi dengan ayahnya. Setibanya di kampung halaman, Hank dan ayahnya sulit mencairkan suasana karena sama-sama menahan egonya masing-masing. Namun kemudian Hank mengetahui bahwa ayahnya yang adalah seorang hakim di kota itu tertuduh dalam sebuah kasus pembunuhan. Hank yang berkerja sebagai pengacara terkenal pun harus membela sang ayah agar bebas. Namun dalam perjalanan kasus itu, Hank mendapatkan beberapa hambatan yang menyulitkannya. Akankah Hank berhasil membebaskan ayahnya?[53]

30. Primal Fear

(cultura.id)

Bercerita tentang seorang pengacara terkenal nan ambisius bernama Martin Vail yang diperankan Richard Gere. Ia adalah pengacara yang sangat menyukai sorotan publik dan terkenal bisa melakukan segala cara agar klien-kliennya bebas dari masalah hukum. Selain terkenal cukup licik, Vail juga terkenal sebagai pengacara yang cukup sombong. Suatu hari ia merelakan jasanya kepada Aaron Stampler dalam debutnya Edward Norton yang merupakan anggota paduan suara gereja uskup di Chicago. Stampler adalah seorang remaja yang didakwa atas pembunuhan seorang uskup agung di Chicago. Vail menemukan Stampler dengan gembira ketika melihat penangkapannya secara siaran langsung di televisi. Saat itu Stampler yang berlumuran darah berlari dari kejaran polisi dan ditonton oleh Vail. Ia menyambut gembira berita tersebut karena memperkirakan bahwa kasus Stampler bisa meningkatkan ketenarannya sebagai pengacara.[54]

Kemudian Vail menemui Sampler yang sudah ditangkap. Ia terlihat sebagai seorang remaja yang lemah lembut karena jelas terlihat ketakutan. Untuk melakukan kontak mata pun, Stampler merasa takut. Namun kasusnya menjadi rumit karena ia disimpulkan menderita kepribadian ganda oleh psikolog bernama Molly Arrington. Selain itu, kerumitan kasus ini juga setelah ditemukan bukti bahwa uskup agung terlibat dalam korupsi tentang tanah dan adanya rekaman video perbuatan cabul kepada umat mudanya, termasuk Stampler. Video itu membuat Vail dilema karena bisa membuat hakim simpati kepada Stampler. Tapi di sisi lain bisa menjadi motif pembunuhan baru kepada kliennya tersebut. Kepribadian ganda Stampler terkuat saat di pengadilan. Hal itu membuat hakim menyatakan ia tak bersalah karena kegilaan sehingga hanya diserahkan ke rumah sakit jiwa.[55]

31. The Rainmaker

(wikipedia.org.)

Rudy Baylor (Matt Damon) dibesarkan di sebuah perkampungan kumuh. Ayahnya, yang adalah seorang pecandu alkohol berat, menyiksa dirinya dan ibunya. Setelah belajar di Austin Peay State University, Rudy, yang memiliki minat dalam keadilan sosial dan hak-hak sipil, memutuskan untuk masuk sekolah hukum. Ketika ia lulus dari University of Memphis Law School State, ia, tidak seperti kebanyakan rekan-rekan lulusan nya, tidak memiliki pekerjaan dengan gaji tinggi berbaris. Dia dipaksa untuk mengajukan posisi paruh waktu saat ia menyajikan minuman di sebuah bar Memphis.[56]

Putus asa untuk pekerjaan, ia enggan pergi ke sebuah wawancara dengan J. Lyman "Bruiser" Batu (Mickey Rourke), seorang pengacara personal injury/cedera pribadi yang kejam dan korup tapi sukses. Untuk mendapatkan fee-nya, Rudy berubah menjadi sebuah pengejar ambulans, diperlukan untuk memburu klien potensial di rumah sakit setempat.[57]

Segera ia bertemu Deck Shifflet (Danny DeVito), seorang mantan penilai asuransi yang kemudian berbalik menjadi seorang paralegal, yang telah pergi ke sekolah hukum tetapi tetap gagal dalam ujian profesi advokat sebanyak enam kali.[58]

