Senin, 03 Oktober 2022

31 Judul Film Yang Wajib Ditonton Tentang Advokat

(iStock)

Oleh:
Tim Hukumindo

Pada kesempatan yang lalu platform www.hukumindo.com telah membahas mengenai "Tentang Ancaman Pidana Memasuki Pekarangan Orang Lain Tanpa Izin", "Problematika dalam Proses Pengangkatan dan Penyumpahan Advokat di Indonesia", "Besar Mertokoesoemo, Advokat Pribumi Pertama", "Mr. Assaat, Presiden R.I. Dari Kalangan Advokat" dan "Lasdin Wlas, Advokat Veteran Yang Masih Aktif Berpraktik", pada artikel ini akan dibahas mengenai '31 Judul Film Yang Wajib Ditonton Tentang Advokat'.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengajak sidang pembaca untuk melepaskan sepatu kulitnya, melonggarkan dasi dan stelan resmi yang dipakainya, sejenak pembaca diajak untuk bersantai dan menonton film. Tidak sembarang film, hanya film terpilih yang penulis sajikan di sini, yaitu film-film bertema advokat yang penulis anggap sebagai film terbaik bertema advokat. Ke-31 judul film ini adalah versi platform www.hukumindo.com, tentu sidang pembaca boleh saja mempunyai versi sendiri, atau mungkin mengurangkan dan menambahkannya (misalkan: Ally McBeal dan Boston Legal? Atau mungkin Extraordinary Attorney Woo film dari Korea yang lebih kekinian?). Adapun manfaat yang coba dihadirkan di sini adalah memberi referensi bagi siapa saja, khususnya yang tertarik, untuk mendapatkan daftar film-film terbaik tentang profesi advokat. Daftar film ini sebagian besar pernah ditonton oleh penulis, dan sebagian kecil lainnya belum. Berikut daftar film dimaksud yang penulis ambil dari berbagai sumber:

1. A Time To Kill

(primevideo.com)

Tonya Hailey, gadis negro, 10 tahun umurnya, diperkosa dalam perjalanan pulang, dilukai habis-habisan dan hampir mati digantung 2 pria kulit putih yang mabuk. Dalam waktu singkat, mereka lalu ditangkap dan segera diadili. Berselang beberapa hari, Carl Lee Hailey, Bapak korban, dengan M16 di tangan terbahak-bahak memberondong dua perogol anaknya saat sedang dikawal polisi menuju ruang tahanan. Kedua tersangka tewas dengan tubuh tercabik. Masing-masing berbagi 20 lebih peluru di tubuh. Juga seorang deputy, yang mesti kehilangan kaki, karena kebagian peluru nyasar. Sebuah pembunuhan berencana menggunakan senapan serbu ilegal yang menghasilkan dua mayat, ditambah seorang aparat yang kakinya harus diamputasi, plus TKP berlangsung di sebuah kota kecil di Mississippi yang masih berlaku rasis terhadap warga berkulit legam, otomatis akan mudah memunculkan satu tanya: adakah harapan lain bagi sang Ayah yang ingin membalas dendam kecuali vonis mati tercekik di kamar gas? John Grisham, si penulis novel, menyerahkan tugas mustahil membela si pesakitan kepada tokoh utamanya, seorang pengacara muda lokal kulit putih bernama Jake Brigance.[1] Menurut hemat penulis, film ini sangat serius. Maksudnya benar-benar mewakili dunia litigator fighter untuk kasus-kasus kriminal berat.

2. Judgement at Nuremberg

(kaskus)

Film Judgement at Nuremberg berpusat pada pengadilan militer yang diadakan di Nuremberg, Jerman, di mana empat hakim dan jaksa penuntut Jerman dituduh melakukan kejahatan kemanusiaan karena keterlibatan mereka dalam kekejaman yang dilakukan di bawah rezim Nazi. Hakim Dan Haywood (Spencer Tracy) adalah hakim ketua persidangan dari panel tiga hakim yang akan mengadili dan memutuskan kasus terhadap para terdakwa.[2]

Haywood memulai pemeriksaannya dengan mencoba mempelajari bagaimana terdakwa Ernst Janning (Burt Lancaster) dapat menghukum begitu banyak orang hingga mati. Janning, terungkap, adalah ahli hukum dan sarjana hukum yang berpendidikan dan dihormati secara internasional. Haywood berusaha memahami bagaimana orang-orang Jerman bisa menutup mata dan menutup telinga terhadap kejahatan rezim Nazi. Dengan melakukan itu, ia berteman dengan janda (Marlene Dietrich) dari seorang jenderal Jerman yang telah dieksekusi oleh Sekutu. Dia berbicara dengan sejumlah orang Jerman yang memiliki perspektif berbeda tentang perang.[3]

Karakter lain yang dijumpai hakim adalah Kapten Angkatan Darat AS (William Shatner), yang ditugaskan ke partai Amerika untuk mendengarkan kasus-kasus tersebut, dan Irene Hoffmann (Judy Garland), yang takut memberikan kesaksian yang dapat memperkuat kasus penuntutan terhadap para hakim. Pengacara terdakwa Jerman Hans Rolfe (Maximilian Schell) berpendapat bahwa para terdakwa bukanlah satu-satunya yang membantu, atau setidaknya menutup mata terhadap rezim Nazi. Dia juga menyarankan bahwa Amerika Serikat telah melakukan tindakan yang sama buruknya dengan yang dilakukan Nazi. Dia mengajukan beberapa poin dalam argumen ini, seperti dukungan Hakim Agung AS Oliver Wendell Holmes Jr. untuk praktik eugenika pertama (lihat Buck v. Bell); Reichskonkordat Jerman-Vatikan tahun 1933, yang dieksploitasi oleh pemerintah Jerman yang didominasi Nazi sebagai pengakuan asing awal yang tersirat tentang kepemimpinan Nazi; Bagian Joseph Stalin dalam Pakta Nazi-Soviet tahun 1939, yang menghilangkan hambatan besar terakhir bagi invasi dan pendudukan Jerman di Polandia barat, memulai Perang Dunia II, dan pemboman atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tahap akhir perang pada Agustus 1945.[4]

3. To Kill a Mocking Bird

(layar.id)

'To Kill a Mockingbird' menceritakan tentang kisah dan pergulatan batin seorang gadis muda bernama Scout, terhadap lingkungannya yang masih penuh dengan prasangka dan rasisme. Cerita yang dituliskan dalam novel ini, sebagian terinspirasi dari kisah ayah Lee yang juga seorang pengacara. Ia membela dua pria Afrika-Amerika yang dihukum karena pembunuhan. Salah satu plot dalam cerita ini juga menggambarkan Atticus Finch, pengacara dan juga ayah Scout, membela seorang pria kulit hitam yang dituduh memperkosa seorang wanita kulit putih.[5] Penulis sedikit berkomentar bahwa film ini sungguh merupakan film pengacara yang klasik.

4. The Paradine Case

(themoviedatabase)

Maddalena Anna Paradine (Alida Valli) adalah wanita muda yang cantik, enigmatik (eksotik/misterius) dan sekaligus mempunyai "masa lalu". Nyonya Paradine ditangkap dan didakwa telah membunuh suaminya, seorang pensiunan militer, Colonel Paradine. Nyonya Paradine mencari nasehat dari teman keluarga, Sir Simon (Charles Coburn), yang merekomendasi temannya, pengacara Anthony Keane (Gregory Peck), untuk mewakilinya dalam sidang di pengadilan. Keane menerima kasus ini dan walaupun dia telah menikah dan bahagia dengan istrinya, Gay (Ann Todd), dia langsung terpesona dengan klien barunya yang eksotik dan misterius ini. Keane yakin Nyonya Paradine tidak bersalah, karena dia merasa bahwa wanita terhormat seperti Nyonya Paradine tidaklah mungkin melakukan pembunuhan. Nuansa ambiguity (ketidakjelasan) apakah Nyonya Paradine adalah seorang istri yang setia dan berbakti atau seorang femme fatale yang jahat dan penuh perhitungan menjadi tema utama dalam film ini.[6]

Sementara Keane mendalami kasus tersebut, istrinya Gay yang sabar dan murah hati mulai mencium ketertarikan suaminya terhadap kliennya tersebut. Gay mengungkapkan perasaan gundahnya kepada suaminya dan suaminya menawarkan diri untuk mengundurkan diri dari kasus tersebut. Di luar dugaan, Gay meminta suaminya untuk tetap mewakili Nyonya Paradine dan memberi pembelaan yang terbaik yang dapat membebaskannya. Gay menjelaskan, keputusan bersalah diikuti dengan hukuman mati untuk Nyonya Paradine akan berarti dia akan kehilangan suaminya secara emosional untuk selamanya; maka, satu-satunya cara agar dia bisa mendapatkan kembali cinta suaminya adalah jika dia mendukung suaminya untuk memberi pembelaan yang terbaik yang dapat membebaskannya.[7]

Tetap yakin kliennya tidak bersalah, Keane mulai memfokuskan pembelaannya terhadap pembantu Colonel Paradine yang misterius, Andre Latour (Louis Jourdan). Nyonya Paradine meminta Keane untuk tidak menyudutkan pembantu tersebut. Secara sadar atau tidak sadar, Keane melihat Latour sebagai "kambing hitam" yang dapat dikorbankan untuk membebaskan kliennya, tetapi strategi ini ternyata menghantam balik pembelaannya. Keane menyudutkan Latour di dalam sidang di pengadilan dengan menunjukkan ketidakkonsistenan pernyataan-pernyataanya. Nyonya Paradine marah karena Keane mengingkari janjinya bahwa dia tidak akan menyudutkan pembantu tersebut. Hari berikutnya, ketika sidang berlanjut, pengadilan menerima kabar bahwa Latour telah bunuh diri. Nyonya Paradine kontan saja tidak dapat menahan diri lagi--duduk di dalam kursi saksinya, dia akhirnya mengakui bahwa Latour adalah kekasih gelapnya dan dia telah membunuh suaminya agar bisa bersama dengan Latour. Keane terkejut, secara fisik, emosional dan intelektual. Mengetahui tidak ada lagi yang dapat dia lakukan untuk menyelamatkan kliennya, Keane dengan terbata-bata mengakui betapa buruknya dia telah menangani kasus tersebut. Dia meninggalkan ruang pengadilan dan pulang ke rumah temannya, Sir Simon. Keane yakin kegagalan ini adalah akhir dari kariernya, tetapi istrinya Gay menyusulnya ke rumah Sir Simon dan membangkitkan kembali harapannya untuk masa depan.[8] Jika mengulik film karya Alfred Hitchcock yang lain, sebenarnya ada film lain yang bergenre dunia hukum, namun menurut penulis, film ini yang paling relevan dengan profesi advokat.

5. Inherit The Wind

(Rotten Tomatoes)

Judulnya diambil dari cuplikan ayat Amsal 11:29, adaptasi dari teater Broadway dengan judul yang sama, Inherit the Wind adalah cerita yang menarik perhatian dan sekaligus memprovokasi perdebatan. Ceritanya berpusat di sebuah kota kecil di bagian selatan AS, dimana masyarakatnya relijius dan mereka harus berhadapan dengan teori evolusi Darwin dan implikasinya terhadap religiusitas mereka. Isu yang sensitif ini ditangani dengan script yang memberi kedua belah pihak screen-time yang seimbang dan argumentasi yang sama-sama kuat dan berbobot. Penampilan Spencer Tracy dan Fredrich March sangat menjiwai dan meyakinkan. Kedua belah pihak beragumentasi secara terhormat dan dengan penuh penghayatan. Tracy tampil intelektual sebagai pengacara pembela, Henry Drummond, yang berusaha menyelamatkan teori evolusi; sedang March tampil kharismatik sebagai pengacara penuntut--sekaligus seorang religius, Matthew Harrison Brady, yang berusaha mempertahankan nilai-nilai tradisi--"the old time religion". Kedua aktor sangat mulus aktingnya, sekaligus sangat meyakinkan dalam menjual masing-masing sudut pandangnya. Tracy menerima nominasi Oscar untuk Aktor Terbaik, tetapi menurut penulis, justru March-lah yang lebih pantas menerima nominasi tersebut karena March-lah yang menangkap esensi dari karakternya dengan lebih baik. Seandainya bukan Tracy dan March, film ini hanya akan menjadi film bagus, bukan film klasik. Gene Kelly bermain against-the-type sebagai reporter yang sinis, E. K. Hornbeck, dengan dialog-dialog yang irritating/menjengkelkan, dan Claude Akins bermain sebagai pemimpin agama, Rev. Jeremiah Brown, dengan penampilan yang rada over-the-top, tetapi kehadiran mereka diperlukan untuk memberikan side-kick terhadap karakter-karakter utama. Scriptnya tajam, aktingnya menjiwai, dan soundtrack-nya "Gimme That Old Time Religion" betul-betul menghanyutkan dan menghantui. Perdebatan ide ini ternyata masih sangat relevan bahkan sampai saat ini.[9]

6. Anatomy of a Murder

(Movies Anywhere)

Berdasarkan novel dengan judul yang sama karya hakim di Pengadilan Tinggi di Michigan, John D. Voelker--yang menggunakan nama pena Robert Traver, Anatomy of a Murder memperoleh ketenaran dan posisinya dalam sejarah perfilman sebagai film pertama yang menggunakan terminologi seksual yang sebelumnya dianggap tabu. Sebagai film yang menandai awal dari akhir dari self-censorship di Hollywood, scriptnya ditebari dengan kata-kata yang gamblang, misalnya pemerkosaan, penetrasi, kontraseptif, celana dalam, dan semen. Penonton jaman sekarang mungkin terheran-heran, bukankah kata-kata seperti itu sudah biasa? Untuk jaman sekarang, memang sudah biasa...tetapi saat itu, merupakan breakthrough atau revolusi. Selain itu, Anatomy of a Murder mungkin adalah film kedua yang paling terkenal dari Otto Preminger setelah Laura (1944). Jika anda menyukai drama pengadilan, anda mungkin menemukan film ini sangat menghibur. Karakter-karakter utama yang ada sangat realistis: tertuduh (Ben Gazzara) dan istrinya (Lee Remick) digambarkan sebagai orang-orang yang tidak simpatik--suaminya sebagai orang yang sinis dan keras yang nampak jelas bersalah atas pembunuhan yang dia lakukan, dan istrinya sebagai wanita penggoda yang nampak jelas senang mengundang masalah; sementara pihak pengacara (James Stewart) dan pihak jaksa penuntut (George C. Scott), keduanya lebih tertarik memenangkan kasus daripada menegakkan keadilan. Karakter-karakter pendukung yang lain memainkan peran side-kick yang menyegarkan: Eve Arden sebagai sekretaris Stewart yang dengan sabar menunggu gajinya dari boss-nya--jika dia berhasil memenangkan kasus ini, Arthur O'Connell sebagai partner Stewart yang berbakat tetapi mempunyai masalah alkoholisme, Murray Hamilton sebagai teman dari korban yang tidak kooperatif, Kathryn Grant sebagai anak simpanan dari korban yang misterius, tetapi Joseph Welch sebagai hakim pengadilan berhasil mencuri centre-stage dengan aktingnya yang hangat dan meyakinkan. Beberapa titik lemah dari film ini adalah nampak terlalu dibuat-buat ketika Grant menjadi saksi terakhir yang mengakhiri drama pengadilan ini, juga nampak terlalu mudah bagi O'Connell mengatasi alkoholisme-nya, sementara kecelakaan yang dia alami terasa melodramatis; kemudian, bagaimana dengan Arden? ... apakah dia akhirnya mendapatkan gajinya dari boss-nya? Anatomy of a Murder diiringi oleh musical score dari musisi jazz ternama, Duke Ellington, yang melakukan penampilan cameo dalam film ini.[10]

7. Witness for the Prosecution

(Prime Video)

Seorang pengacara terkenal, Wilfrid Robart (Charles Laughton) baru saja (hampir) sembuh dari sakitnya. Meski belum sembuh total, ia memutuskan untuk menerima Leonard Vole (Tyrone Power) sebagai kliennya. Leonard Vole dituduh telah melakukan pembunuhan atas wanita tua kaya Emily French (Norma Varden). Dengan terus ditemani oleh suster privatnya, Miss Plimsoll (Elsa Lanchester), ia pun menjalani persidangan menemani sang terdakwa, Leorand Vole.[11]

Konfilk dalam persidangan makin menjadi setelah istri Vole, seorang aktris asal Jerman bernama Christine Vole (Marlene Dietrich) yang secara mengejutkan dijadikan saksi, karena sebelumnya Wilfrid memutuskan untuk tak menjadikan ia saksi. Lebih mengejutkan lagi, karena sang istri ternyata menyampaikan kesaksian palsu, berbeda 180 derajat dengan apa yang ia sampaikan ketika ia datang ke rumah Wilfrid. Kemudian, apakah Vole bersalah? Apalagi setelah sang istri memberikan kesaksian palsu yang makin memberatkan Vole. Film ini didukung oleh ensemble cast yang luar biasa. Ada Charles Laughton yang tampil dengan sangat meyakinkan dengan memerankan tokoh pengacara hebat yang banyak bicara dan agak konyol (ya, hebat tapi sedikit konyol, sangat Poirot). Belum lagi si suster privat, Miss Plimsoll yang juga tak kalah banyak bicaranya yang diperankan Elsa Lanchester juga tampil dengan sangat baik. Hasilnya? Chemistry antara kedua tokoh yang sering bertengkar ini terjalin dengan sangat klop. Oh, jangan pula lupakan dua nominasi Oscar untuk mereka.[12]

Di sisi lain, ada Tyrone Power sebagai terdakwa yang menghasilkan penampilan dengan baik. Jangan lupakan Marlene Dietrich yang memerankan tokoh istri yang penuh kebohongan yang dapat diperankan dengan sangat baik pula. Yang jelas, bersama dengan Laughton dan Lanchester, Dietrich berhasil memberikan penampilan terbaiknya.[13]

8. The Conspirator

(Jadwalnonton.com)

Mary Surratt (Robin Wright) adalah satu-satunya wanita yang diajukan ke pengadilan militer dengan tuduhan terlibat perencanaan pembunuhan Presiden, Wakil Presiden, dan Menteri Sekretaris Negara. Tak ada yang tahu pasti apakah Mary bersalah atau tidak. Mary Surratt adalah pemilik rumah yang digunakan oleh orang-orang yang merencanakan pembunuhan itu. Tujuh pria lain yang diduga terlibat juga sudah diringkus dan diajukan ke pengadilan. Satu-satunya wanita dalam kasus ini adalah Mary Surratt. Frederick Aiken (James McAvoy) adalah pengacara muda yang ditugaskan untuk menjadi pembela Mary Surratt. Awalnya Frederick ragu. Frederick sadar kalau Mary bisa jadi sama sekali tak terlibat urusan ini. Bisa jadi Mary hanya dijadikan korban agar tertuduh sebenarnya bisa meloloskan diri dari kejaran para penegak hukum.[14]

9. The Verdict

(etindonesia.com)

The Verdict adalah sebuah film drama ruang pengadilan Amerika 1982 yang dibintangi oleh Paul Newman, Charlotte Rampling, Jack Warden, James Mason, Milo O'Shea dan Lindsay Crouse. Film tersebut, yang disutradarai oleh Sidney Lumet, diadaptasi oleh David Mamet dari novel karya Barry Reed. Film tersebut berkisah tentang seorang pengacara alkoholik yang mengambil sebuah kasus malpraktik medis untuk mempengaruhi keadaannya sendiri, tetapi menemukan cara agar ia melakukan hal yang benar.[15]

10. Presumed Innocent

(carousell)

Carolyn Polhemus deputi jaksa penuntut yang cantik, oportunis, dan banyak kekasih ditemukan tewas dalam keadaan telanjang dan terikat di apartemennya. Rusty Sabich salah satu kekasih korban dituduh sebagai pelakunya. Ia dicalonkan menjadi jaksa penuntut menggantikan atasannya Raymond Horgan, yang mengajukan diri menjadi kandidat wali kota. Bukti-bukti menguatkan tuduhan itu. Kasus ini ditangani Tommy Molto pendukung Nico Della Guardia, kandidat wali kota saingan Raymond sekaligus mantan anak buahnya yang punya dendam pribadi. Ternyata, Nico pun pernah menjalin affair dengan Carolyn. Apakah ini kasus perkosaan dan pembunuhan ataukah kejahatan yang terencana? Masih adakah supremasi hukum di kancah pertikaian politik?[16]

11. And Justice For All

(id.wikipedia.org.)