Rudy berhasil mendapatkan hanya satu kasus, mengenai asuransi dengan itikad buruk. Mungkin senilai beberapa juta dolar dalam kerusakan, yang menarik bagi dia karena perusahaan dimaksud potensial dinyatakan bangkrut. Kemudian Rudy menyewa sebuah apartemen di atas garasi di rumah orang tua Nona Birdsong (Teresa Wright), klien yang sedang menyusun surat wasiat.[59]

Kantor hukum J. Lyman tempatnya bekerja diduga pemerasan, dan kantor-nya diserbu oleh Polisi dan FBI. Tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan, Rudy dan Deck kemudian ke luar dari kantornya J. Lyman dan mendirikan kantor sendiri. Kemudian mereka mengajukan gugatan itikad buruk atas nama pasangan setengah baya, Dot dan Black Buddy, yang anaknya 22 tahun Donny Ray (Johnny Whitworth) akan mati karena leukemia. Donny Ray kemungkinan besar bisa diselamatkan melalui tindakan medis berupa transplantasi sumsum tulang belakang, ia memiliki klaim medis dalam polisnya, akan tetapi ditolak oleh Great Benefit (operator asuransi keluarga yang beritikad buruk).[60]

Meskipun Rudy lulus ujian profesi advokat di negara bagian Tennessee, dia tidak pernah berpraktik sebelumnya, dimana ia harus berhadapan dengan hakim dan juri. Pada kasus itu dia menemukan dirinya melawan sekelompok pengacara yang berpengalaman dan licik dari sebuah firma besar yang dipimpin oleh Leo F. Drummond (Jon Voight), seorang pengacara pemain sandiwara yang menggunakan taktik yang tidak bermoral untuk memenangkan kasus nya.[61]

Hakim asli ditugaskan untuk kasus ini, Harvey Hale (Dean Stockwell), diatur untuk mengabaikan hal itu karena ia melihatnya sebagai salah satu dari banyak disebut "lotre" kasus yang memperlambat proses peradilan. Tapi setelah Hale menderita serangan jantung fatal, hakim jauh lebih simpatik, Tyrone Kipler (Danny Glover), mengambil alih kasus ini. Kipler, mantan pengacara hak-hak sipil, segera membantah permohonan perusahaan asuransi untuk penolakan gugatan.[62]

Sambil mempersiapkan kasusnya, Rudy mendapat informasi bahwa seorang wanita muda yang ditemuinya di rumah sakit, Kelly Riker (Claire Danes), istri babak belur yang suaminya, Cliff (Andrew Shue), telah dipukuli begitu kejam dengan tongkat baseball bahwa dia harus dirawat di rumah sakit. Setelah serangan dengan kekerasan itu, Rudy membujuk Kelly, kepada siapa ia tertarik, untuk mengajukan gugatan cerai.[63]

Mereka kemudian pergi ke rumah Kelly untuk berkemas barang-barang miliknya, Rudy dan Kelly berhadapan dengan Cliff. Setelah Cliff melukai Rudy kemudian menarik pistol pada dirinya, Rudy meraih tongkat baseball dan menghantamkannya ke Cliff. Untuk mencegah Rudy terlibat, Kelly mengatakan pada polisi dia sendirian yang membunuh suaminya untuk membela diri. Rudy berjanji untuk membela Kelly jika kasus tersebut masuk ke pengadilan, namun jaksa menolak untuk mengadili, mengetahui Kelly tidak akan pernah dihukum.[64]

Donny Ray meninggal, tetapi sebelum memberikan deposisi melalui video. Kasus tersebut masuk ke pengadilan, di mana Drummond mendapati keuntungannya karena lebih berpengalaman dari Rudy. Dia mendapat kesaksian penting oleh saksi kunci Rudy, mantan Benefit karyawan besar Jackie Lemanczyk (Virginia Madsen), dicoret dari catatan, dan upaya untuk mendiskreditkan ibu Donny Ray (Mary Kay Place). Karena single-minded tekad Rudy dan juga karena terampil dalam pemeriksaan silang/cross-examination dari presiden Great Benefit, yaitu Wilfred Keeley (Roy Scheider), juri mengabulkan gugatan penggugat dengan penghargaan moneter yang jauh melebihi semua harapan.[65]