Al Pacino, pengacara terbaik itu berusaha menemui hakim untuk meminta penangguhan penahanan bagi kliennya:

Mungkin bila anda tidak segera mengambil tindakan mengeluarkan terdakwa dari tahanan dan membawanya ke rumah sakit, ia akan mencoba bunuh diri lagi hari ini,” kata sang pengacara.
Situasi senyap, hakim menimpali:

“Sayang tak semudah yang saudara bayangkan mengeluarkan dia dari tahanan, semua ada prosedurnya”.

“Tapi keadaannya mendesak!” Sang pengacara ngotot.

“Prosedur harus ditaati, hukum yang mengatur demikian,” kata hakim mengakhiri dialog.

Pada saat yang sama, klien Al Pacino telah mati bunuh diri di ruang tahanan dengan menjerat lehernya menggunakan sobekan baju. Cerita ini tergambar dalam sebuah film drama ruang pengadilan tahun 1979 berjudul And Justice For All, garapan Norman Jewison yang dibintangi Al Pacino, Jack Warden & John Forsythe. Sementara Lee Strasberg, Jeffrey Tambor, Christine Lahti, Craig T. Nelson, dan Thomas Waites tampil dalam peran-peran pendukung. Tergambar dengan jelas dalam cerita itu pertarungan antara prosedur hukum yang kaku dan positivistik dengan psikologi tahanan dalam realitas.[17]

12. Amistad

(Catatan Tia - Wordpress.com)

Amistad adalah nama sebuah kapal (La Amistad) milik Spanyol yang mengangkut orang-orang Afrika untuk dijadikan budak secara illegal, selanjutnya nama kapal tersebut (Amistad) menjadi sebuah judul film yang diangkat dari kisah nyata atas peristiwa tersebut. Dalam film ini banyak pelajaran yang dapat dipetik, khususnya bagi pengacara yang punya fokus terhadap Hak Asasi Manusia (Human Rights) dan Hukum Internasional. Pada masa itu, perbudakan adalah sesuatu yang lazim terjadi di Amerika Serikat, atau boleh dikatakan sah secara hukum. Namun demikian, perbudakan di Amerika Serikat harus mengacu dan mengikuti ketentuan hukum serta perundang-undangan yang berlaku, khususnya mengenai perbudakan (slavery). Secara singkat, kasus Amistad bermula dari sebuah perjalanan dimana sebuah kapal mengangkut segerombolan orang-orang kulit hitam (Negro) untuk dijadikan budak, mereka diculik dari tempat tinggal mereka di sebuah desa di Afrika. Ditengah perjalanan, salah seorang Negro mampu melepaskan diri dari ikatan rantai dan melakukan pemberontakan bahkan pembunuhan terhadap awak kapal (penculik), hingga tersisa 2 orang yang bertugas sebagai nakhoda dan dipaksa para Negro untuk mengembalikan mereka ke desanya. Namun sayangnya, perjalanan kembali ke desa tidak sesuai harapan, justru kapal tersebut ditemukan oleh Angkatan Laut Amerika Serikat dan seluruh Negro ditangkap untuk kemudian diadili.[18]

13. My Cousin Vinny

(Prime Video)

Komedi ruang sidang berputar di sekitar Vinny Gambini, seorang pengacara / mekanik yang lulus ujian pengacara pada percobaan keenamnya dan sama sekali tidak memiliki pengalaman persidangan. Dia melakukan perjalanan ke Alabama dari Brooklyn, New York untuk membela sepupunya (Ralph Macchio) yang dituduh, bersama dengan teman seperjalanannya (Mitchell Whitfield), membunuh seorang pegawai toko.[19]

14. Music Box

(IMDb)

Music Box adalah sebuah film lawas produksi Tahun 1989 yang menceritakan kisah  seorang pengacara perempuan. Di mana pengacara perempuan tersebut berjuang membela seorang imigran dari Hungaria yang dituduh sebagai penjahat perang. Yang lebih memberatkan bagi sang pengacara ialah klien yang dibela kali ini adalah ayah kandungnya sendiri.[20]

Di dalam pengadilan pengacara perempuan yang bernama Anne Talbot (Jessica Lange) menyampaikan dalam pembelaannya bahwa ayahnya merupakan korban kesalahan identitas. Tetapi di dalam pengadilan, jaksa juga memiliki bukti yang sangat kuat dalam dakwaannya. Sehingga di dalam pengadilan terjadi perdebatan yang sangat sengit antara Anne Talbot dengan jaksa yang mengangani perkara. Jaksa tidak habis kekurangan akal untuk membuktikan bahwa Michael J. Laszlo (Ayah Anne Talbot) memang merupakan penjahat perang. Berbagai macam saksi didatangkan ke pengadilan, bahkan para saksi dari Hungaria juga didatangkan ke pengadilan untuk diperiksa. Di luar persidangan dalam perkara tersebut penduduk Amerika Serikat (AS) terjebak dalam kontroversi. Ada kelompok yang menyatakan dan menuduh bahwa Michael J. Laszlo memang merupakan penjahat perang dan harus dihukum seberat-beratnya. Tetapi juga ada kelompok masyarakat yang mendukung Michael J. Laszlo dan menyatakan ia tidak bersalah.[21]

Alhasil, karena kehebatan permbelaan dari Anne Talbot dan juga karena jaksa tidak mampu membuktikan secara gamblang di dalam fakta persidangan. Maka hakim dalam pengadlilan itu memutuskan bahwa Michael J. Laszlo tidak bersalah. Tetapi permasalahan baru terjadi setelah Anne Talbot terbang ke Hungaria langsung.  Di sana dia dipertemukan langsung dengan orang-orang yang menjadi korban kekejaman pasukan Nazi dalam perang dunia ke-II. Tidak hanya itu, Anne Talbot juga mendatangi tempat-tempat yang menjadi saksi penyiksaan dan pembantai yang dilakukan tentara Nazi. Sampai suatu ketika Anne Talbot, bertemu dengan seseorang yang memberikannya sebuah ‘kotak musik’ yang berisikan foto. Alangkah terkejutnya diirinya ketika melihat foto-foto tersebut, karena isi fotonya adalah ayahnya yang melakukan penyiksaan terhadap orang-orang yahudi. Di sinilah penyesalan dan dilematis melanda Anne Talbot. Realitas yang terjadi bahwa selama ini ia membela dan membebaskan seorang penjahat perang, meskipun sang penjahat perang tersebut itu adalah ayah kandungnya sendiri.[22]

15. 12 Angry Man

(cultura.id)

Film ini bercerita tentang 12 orang yang berperan sebagai juri di pengadilan AS untuk kasus pembunuhan tunggal. Sang terdakwa merupakan seorang anak kecil yang diadili karena dituduh telah membunuh ayahnya sendiri. Sebelum pengambilan keputusan persidangan, Sang hakim memberikan kesempatan 12 orang juri untuk berunding di satu ruangan kecil menentukan nasib sang terdakwa. Saat para juri berkumpul di suatu ruang khusus, masing-masing juri tanpa ragu menyatakan bahwa sang terdakwa memang bersalah dan pantas dijatuhi hukuman mati. Namun ada satu juri, yang dikenal sebagai juri no. 8 (Henry Fonda), yang meyakini bahwa terdakwa justru tidak bersalah. Dari sinilah diskusi berujung perdebatan antara para juri dimulai. Juri no. 8 tetap gigih dengan argumennya melawan 11 orang juri lainnya. Sepanjang durasi 1 jam 35 menit, kita akan diperlihatkan dialog intens antara 12 juri yang menyatakan argumennya masing-masing demi menentukan nasib sang terdakwa.[23]

Dengan setting lokasi yang hanya berada di satu ruangan kecil yang hanya disertai kipas angin kecil, kekuatan utama film ini terletak pada dialognya. Sebagai penulis naskah, Reginald Rose terbilang sangat berhasil dalam membangun dialog yang realistis. Percakapan antar para juri pun terkesan tidak terlalu mendramatisir, malahan terlihat sangat mengalir dan nyata. Dari segi penyutradaraan, Sidney Lumet sukses mengeksplorasi lebih dalam setiap karakternya. Kepiawaian Sidney Lumet dalam mengolah naskah Reginald Rose ke dalam format sinema seakan membawa para penonton untuk menjadi seorang pengamat yang hadir di dalam ruangan bersama 12 orang juri itu. Sebagai penonton, kita akan turut terbawa suasana yang tegang, panas, dan intens dari ruangan tersebut. Meskipun film ini didominasi oleh adegan percakapan, para penonton tidak akan merasa bosan karena alur film ini memang dibuat tidak bertele-tele dengan durasi yang hanya 1 jam 35 menit.[24]

17. Evelyn

(id.wikipedia.org.)