Ini adalah kemenangan besar bagi Rudy dan Deck, setidaknya sampai Keeley mencoba untuk meninggalkan negara bagian dan Great Benefit menyatakan dirinya bangkrut, sehingga tidak mampu membayar Blacks atau para penggugat lainnya. Meskipun tidak ada realisasi pembayaran untuk orang tua penggugat yang tengah berduka, atau biaya untuk Rudy atau Deck, Black lega bahwa Great Benefit dinyatakan bangkrut dan tidak akan menyakiti keluarga lainnya seperti mereka.[66]

Yakin keberhasilannya akan menciptakan harapan yang tidak realistis untuk kliennya di masa yang akan datang, Rudy meninggalkan praktek pengacaranya untuk memulai karir mengajar studi hukum. Dia meninggalkan kota dengan Kelly. Dia meninggalkan profesi hukum setelah hanya satu kasus yang berhasil.[67] Penulis masih ingat benar film ini, menontonnya ketika selesai kuliah di sekitar tahun 2007, teringat masa awal membangun karir di dunia hukum. 
____________________
References:

1. "Sinopsis "A Time to Kill", Kebenaran adalah Campuran Adil dan Batil dalam Takaran yang Pas", www.kompasiana.com., Diakses pada tanggal 1 Oktober 2022, https://www.kompasiana.com/ardiewinata/5b9c9513aeebe12fc96d5485/sinopsis-a-time-to-kill-kebenaran-adalah-adil-batil-dalam-takaran-yang-pas
2. "FILM - Judgement at Nuremberg (1961)", www.tribunnewswiki.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.tribunnewswiki.com/2020/01/05/film-judgement-at-nuremberg-1961
3. Ibid.
4. Ibid.
5. "Hari Ini 59 Tahun Lalu, Novel Peraih Pulitzer "To Kill a Mockingbird" Terbit", www.kompas.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://internasional.kompas.com/read/2019/07/11/10582571/hari-ini-59-tahun-lalu-novel-peraih-pulitzer-to-kill-a-mockingbird#:~:text=To%20Kill%20a%20Mockingbird%20menceritakan,penuh%20dengan%20prasangka%20dan%20rasisme.&text=Karya%20inilah%20yang%20mengantarkannya%20meraih,tahun%201961%20untuk%20karya%20fiksi.
6. "The Paradine Case", harlanisalim.blogspot.com., Diakses pada tanggal 2 oktober 2022, https://harlanisalim.blogspot.com/2008/12/paradine-case.html
7. Ibid.
8. Ibid.
9. "Inherit the Wind", harlanisalim.blogspot.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://harlanisalim.blogspot.com/2008/09/inherit-wind.html
10. "Anatomy of a Murder", harlanisalim.blogspot.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://harlanisalim.blogspot.com/2011/11/anatomy-of-murder.html
11. "[Review] Witness For The Prosecution (1957)", rizky-muzakki.blogspot.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, http://rizky-muzakki.blogspot.com/2012/08/review-witness-for-prosecution-1957.html
12. Ibid.
13. Ibid.
14. "'THE CONSPIRATOR', Konspirasi Menggulingkan Kepala Negara", www.kapanlagi.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kapanlagi.com/film/internasional/the-conspirator-konspirasi-menggulingkan-kepala-negara.html
15. "The Verdict", id.wikipedia.org., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/The_Verdict
16. "Presumed Innocent (Praduga Tak Bersalah)", www.aksiku.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.aksiku.com/2017/01/presumed-innocent-praduga-tak-bersalah.html
17. "Justice For All", serikatnews.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://serikatnews.com/justice-for-all/
18. "Amistad, Perjuangan Pengacara Membebaskan 'Budak'", Kompasiana.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kompasiana.com/wilopo-husodo/54f938aca33311fc078b48ef/amistad-perjuangan-pengacara-membebaskan-budak
19. "'My Cousin Vinny': Di mana Pemeran Film Klasik Hari Ini? – Lembar Cheat Showbiz", quoteskeren.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://quoteskeren.com/my-cousin-vinny-di-mana-pemeran-film-klasik-hari-ini-lembar-cheat-showbiz/
20. "Tegakkan Hukum atau Keadilan?", rahmanabkk.blogspot.com., Oleh: Nur Rachmansyah, Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, http://rahmanabkk.blogspot.com/2014/05/tegakkan-hukum-atau-keadilan.html