Kisah dimulai saat istri Desmond (Claire Mullan) secara tiba-tiba kabur meninggalkan keluarganya, yang dianggapnya tidak akan mendatangkan kemajuan, kecuali hanya kemiskinan dan kemelaratan, setelah Desmond (Pierce Brosnan) sebagai suaminya dipecat dari pekerjaannya. Menurut aturan hukum Irlandia di era itu, setiap anak yang orang tuanya menganggur atau tidak bekerja, wajib diserahkan hak asuhnya kepada negara dan sang anak akan ditempatkan di sebuah panti asuhan Katolik. Desmond, yang mencoba untuk mengembalikan anak-anaknya, apapun caranya, mulai berjuang. Salah satunya adalah dengan cara meminta tolong kepada teman-temannya yang secara tidak sengaja, dikenalnya ketika Desmond sedang mabuk-mabukkan di bar. Bahkan saat itu, Desmond Doyle sempat menyinggung teman-temannya tersebut, tanpa tahu bahwa mereka semua bisa menolong Desmond. Akhirnya, dengan penuh perjuangan tanpa kenal lelah, Desmond bersama Bernadette Beattie (Julianna Margulies) mencoba menghubungi kakaknya, Michael (Stephen Rea), seorang pengacara AS bernama Maurice (Hugh MacDonagh) dan kawannya yang bernama Thomas Connolly (Alan Bates).[25]

18. Intolerable Cruelty

(FilmAffinity)

George memerankan sosok seorang pengacara perceraian bernama Miles Massey. Reputasi Miles sebagai seorang pengacara yang sukses berhasil membuat dirinya dikagumi oleh banyak orang, termasuk koleganya. Ia menjadi salah satu pengacara yang cukup tangguh untuk dikalahkan. Suatu saat, kemampuan Miles dihadapkan pada sebuah tantangan baru ketika ia mendapati Edward Herrmann (Rex Rexroth) sebagai kliennya. Kala itu, Edward akan diceraikan oleh istrinya, Marylin Rexroth (Catherine Zeta-Jones), yang mendapati dirinya selingkuh. Namun, berkat kemampuan Miles, Marylin tidak berhasil mendapatkan sepeser pun uang kompensansi. Tidak ingin kalah begitu saja, Marylin berusaha untuk menyerang balik dan mendapatkan haknya dengan bantuan seorang pengusaha minyak terkenal (Billy Bob Thornton). Sayangnya, situasi menjadi makin rumit ketika Miles justru jatuh cinta dengan calon mantan istri kliennya tersebut.  Siapakah yang akan keluar sebagai pemenang dalam ajang adu taktik ini?[26]

19. Dark Waters

(Edwin Dianto-WordPress.com)

Dark Waters mengisahkan aksi seorang pengacara dalam membongkar konspirasi perusahaan kimia. Robert Bilott (Mark Ruffalo) mendapat laporan dari seorang petani bernama Wilbur Tennant (Bill Camp) soal peristiwa yang terjadi di kotanya. Karena mengenal baik keluarga Robert, Wilbur meminta bantuan sang pengacara untuk menyelidiki kematian hewan ternak di sekitar Parkersburg, Virginia Utara. Wilbur meyakini kejadian ini merupakan imbas dari pembuangan limbah kimia beracun oleh perusahaan DuPont. Setibanya di Parkersburg, Robert menemukan banyak kejanggalan pada organ tubuh 190 sapi yang mati dalam waktu hampir bersamaan. Hewan-hewan ternak ini memiliki gigi yang menghitam, organ yang membengkak, bahkan beberapa memiliki tumor.[27]

Pengacara perusahaan DuPont, Phil Donnelly (Victor Garber), menyatakan pihaknya tidak mengetahui kasus ini. Meski Phil berjanji akan mendampingi investigasi Robert, ia tetap memilih mengajukan gugatan pada DuPont Dari gugatan ini, Robert berhasil mendapatkan dokumen soal jenis limbah yang dibuang oleh perusahaan tersebut. Anehnya, tidak ada informasi yang bisa ditemukan. Robert menduga bahan kimia milik DuPont tidak terdaftar di Badan Perlindungan Lingkungan Hidup. Karena telah mengantongi izin pemerintah, Robert mendesak Phil agar menyerahkan dokumen-dokumen penelitian yang dimiliki kliennya. Dari sini, ada satu temuan mengejutkan yang berhasil didapatkan oleh Robert. Ternyata, perusahaan tersebut tengah meneliti efek jangka panjang perfluorooctanoic acid (PFOA) terhadap tubuh manusia. Bahan kimia ini digunakan dalam lapisan teflon dan DuPont tidak pernah merilis temuannya ke publik.[28]

20. A Few Good Men

(Paciran.id)

Film drama persidangan militer Amerika Serikat (AS) ini dimulai dengan kasus penembakan seorang tentara marinir bernama William Santiago (Michael DeLorenzo). Kematian Santiago sebetulnya sangat terang benderang, karena saat kematiannya, ada dua orang tentara marinir lainnya yang sedang bersamanya yaitu Harold Dawson (Wolfgang Bodison) dan Louden Downey (James Marshal). Kasus ini menjadi rumit karena penembakan tersebut dilakukan atas instruksi komandan pangkalan AS bernama Kolonel Nathan Jessup (Jack Nicholson). Semua prajurit yang ada di pangkalan tersebut kemudian secara berjamaah saling menutupi peristiwa tersebut, demi menjaga nama baik korpsnya.[29]

Kemudian mereka membuat skenario, dimana peristiwa kematian Santiago hanyalah sebuah pertengkaran biasa antar prajurit yang  berakhir dengan baku tembak. Akibat kuatnya ikatan saling melindungi di antara para prajurit, membuat penyelidikan berjalan sangat lambat. Sampai akhirnya pihak militer AS harus mengirimkan dua orang pengacara dan penyelidik dari luar pangkalan yaitu Letnan Daniel Kaffee (Tom Cruise) dan Letnan Joanne Galloway (Demi Moore) untuk mengawal kasus tersebut. Pada akhirnya Kolonel Jessup menjalani persidangan dan akhirnya muncullah istilah “Code Red”, yang merupakan peraturan yang tidak tertulis bahwa prajurit yang melanggar kedisiplinan harus dihukum, dengan hukuman diluar batas kemanusiaan. Dalam kasus Santiago, Dawson dan Downey diperintahkan atasannya untuk menghabisi nyawa Santiago, yang dianggap bisa membahayakan keselamatan korps karena suatu rahasia yang diketahuinya.[30] Penulis agaknya harus setuju, film ini mirip cerita kasus Brigadir J.

21. Lincoln Lawyer

(lionsgate/Kompas.com)

Pengacara Mickey Haller (Matthew McConaughey) menerima permintaan untuk menangani kasus yang menimpa Louis Roulet (Ryan Phillippe). Pemuda kaya raya asal Beverly Hills tersebut merupakan putra dari pengusaha properti Mary Windsor (Frances Fisher). Beberapa hari sebelumnya, Louis dilaporkan ke pihak berwajib atas tuduhan pemukulan brutal terhadap pekerja seks Regina Campo (Margarita Levieva). Haller dan rekannya, Frank Levin (William H. Macy) memulai penyelidikan dengan memeriksa sejumlah barang bukti. Dari sini, Haller pun teringat akan kasus Jesus Martinez (Michael Peña) yang juga pernah ia tangani.[31]

Martinez dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas kasus pembunuhan seorang wanita di Los Angeles. Serupa dengan Louis, Martinez juga bersikeras jika dirinya tidak terlibat. Haller pun membujuknya untuk mengaku bersalah agar terhindar dari hukuman mati. Setelah berbincang dengan Jaksa Maggie McPherson (Marisa Tomei), pengacara tersebut mulai menyusun teori atas kasus yang ia tangani. Haller meyakini jika Martinez bukan lah pelaku dari kasus pembunuhan tersebut, melainkan klien barunya Louis Roulet. Meski belum mengungkap temuannya pada siapa pun, Louis ternyata telah mengetahui hal ini. Ia pun masuk secara paksa ke rumah Haller suatu malam dan mengaku bahwa dirinya lah yang telah menjebak Martinez. Tidak berhenti disitu, Louis juga mengancam akan menghabisi nyawa Maggie dan orang-orang terdekat Haller.[32] Penulis dapat berkomentar bahwa dalam dunia praktik, tidak semua klien bersikap baik terhadap kuasa hukumnya.

22. Legally Blonde

(Tribunnews.com)

Elle Woods adalah seorang calon mahasiswa yang kaya, bergaya, dan ceria. Suatu saat dia dibawa pacarnya, Warner Huntington III, ke sebuah restoran mahal. Ella mengira Warner akan melamarnya, namun Warner justru memutuskannya karena dia ingin fokus dengan pendidikannya di Harvard Law School.[33]

Warner ingin menjadi politisi yang sukses. Oleh karena itu, dia merasa dirinya butuh pasangan yang sama pintarnya, tidak bisa dengan Elle yang menurutnya tidak cukup "serius" untuk kehidupan seperti itu. Elle kehilangan keceriaan setelah itu. Namun semangatnya kembali saat dia memiliki ide untuk menyesuaikan diri dengan Warner,  yaitu menyusulnya ke Harvard Law School.  Setelah berbulan-bulan belajar, Elle mendapat nilai 179 pada Tes Masuk Sekolah Hukum dan, dikombinasikan dengan IPK 4.0-nya, dia diterima di Sekolah Hukum Harvard. Di Harvard, terlihat jelas bahwa kepribadian sosialita Elle sangat kontras dengan teman-teman sekelasnya yang meragukan keseriusannya. Tak butuh waktu lama bagi Elle untuk bertemu Warner di sana, tapi ternyata Warner sudah bertunangan dengan Vivian Kensington, mahasiswa sekolah hukum yang menganggap Elle bodoh.[34]

Bukan hanya Vivian, ternyata Warner juga mengatakan bahwa Elle sedang membuang-buang waktunya di Harvard Law School karena dia tak cukup cerdas untuk berhasil menyelesaikan kuliahnya. Hal itu membuat Elle yang jengkel mendapat motivasi untuk belajar lebih giat dan menunjukkan pemahamannya tentang subjek tersebut. Semester berikutnya, Profesor Callahan, guru sekolah yang paling dihormati, memutuskan untuk mengambil beberapa mahasiswa tahun pertama untuk membantunya dengan sebuah kasus yang memiliki profil tinggi. Di antara mereka yang terpilih adalah Elle, Warner, dan Vivian. Callahan membela instruktur kebugaran terkemuka bernama Brooke Windham, salah satu panutan Elle. Dituduh membunuh suaminya, Brooke tidak mau memberikan alibi (dia kemudian mengungkapkan kepada Elle alibinya yang sebenarnya yang membuat Elle menjadi pembela utamanya dan Elle berjanji untuk tidak mengungkapkannya). Ikuti kisah seru Elle di Harvard, mulai dari kisah cintanya hingga usahanya dalam menangani masalah di pengadilan, dengan menonton Legally Blonde.[35] Hemat penulis, film ini terlalu dilebih-lebihkan, karena menceritakan seorang yang tadinya sangat nge-pop hingga menjalani profesi yang sangat serius sebagai lawyer. Film yang sangat Hollywood.

23. Bridge Of Spies

(id.wikipedia.org.)

Pada tahun 1957 di kota New York, Rudolf Abel (Mark Rylance) dituduh sebagai mata-mata untuk Uni Soviet. Pengacara asuransi James B. Donovan (Tom Hanks) ditugaskan untuk membela Rudolf, meskipun James merasa tidak enak, sehingga pengadilan Rudolf akan dianggap adil. Berkomitmen pada prinsip bahwa terdakwa layak mendapat pembelaan yang kuat, ia berhasil melakukan pembelaan terbaik atas Rudolf, menolak untuk bekerja sama dengan CIA untuk mendorongnya melanggar kerahasiaan komunikasinya dengan kliennya. Rudolf dihukum, tetapi James meyakinkan hakim untuk membebaskan Rudolf dari hukuman mati karena Rudolf telah melayani negaranya dengan terhormat dan mungkin berguna untuk pertukaran narapidana di masa depan. Akhirnya Rudolf dijatuhi hukuman 30 tahun dan James mengajukan banding ke Mahkamah Agung berdasarkan tidak adanya surat perintah penggeledahan yang pasti untuk menyita sandi dan peralatan fotografi Rudolf, tetapi hukumannya dijunjung tinggi. Karena pendiriannya yang berprinsip, James dan keluarganya dicemooh, termasuk serangan tembakan yang terjadi di rumah mereka.[36]

Pada tahun 1960, Francis Gary Powers (Austin Stowell), seorang pilot yang mengikuti program mata-mata rahasia CIA U-2, ditembak jatuh di atas Uni Soviet. Francis Gary ditangkap dan dalam sebuah persidangan, ia dijatuhi hukuman percobaan sampai sepuluh tahun kurungan, termasuk tiga tahun penjara.[37]

James menerima sepucuk surat dari Jerman Timur, yang mengaku dikirim oleh istri Rudolf, berterima kasih kepadanya dan mendorongnya untuk menghubungi pengacaranya, Wolfgang Vogel (Sebastian Koch). CIA menganggap hal ini sebagai pesan balasan yang mengisyaratkan bahwa Uni Soviet bersedia untuk melakukan pertukaran antara Francis Gary dengan Rudolf. Secara tidak resmi, mereka meminta James pergi ke Berlin untuk menegosiasikan pertukaran. James tiba tepat saat Tembok Berlin telah dibangun. Setelah menyeberang ke Berlin Timur, ia bertemu dengan perwira KGB di Kedutaan Soviet dan kemudian diarahkan ke Wolfgang, yang mewakili Jaksa Agung Jerman Timur. Jaksa Agung berusaha untuk menukar Rudolf dengan seorang mahasiswa pascasarjana Amerika Serikat bernama Frederic Pryor (Will Rogers), yang telah ditangkap di Jerman Timur tidak lama sebelumnya. Dalam prosesnya, Jerman Timur berharap mendapat pengakuan resmi oleh Amerika Serikat.[38]

CIA ingin James mengabaikan Frederic, tetapi ia menegaskan bahwa Frederic dan Francis Gary harus ditukar dengan Rudolf. Dalam sebuah pesan kepada Jaksa Agung, ia mengancam bahwa mereka akan melepaskan Frederic dan Francis Gary atau tidak akan ada kesepakatan. Ancaman itu sukses. Saat Rudolf dan Francis Gary berada di ujung Jembatan Glienicke, ada penundaan yang menegangkan sampai dipastikan bahwa Frederic telah dibebaskan di Checkpoint Charlie, Rudolf dan Francis Gary ditukar dan kembali ke tempat asalnya. Keesokan harinya, di Amerika Serikat, pemerintah secara terbuka mengakui James telah menegosiasikan kesepakatan yang memulihkan citra publiknya. Film ini berakhir dengan James yang membantu menegosiasikan pelepasan para marinir yang ditangkap saat invasi Teluk Babi yang gagal di Kuba.[39] Ini film yang cukup menarik, seorang pengacara asuransi menangani perkara pidana mata-mata yang sangat berbahaya.

24. The Firm

(Merahputih)

The Firm adalah sebuah film Amerika Serikat bengenre hukum, thriller dan drama, yang dibintangin oleh Tom Cruise dan Jeanne Tripplehorn sebagai pemeran utama dan disutradarai oleh Sydney Pollack. Setiap orang memerlukan dorongan untuk mencapai keadaan yang terbaik dalam hidupnya. Kemiskinan adalah salah satu dorongan yang dapat membuat seseorang berusaha sekuat tenaga untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan layak. Sama seperti Mitch McDeere (Tom Cruise) seorang anak yang terlahir dari keluarga miskin dan memiliki impian suatu saat dapat meperbaiki keadaan keluarganya agar hidup lebih layak. Untuk memperbaiki keadaan keluarganya, Mitch McDeere belajar dengan sangat tekun dan giat di Harvard Law School agar menjadi seorang pengacara yang andal. Usaha kerasnya tidak sia-sia, ia berhasil masuk jajaran lima besar dalam kelasnya, bahkan ia berhasil lulus dengan nilai tertinggi.[40]

Berhasil lulus dari Harvard Law School sembari mencari pekerjaan untuk dirinya dan banyak tawaran pekerjaan yang ia terima, tidak lama Mitch McDeere mendapat tawaran pekerjaan dari sebuah Law Firm Bendini, Lambert dan Locke yaitu sebuah firma hukum kecil yang ekslusif yang berada di Memphis. Firma hukum ini bergerak khusus untuk menangani masalah akuntansi dan pajak. Dari banyak tawaran yang dia terima, Mitch McDeere tergiur dengan Law Firm Bendini, Lambert dan Locke dan selanjutnya dia memerima tawaran dari Law Firm tersebut. Bersama istrinya, Abby (Jeanne Tripplehorn), Mitch pindah ke Memphis sembari belajar untuk mendapatkan lisensi kepengacaranya di Tennessee.[41]

Di kehidupannya yang baru itu, Mitch mulai memahami budaya profesional di sebuah firma hukum yang menuntut kesetiaan dan kerahasiaan berkat jasa Avery Tolar (Gene Hackman). Ketika sudah mulai memasuki dunia pekerjaan sesuai dengan bidangnya, Mitch mulai tergoda oleh uang dan tunjangan termasuk rumah, mobil, dan tunjangan untuk pendidikannya. Tidak lama, Mitch pun berhasil lulus ujian pengacara dan mulai bekerja selayaknya pengacara bekerja dalam sebuah firma, berjam-jam dihabiskannya dikantor untuk medapatkan kehidupan yang sudah diimpikannya sejak lama, tetapi tidak dengan kehidupan pernikahannya dengan Abby.[42]

Didalam pekerjaannya, Mitch bekerjasama dengan Tolar yang mulai mengetahui bahwa sebagian besar firma hukumnya membatu para klien kaya raya dengan menyembunyikan hartanya agar terhindar dari urusan pajak. Suatu ketika Mitch sedang melakukan perjalanan bisnisnya ke Cayman Island dan dia mendengar bahwa kliennya di Chicago mematahkan kaki sesorang dan menemukan sebuah dokumen yang mencurigakan di lemari yang terkunci. Dokumen tersebut ditemukan di rumah Tolar. Peristiwa ini ternyata berkaitan dengan empat rekannya di firma yang meninggal dalam keadaan yang tidak wajar.[43] Penulis berkomentar bahwa film ini adalah salah satu film awal yang menginspirasi untuk menggeluti profesi advokat.

25. The Devil's Advocate

(dictio.id)

Film the devil’s advocate mengisahkan tentang seorang pengacara muda bernama Kevin Lomax (Keanu Reeves). Kevin Lomax tinggal bersama dengan istrinya di sebuah daerah kecil, namun hal tersebut tidak menghalangi impian tinggi mereka berdua. Terutama bagi Kevin Lomax yang selalu ingin menjadi sosok pengacara kelas atas dengan kasus-kasus level atas. Impian tersebutlah yang membuat Levin Lomax menjadi sosok yang perfeksionis dan tidak pernah menerima kekurangan dalam tiap pekerjaannya. Hal tersebut dibuktikan karena tiap kali mendapatkan kasus maka Kevin Lomax akan memenangkan kasus tersebut. Meski kemungkinannya kecil namun Kevin Lomax selalu memberikan segala yang ia miliki untuk bisa memenangkan kasus tersebut.[44]

Meski hal tersebut harus dibayar oleh Kevin Lomax dengan waktu yang sangat sibuk. Untungnya, Kevin Lomax memiliki seorang istri yang selalu pengertian terhadapnya. Apalagi istrinya juga memiliki sifat yang hampir sama dengan Kevin Lomax yaitu seorang pekerja keras. Mereka berdua melakukan hal tersebut sebenarnya untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan tentunya membiayai hidup mereka.[45]

Hingga kemudian, Kevin Lomax mendapatkan kesempatan besar ketika ia mendapatkan undangan untuk bekerja di sebuah kantor pengacara di New York. Undangan tersebut didapatkan oleh Kevin Lomax setelah menyelesaikan kasus pelecehan seorang siswa yang dilakukan oleh seorang guru. Kepopuleran Kevin Lomax kemudian membuat kantor pengacara tersebut berani untuk memperkerjakan Kevin Lomax. Hingga kemudian, ia mengajak istrinya untuk tinggal di New York. Kehidupan baru sebagai seorang pengacara kemudian dimulai. Berkat bakat serta kerja keras yang dimiliki oleh Kevin Lomax langsung membuatnya mendapatkan pujian dari John Milton (Al Pacino). Namun John tidak ingin begitu saja mempercayai Kevin Lomax sebagai rekan pengacaranya. Berbagai tes kemudian harus dilewati oleh Kevin Lomax.[46] Komentar penulis, ini ialah salah satu film klasik yang menggambarkan secara berlebihan tentang profesi 'miring' advokat.