21. Ibid.
22. Ibid.
23. "12 Angry Men Review: Perdebatan Dua Belas Orang tentang Hukum & Moralitas", cultura.id., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.cultura.id/12-angry-men-review#:~:text=%E2%80%9C12%20Angry%20Men%E2%80%9D%20bercerita%20tentang,dituduh%20telah%20membunuh%20ayahnya%20sendiri.
24. Ibid.
25. "Evelyn (film)", id.wikipedia.org., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Evelyn_(film)#:~:text=Evelyn%20adalah%20sebuah%20film%20drama,anaknya%20pada%20tahun%201950%2Dan. 
26. "Sinopsis Intolerable Cruelty, Film Komedi Romantis yang Dibintangi George Clooney", www.kompas.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kompas.com/hype/read/2021/07/14/160713366/sinopsis-intolerable-cruelty-film-komedi-romantis-yang-dibintangi-george
27. "Sinopsis Dark Waters, Mark Ruffalo Membongkar Konspirasi", www.kompas.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kompas.com/hype/read/2020/11/18/084222466/sinopsis-dark-waters-mark-ruffalo-membongkar-konspirasi?page=all
28. Ibid.
29. "Sinopsis A Few Good Man: Film Lawas Dengan Alur Cerita Mirip Kasus Brigadir J", Kabarbintang.id., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kabarbintang.id/sinopsis-a-few-good-man-film-lawas-dengan-alur-cerita-mirip-kasus-brigadir-j/
30. Ibid.
31. "Sinopsis The Lincoln Lawyer, Pengacara di dalam Permainan Pembunuh", www.kompas.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kompas.com/hype/read/2021/03/04/104606366/sinopsis-the-lincoln-lawyer-pengacara-di-dalam-permainan-pembunuh?page=all
32. Ibid.
33. "Sinopsis Film Legally Blonde: Mengejar Mantan hingga ke Kampus Harvard", yoursay.suara.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://yoursay.suara.com/entertainment/2022/05/26/152905/sinopsis-film-legally-blonde-mengejar-mantan-hingga-ke-kampus-harvard
34. Ibid.
35. Ibid.
36. "Bridge of Spies (film)", id.wikipedia.org., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Bridge_of_Spies_(film)
37. Ibid.
38. Ibid.
39. Ibid.
40. "The Firm (1993)", www.kompasiana.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kompasiana.com/meldanainggolan3597/60bf7b35d541df776741f072/the-firm-1993
41. Ibid.
42. Ibid.
43. Ibid.
44. "Bagaimanakah sinopsis The Devil’s Advocate?", www.dictio.id., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.dictio.id/t/bagaimanakah-sinopsis-the-devil-s-advocate/42864
45. Ibid.
46. Ibid.
47. "Review Film Erin Brockovich: Nikmatnya Bonus 2 Juta Dollar", www.febriyanlukito.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.febriyanlukito.com/review-film-erin-brockovich-inspirasi-dari-ibu-tunggal/
48. Ibid.
49. Ibid.
50. "'A CIVIL ACTION' Sinema Gemilang Indosiar ", www.kapanlagi.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kapanlagi.com/showbiz/televisi/a-civil-action-sinema-gemilang-indosiar-zelttib.html
51. Ibid.
52. Ibid.
53.  "FILM - The Judge (2014)", www.tribunnewswiki.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.tribunnewswiki.com/2019/10/24/film-the-judge-2014
54. "Primal Fear Review: Twist Mengejutkan Dari Rumitnya Kasus Pembunuhan Uskup", www.cultura.id., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.cultura.id/primal-fear-review
55. Ibid.
55. Ibid.
56. "The Rainmaker Film Review", heremoviereview.blogspot.com., Diakses pada tanggal 1 Oktober 2022, http://heremoviereview.blogspot.com/2016/09/the-rainmaker-film-review.html
57. Ibid.
58. Ibid.
59. Ibid.
60. Ibid.
61. Ibid.
62. Ibid.
63. Ibid.
64. Ibid.
65. Ibid.
66. Ibid.
67. Ibid.

Japan Asks Its Citizens To Write Cellphone Passwords And Applications In Wills

   ( iStock ) By: Team of Hukumindo Previously, the www.hukumindo.com platform has talk about " Singapore Oil King Defrauds Giant Bank ...