26. Erin Brokovich

(www.febriyanlukito.com)

Erin Brockovich adalah seorang ibu tunggal dengan tiga orang anak yang tidak memiliki pekerjaan. Sudah dua kali dia ditinggalkan “suami” begitu saja. Kemudian, ibaratnya sudah jatuh tertimpa tangga, dia pun gagal saat mengajukan tuntutan kepada dokter yang menangani kecelakaan mobil yang menimpa dirinya. Dia akhirnya berhasil membuat pengacara yang tidak berhasil menolongnya itu untuk mempekerjakan dirinya di Firma Hukum tersebut. Walau tanpa background pendidikan yang sesuai, dia melaksanakan tugasnya sebagai admin di kantor itu dengan maksimal, demi keluarganya. Suatu hari, firma tersebut menerima kasus pro-bono. Kasus terkait dengan real estate yang melibatkan satu perusahaan yang termasuk dalam Fortune 500 itu membuatnya tertarik dan akhirnya dia menyelidiki kasus tersebut dan menemukan beberapa kejanggalan. Berhasilkah dia menemukan dan menuntut perusahaan (Pacific Gas & Electric Company – PG & E) tersebut?[47] Sama seperti film Legally Blonde, film ini menginspirasi para Puan bahwa mereka juga bisa berkarir di profesi yang 'keras' seperti advokat.

27. Philadelphia

(nisa97.blogspot.com)

Andrew Becket (Tom Hanks) adalah seorang pengacara ternama dari firma hukum terkenal di Philadelphia. Dia seorang homoseksual yang tinggal bersama dengan pasangan gay-nya Miguel Álvarez (Antonio Banderas). Andy/Andrew Beckett menyembunyikan gaya hidupnya itu dari teman-teman maupun pimpinan di firma hukum tempat dia bekerja, pun dengan penyakit HIV/AIDS yang diperoleh dari akibat gaya hidupnya tersebut. Akhirnya setelah beberapa lama dengan berbagai kejadian, Andy dipecat dari firma hukum tempatnya bekerja dengan alasan tidak berkerja profesional selayaknya seorang pengacara. Andy dituduh menghilangkan berkas kasus yang sedang ditanganinya. Andy menduga bahwa memang ada seseorang yang sengaja menyembunyikan dokumen tersebut dan menjadikannya alasan pemecatan. Andy sepenuhnya percaya bahwa pemecatan dirinya sebenarnya disebabkan karena dia adalah seorang ODHA (orang dengan HIV/AIDS).[48]

Andy menggugat firma hukum yang memecatnya, dan menjadi pengacara atas dirinya sendiri karena tidak ada satupun teman yang bersedia membantu dan membelanya. Melihat segala bentuk diskriminasi yang diterima oleh Andy sebagai seorang ODHA membuat Joe Miller (Denzel Washington)  tergugah dan akhirnya bersedia menjadi pengacara dan menemani Andy dalam segala proses hukumnya. Setelah melewati beberapa kali persidangan dengan berbagai saksi dan bukti, Andy terjatuh saat testimoni Charles Wheeler (Jason Robards), pemimpin firma hukum sekaligus Tergugat. Andy langsung dibawa ke rumah sakit. Selama Andy rawat inap, para juri memutuskan memenangkan gugatannya dan mewajibkan Wheeler untuk membayar ganti rugi sebesar $4.5M kepada Andy atas segala rasa sakit, kekecewaan, diskrimasi dan penderitaan serta punitive damages yang dialami.[49] Film ini berkisah tentang kasus yang khusus, dan tentunya mungkin jarang dan masih tabu.

28. A Civil Action

(wikipedia)

Pengacara Jan Schlichtmann (John Travolta), bukanlah orang idealis sehingga sempat menolak kasus penuntutan oleh delapan keluarga di Woburn, New England atas kematian anak-anak mereka karena merasa tidak ada untungnya. Namun setelah tahu bahwa anak-anak tersebut meninggal karena kanker darah (leukemia) yang diakibatkan pencemaran air minum oleh bahan limbah dari 2 pabrik milik perusahaan besar, dengan segera Jan mencium komisi besar yang dapat diperoleh. Oleh karena itu, Jan dan kedua rekannya, Kevin Conway (Tony Shalhoub) dan James Gordon (William H. Macy) segera mengajukan kasus tersebut ke pengadilan.[50]

Namun Jan dan rekan-rekannya ternyata harus menghadapi pengacara lawan yang mewakili perusahaan yang dituduh mencemarkan air minum, Jerome Facher (Robert Duvall) yang memiliki reputasi hebat dalam kepengacaraan. Adu argumentasi hukum antara kedua pihak pengacara pun berkobar sehingga berlarut-larut. Demi memenangkan kasus tersebut Jan nekad mengeluarkan uang sangat banyak untuk membiayai penanganan kasus tersebut. Semula ia mengharapkan keuntungan banyak namun setelah mendengar kisah menyedihkan tentang anak-anak dari salah satu ibu korban, Anne Anderson (Kathleen Quinlan), hati Jan sangat tergerak.[51]

Sejak itu prioritasnya pun berubah, tidak lagi mengharapkan keuntungan baginya, melainkan berjuang untuk mendapatkan keadilan dan ganti rugi bagi para klien yang menderita itu. Walaupun ia harus mempertaruhkan karier dan kehidupan pribadinya. Bahkan sekalipun ia harus mengalami masalah finansial karena firma hukumnya terpaksa berhutang agar bisa meneruskan kasus tersebut di pengadilan. Bahkan ketika sebagian keluarga yang menuntut itu akhirnya bersedia menyelesaikan secara damai di luar pengadilan, Jan tetap tidak peduli dan tetap bertahan sehingga diprotes oleh rekan-rekannya yang sibuk menyelamatkan diri dari kebangkrutan imbas jalan yang ditempuh Jan.[52] Menurut penulis, ini salah satu film tentang gugatan class Action terkait isu lingkungan yang cukup baik.

29. The Judge

(Tribunnewswiki.com)

The Judge menceritakan sosok Henry Hank Palmer, seorang pengacara sukses yang harus kembali ke kampung halamannya karena mendapatkan kabar ibunya meninggal. Hank kembali ke Carlinville, Indiana untuk menghadiri pemakaman ibunya. Saat itu, ia malah teringat masa kecilnya yang terasa pahit dan menjadikan alasan mengapa dirinya pergi dari kota itu. Kenangan pahit itu juga membuat hubungan Hank dan ayahnya menjadi dingin. Hal itu juga membuat Hank malas bertemu lagi dengan ayahnya. Setibanya di kampung halaman, Hank dan ayahnya sulit mencairkan suasana karena sama-sama menahan egonya masing-masing. Namun kemudian Hank mengetahui bahwa ayahnya yang adalah seorang hakim di kota itu tertuduh dalam sebuah kasus pembunuhan. Hank yang berkerja sebagai pengacara terkenal pun harus membela sang ayah agar bebas. Namun dalam perjalanan kasus itu, Hank mendapatkan beberapa hambatan yang menyulitkannya. Akankah Hank berhasil membebaskan ayahnya?[53]

30. Primal Fear

(cultura.id)

Bercerita tentang seorang pengacara terkenal nan ambisius bernama Martin Vail yang diperankan Richard Gere. Ia adalah pengacara yang sangat menyukai sorotan publik dan terkenal bisa melakukan segala cara agar klien-kliennya bebas dari masalah hukum. Selain terkenal cukup licik, Vail juga terkenal sebagai pengacara yang cukup sombong. Suatu hari ia merelakan jasanya kepada Aaron Stampler dalam debutnya Edward Norton yang merupakan anggota paduan suara gereja uskup di Chicago. Stampler adalah seorang remaja yang didakwa atas pembunuhan seorang uskup agung di Chicago. Vail menemukan Stampler dengan gembira ketika melihat penangkapannya secara siaran langsung di televisi. Saat itu Stampler yang berlumuran darah berlari dari kejaran polisi dan ditonton oleh Vail. Ia menyambut gembira berita tersebut karena memperkirakan bahwa kasus Stampler bisa meningkatkan ketenarannya sebagai pengacara.[54]

Kemudian Vail menemui Sampler yang sudah ditangkap. Ia terlihat sebagai seorang remaja yang lemah lembut karena jelas terlihat ketakutan. Untuk melakukan kontak mata pun, Stampler merasa takut. Namun kasusnya menjadi rumit karena ia disimpulkan menderita kepribadian ganda oleh psikolog bernama Molly Arrington. Selain itu, kerumitan kasus ini juga setelah ditemukan bukti bahwa uskup agung terlibat dalam korupsi tentang tanah dan adanya rekaman video perbuatan cabul kepada umat mudanya, termasuk Stampler. Video itu membuat Vail dilema karena bisa membuat hakim simpati kepada Stampler. Tapi di sisi lain bisa menjadi motif pembunuhan baru kepada kliennya tersebut. Kepribadian ganda Stampler terkuat saat di pengadilan. Hal itu membuat hakim menyatakan ia tak bersalah karena kegilaan sehingga hanya diserahkan ke rumah sakit jiwa.[55]

31. The Rainmaker

(wikipedia.org.)

Rudy Baylor (Matt Damon) dibesarkan di sebuah perkampungan kumuh. Ayahnya, yang adalah seorang pecandu alkohol berat, menyiksa dirinya dan ibunya. Setelah belajar di Austin Peay State University, Rudy, yang memiliki minat dalam keadilan sosial dan hak-hak sipil, memutuskan untuk masuk sekolah hukum. Ketika ia lulus dari University of Memphis Law School State, ia, tidak seperti kebanyakan rekan-rekan lulusan nya, tidak memiliki pekerjaan dengan gaji tinggi berbaris. Dia dipaksa untuk mengajukan posisi paruh waktu saat ia menyajikan minuman di sebuah bar Memphis.[56]

Putus asa untuk pekerjaan, ia enggan pergi ke sebuah wawancara dengan J. Lyman "Bruiser" Batu (Mickey Rourke), seorang pengacara personal injury/cedera pribadi yang kejam dan korup tapi sukses. Untuk mendapatkan fee-nya, Rudy berubah menjadi sebuah pengejar ambulans, diperlukan untuk memburu klien potensial di rumah sakit setempat.[57]

Segera ia bertemu Deck Shifflet (Danny DeVito), seorang mantan penilai asuransi yang kemudian berbalik menjadi seorang paralegal, yang telah pergi ke sekolah hukum tetapi tetap gagal dalam ujian profesi advokat sebanyak enam kali.[58]

Rudy berhasil mendapatkan hanya satu kasus, mengenai asuransi dengan itikad buruk. Mungkin senilai beberapa juta dolar dalam kerusakan, yang menarik bagi dia karena perusahaan dimaksud potensial dinyatakan bangkrut. Kemudian Rudy menyewa sebuah apartemen di atas garasi di rumah orang tua Nona Birdsong (Teresa Wright), klien yang sedang menyusun surat wasiat.[59]

Kantor hukum J. Lyman tempatnya bekerja diduga pemerasan, dan kantor-nya diserbu oleh Polisi dan FBI. Tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan, Rudy dan Deck kemudian ke luar dari kantornya J. Lyman dan mendirikan kantor sendiri. Kemudian mereka mengajukan gugatan itikad buruk atas nama pasangan setengah baya, Dot dan Black Buddy, yang anaknya 22 tahun Donny Ray (Johnny Whitworth) akan mati karena leukemia. Donny Ray kemungkinan besar bisa diselamatkan melalui tindakan medis berupa transplantasi sumsum tulang belakang, ia memiliki klaim medis dalam polisnya, akan tetapi ditolak oleh Great Benefit (operator asuransi keluarga yang beritikad buruk).[60]

Meskipun Rudy lulus ujian profesi advokat di negara bagian Tennessee, dia tidak pernah berpraktik sebelumnya, dimana ia harus berhadapan dengan hakim dan juri. Pada kasus itu dia menemukan dirinya melawan sekelompok pengacara yang berpengalaman dan licik dari sebuah firma besar yang dipimpin oleh Leo F. Drummond (Jon Voight), seorang pengacara pemain sandiwara yang menggunakan taktik yang tidak bermoral untuk memenangkan kasus nya.[61]

Hakim asli ditugaskan untuk kasus ini, Harvey Hale (Dean Stockwell), diatur untuk mengabaikan hal itu karena ia melihatnya sebagai salah satu dari banyak disebut "lotre" kasus yang memperlambat proses peradilan. Tapi setelah Hale menderita serangan jantung fatal, hakim jauh lebih simpatik, Tyrone Kipler (Danny Glover), mengambil alih kasus ini. Kipler, mantan pengacara hak-hak sipil, segera membantah permohonan perusahaan asuransi untuk penolakan gugatan.[62]

Sambil mempersiapkan kasusnya, Rudy mendapat informasi bahwa seorang wanita muda yang ditemuinya di rumah sakit, Kelly Riker (Claire Danes), istri babak belur yang suaminya, Cliff (Andrew Shue), telah dipukuli begitu kejam dengan tongkat baseball bahwa dia harus dirawat di rumah sakit. Setelah serangan dengan kekerasan itu, Rudy membujuk Kelly, kepada siapa ia tertarik, untuk mengajukan gugatan cerai.[63]

Mereka kemudian pergi ke rumah Kelly untuk berkemas barang-barang miliknya, Rudy dan Kelly berhadapan dengan Cliff. Setelah Cliff melukai Rudy kemudian menarik pistol pada dirinya, Rudy meraih tongkat baseball dan menghantamkannya ke Cliff. Untuk mencegah Rudy terlibat, Kelly mengatakan pada polisi dia sendirian yang membunuh suaminya untuk membela diri. Rudy berjanji untuk membela Kelly jika kasus tersebut masuk ke pengadilan, namun jaksa menolak untuk mengadili, mengetahui Kelly tidak akan pernah dihukum.[64]

Donny Ray meninggal, tetapi sebelum memberikan deposisi melalui video. Kasus tersebut masuk ke pengadilan, di mana Drummond mendapati keuntungannya karena lebih berpengalaman dari Rudy. Dia mendapat kesaksian penting oleh saksi kunci Rudy, mantan Benefit karyawan besar Jackie Lemanczyk (Virginia Madsen), dicoret dari catatan, dan upaya untuk mendiskreditkan ibu Donny Ray (Mary Kay Place). Karena single-minded tekad Rudy dan juga karena terampil dalam pemeriksaan silang/cross-examination dari presiden Great Benefit, yaitu Wilfred Keeley (Roy Scheider), juri mengabulkan gugatan penggugat dengan penghargaan moneter yang jauh melebihi semua harapan.[65]

Ini adalah kemenangan besar bagi Rudy dan Deck, setidaknya sampai Keeley mencoba untuk meninggalkan negara bagian dan Great Benefit menyatakan dirinya bangkrut, sehingga tidak mampu membayar Blacks atau para penggugat lainnya. Meskipun tidak ada realisasi pembayaran untuk orang tua penggugat yang tengah berduka, atau biaya untuk Rudy atau Deck, Black lega bahwa Great Benefit dinyatakan bangkrut dan tidak akan menyakiti keluarga lainnya seperti mereka.[66]

Yakin keberhasilannya akan menciptakan harapan yang tidak realistis untuk kliennya di masa yang akan datang, Rudy meninggalkan praktek pengacaranya untuk memulai karir mengajar studi hukum. Dia meninggalkan kota dengan Kelly. Dia meninggalkan profesi hukum setelah hanya satu kasus yang berhasil.[67] Penulis masih ingat benar film ini, menontonnya ketika selesai kuliah di sekitar tahun 2007, teringat masa awal membangun karir di dunia hukum. 
____________________
References:

1. "Sinopsis "A Time to Kill", Kebenaran adalah Campuran Adil dan Batil dalam Takaran yang Pas", www.kompasiana.com., Diakses pada tanggal 1 Oktober 2022, https://www.kompasiana.com/ardiewinata/5b9c9513aeebe12fc96d5485/sinopsis-a-time-to-kill-kebenaran-adalah-adil-batil-dalam-takaran-yang-pas
2. "FILM - Judgement at Nuremberg (1961)", www.tribunnewswiki.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.tribunnewswiki.com/2020/01/05/film-judgement-at-nuremberg-1961
3. Ibid.
4. Ibid.
5. "Hari Ini 59 Tahun Lalu, Novel Peraih Pulitzer "To Kill a Mockingbird" Terbit", www.kompas.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://internasional.kompas.com/read/2019/07/11/10582571/hari-ini-59-tahun-lalu-novel-peraih-pulitzer-to-kill-a-mockingbird#:~:text=To%20Kill%20a%20Mockingbird%20menceritakan,penuh%20dengan%20prasangka%20dan%20rasisme.&text=Karya%20inilah%20yang%20mengantarkannya%20meraih,tahun%201961%20untuk%20karya%20fiksi.
6. "The Paradine Case", harlanisalim.blogspot.com., Diakses pada tanggal 2 oktober 2022, https://harlanisalim.blogspot.com/2008/12/paradine-case.html
7. Ibid.
8. Ibid.
9. "Inherit the Wind", harlanisalim.blogspot.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://harlanisalim.blogspot.com/2008/09/inherit-wind.html
10. "Anatomy of a Murder", harlanisalim.blogspot.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://harlanisalim.blogspot.com/2011/11/anatomy-of-murder.html
11. "[Review] Witness For The Prosecution (1957)", rizky-muzakki.blogspot.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, http://rizky-muzakki.blogspot.com/2012/08/review-witness-for-prosecution-1957.html
12. Ibid.
13. Ibid.
14. "'THE CONSPIRATOR', Konspirasi Menggulingkan Kepala Negara", www.kapanlagi.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kapanlagi.com/film/internasional/the-conspirator-konspirasi-menggulingkan-kepala-negara.html
15. "The Verdict", id.wikipedia.org., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/The_Verdict
16. "Presumed Innocent (Praduga Tak Bersalah)", www.aksiku.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.aksiku.com/2017/01/presumed-innocent-praduga-tak-bersalah.html
17. "Justice For All", serikatnews.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://serikatnews.com/justice-for-all/
18. "Amistad, Perjuangan Pengacara Membebaskan 'Budak'", Kompasiana.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kompasiana.com/wilopo-husodo/54f938aca33311fc078b48ef/amistad-perjuangan-pengacara-membebaskan-budak
19. "'My Cousin Vinny': Di mana Pemeran Film Klasik Hari Ini? – Lembar Cheat Showbiz", quoteskeren.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://quoteskeren.com/my-cousin-vinny-di-mana-pemeran-film-klasik-hari-ini-lembar-cheat-showbiz/
20. "Tegakkan Hukum atau Keadilan?", rahmanabkk.blogspot.com., Oleh: Nur Rachmansyah, Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, http://rahmanabkk.blogspot.com/2014/05/tegakkan-hukum-atau-keadilan.html
21. Ibid.
22. Ibid.
23. "12 Angry Men Review: Perdebatan Dua Belas Orang tentang Hukum & Moralitas", cultura.id., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.cultura.id/12-angry-men-review#:~:text=%E2%80%9C12%20Angry%20Men%E2%80%9D%20bercerita%20tentang,dituduh%20telah%20membunuh%20ayahnya%20sendiri.
24. Ibid.
25. "Evelyn (film)", id.wikipedia.org., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Evelyn_(film)#:~:text=Evelyn%20adalah%20sebuah%20film%20drama,anaknya%20pada%20tahun%201950%2Dan. 
26. "Sinopsis Intolerable Cruelty, Film Komedi Romantis yang Dibintangi George Clooney", www.kompas.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kompas.com/hype/read/2021/07/14/160713366/sinopsis-intolerable-cruelty-film-komedi-romantis-yang-dibintangi-george
27. "Sinopsis Dark Waters, Mark Ruffalo Membongkar Konspirasi", www.kompas.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kompas.com/hype/read/2020/11/18/084222466/sinopsis-dark-waters-mark-ruffalo-membongkar-konspirasi?page=all
28. Ibid.
29. "Sinopsis A Few Good Man: Film Lawas Dengan Alur Cerita Mirip Kasus Brigadir J", Kabarbintang.id., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kabarbintang.id/sinopsis-a-few-good-man-film-lawas-dengan-alur-cerita-mirip-kasus-brigadir-j/
30. Ibid.
31. "Sinopsis The Lincoln Lawyer, Pengacara di dalam Permainan Pembunuh", www.kompas.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kompas.com/hype/read/2021/03/04/104606366/sinopsis-the-lincoln-lawyer-pengacara-di-dalam-permainan-pembunuh?page=all
32. Ibid.
33. "Sinopsis Film Legally Blonde: Mengejar Mantan hingga ke Kampus Harvard", yoursay.suara.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://yoursay.suara.com/entertainment/2022/05/26/152905/sinopsis-film-legally-blonde-mengejar-mantan-hingga-ke-kampus-harvard
34. Ibid.
35. Ibid.
36. "Bridge of Spies (film)", id.wikipedia.org., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Bridge_of_Spies_(film)
37. Ibid.
38. Ibid.
39. Ibid.
40. "The Firm (1993)", www.kompasiana.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kompasiana.com/meldanainggolan3597/60bf7b35d541df776741f072/the-firm-1993
41. Ibid.
42. Ibid.
43. Ibid.
44. "Bagaimanakah sinopsis The Devil’s Advocate?", www.dictio.id., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.dictio.id/t/bagaimanakah-sinopsis-the-devil-s-advocate/42864
45. Ibid.
46. Ibid.
47. "Review Film Erin Brockovich: Nikmatnya Bonus 2 Juta Dollar", www.febriyanlukito.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.febriyanlukito.com/review-film-erin-brockovich-inspirasi-dari-ibu-tunggal/
48. Ibid.
49. Ibid.
50. "'A CIVIL ACTION' Sinema Gemilang Indosiar ", www.kapanlagi.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.kapanlagi.com/showbiz/televisi/a-civil-action-sinema-gemilang-indosiar-zelttib.html
51. Ibid.
52. Ibid.
53.  "FILM - The Judge (2014)", www.tribunnewswiki.com., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.tribunnewswiki.com/2019/10/24/film-the-judge-2014
54. "Primal Fear Review: Twist Mengejutkan Dari Rumitnya Kasus Pembunuhan Uskup", www.cultura.id., Diakses pada tanggal 2 Oktober 2022, https://www.cultura.id/primal-fear-review
55. Ibid.
55. Ibid.
56. "The Rainmaker Film Review", heremoviereview.blogspot.com., Diakses pada tanggal 1 Oktober 2022, http://heremoviereview.blogspot.com/2016/09/the-rainmaker-film-review.html
57. Ibid.
58. Ibid.
59. Ibid.
60. Ibid.
61. Ibid.
62. Ibid.
63. Ibid.
64. Ibid.
65. Ibid.
66. Ibid.
67. Ibid.

Sabtu, 01 Oktober 2022

Tentang Ancaman Pidana Memasuki Pekarangan Orang Lain Tanpa Izin

(iStock)

Oleh:
Tim Hukumindo

Pada kesempatan yang lalu platform www.hukumindo.com telah membahas mengenai "Is Resigning Workers Obtain Severance Payment?", "Subjek Dan Rumusan Delik" dan "Istilah Dan Pengertian Delik", pada kesempatan ini akan dibahas mengenai 'Tentang Ancaman Pidana Memasuki Pekarangan Orang Lain Tanpa Izin'. Jika anda bertamu ke rumah orang lain, selain diperlukan tata krama untuk diterima ditempat yang anda tuju, tidak salah jika anda juga mengetahui aturan hukum pidana dalam hal  masuk ke rumah orang lain tanpa disertai izin oleh yang bersangkutan. Untuk berjaga-jaga saja jika keadaan tidak seperti yang anda bayangkan.

Dasar Hukum 

Bunyi Pasal 167 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP):[1]
"Barang siapa memaksa masuk ke dalam rumah, ruangan atau pekarangan tertutup yang dipakai orang lain dengan melawan hukum atau berada di situ dengan melawan hukum, dan atas permintaan yang berhak atau suruhannya tidak pergi dengan segera, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah."

Jika kita teliti lebih dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP sebagaimana telah dikutip di atas, maka ancaman yang dijanjikan oleh KUHP adalah pidana penjara paling lama sembilan bulan. Dengan kata lain, ancaman pidananya adalah di bawah satu tahun. Adapun unsur-unsur Pasal 167 ayat (1) KUHP ini di antaranya adalah: "Barangsiapa", "masuk secara paksa dengan cara melawan hukum atau berada di situ secara melawan hukum", "ke dalam rumah, ruangan atau pekarangan tertutup, atas permintaan yang berhak atau suruhannya tidak segera pergi".

Menurut R. Soesilo, yang dimaksud dengan Pidana Memasuki Pekarangan Orang Lain Tanpa Izin dapat dikategorikan dalam dua formula, yaitu:[2]
  1. Dengan melawan hak masuk dengan paksa ke dalam rumah, ruangan tertutup, dan sebagainya;
  2. Dengan melawan hak berada di rumah, ruangan tertutup, dan sebagainya, tidak dengan segera pergi dari tempat itu atas permintaan orang yang berhak atau atas nama orang yang berhak.

Penjelasan 

Masuk dengan paksa di sini, masih menurut R. Soesilo adalah harus adanya pernyataan kehendak terlebih dahulu dari yang mempunyai hak atau dari si empu-nya pemilik rumah/pekarangan. Pernyataan kehendak ini bisa dalam bentuk perkataan, perbuatan maupun dalam bentuk tulisan. Dalam bentuk perkataan contohnya adalah si empu-nya pemilik rumah mengeluarkan kata-kata supaya dengan segera untuk pergi dari wilayah rumah-nya. Dalam bentuk perbuatan misalnya menjadikan orang yang dituju segera ke luar dari rumah dimaksud. Dalam bentuk tulisan misalnya terdapat bacaan "DILARANG MASUK". 

Dalam arti setelah diperingatkan kemudian orang yang diperingatkan mengikuti peringatan sebagaimana telah diterangkan di atas, maka tidak dapat dijerat dengan Pasal 167 ayat (1) KUHP dimaksud. Sebaliknya, dalam hal setelah diperingatkan kemudian orang yang diperingati tidak mengikuti peringatan, bahkan kemudian masuk secara tanpa izin, maka besar kemungkinan dapat dijerat dengan Pasal 167 ayat (1) KUHP tersebut. 

____________________
References:

1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP);
2. "Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal", R. Soesilo, Politeia, Bogor, 1991.

Senin, 26 September 2022

Is Resigning Workers Obtain Severance Payment?

(iStock)

By:
Team of Hukumindo

Previously, the www.hukumindo.com platform has talk about "Knowing Conditional Leave According to Indonesian Law", "Knowing Parole in Indonesia", you may read also "A Brief Insight of Assimilation in Indonesia" and on this occasion we will discuss about 'Is Resigning Workers Obtain Severance Payment?'. 

Recently, we were presented with news in cyberspace about the layoffs that befell 'Shopee' employees. Of course this is not good news to hear for both employers and workers. Although this article is not directly related, it will discuss the other side of the termination of the employment relationship between workers and employers, namely related to the rights of workers who decide to resign. Is Resigning Workers Obtain Severance Payment? That's roughly the main question of this article.

Legal Basis of Resign in Indonesian Law

Provisions related to resigning have been regulated in Government Regulation (PP) Number 35 of 2021 concerning Work Agreements for Certain Time, Outsourcing, Working Time and Rest Time, and Termination of Employment. The regulation contains Article 36 letter I which reads, the worker or laborer resigns of his own free will and must meet the following requirements:[1]
  • Submit a written application for resignation no later than 30 (thirty) days prior to the start date of the resignation;
  • Not bound in the bond of service; and
  • Continue to carry out their obligations until the date of resignation.

These requirements must be met by employees who wish to resign from their jobs. First, understand the conditions listed in the regulations before you find out about severance pay.[2] The important thing regarding resignation is that it is not done suddenly or hastily, according to the rules as referred to above, it is done within 30 days of written notification. In addition, they continue to carry out their work obligations until the date of resignation arrives, although in practice, before the date of resignation, handovers have been carried out to other workers.

Is Resigning Get Severance Pay? 

Every worker has his own rights and obligations. What about employees who decide to leave the company? Are there any rights that can be obtained by them? The answers to questions related to the rights of employees who resign have been recorded in Government Regulation (PP) Number 35 of 2021, to be precise in Article 50, that workers or laborers who resign of their own accord and meet the requirements as referred to in Article 36 letter I are entitled to:[3]
  1. Compensation money in accordance with Article 40 paragraph (4); and
  2. Separation money, the amount of which is regulated in the Employment Agreement, Company Regulations or Collective Labor Agreement.

What is meant by compensation money? (a) Annual leave that has not been taken and has not yet in due date condition; (b) The cost or cost of returning the worker or laborer and his family to the place where the worker or laborer is accepted to work; and (c) Other matters stipulated in the Employment Agreement, Company Regulations or Collective Labor Agreement. (d)  Furthermore, Article 58 (1) regulates employers who include workers or laborers in the pension program in accordance with the provisions of the legislation in the field of pension funds.[4] 

What is meant by separation money? Separation money is money given by the company as an award for the dedication and loyalty of employees during a certain period of service with good performance, and is a compensation for the absence of severance pay and service fees. Separate money is usually given specifically to employees whose duties and functions do not directly represent the employer (non-management committee). In contrast to severance pay, compensation for entitlements, and service pay, this severance pay is based on the employment contract and company policies.[5]

From the provisions as explained above, employees who resign or resign do NOT obtain severance pay. And if you have any legal issue with this topic (rights of workers who decide to resign), contact us then, feel free in 24 hour, we will be happy to assist you.


*) For further information please contact:
Mahmud Kusuma Advocate
Law Office
Jakarta - Indonesia.
E-mail: mahmudkusuma22@gmail.com

________________
References:

1. "Karyawan Resign Berhak Dapat Pesangon? Cek Aturannya!", www.cnbcindonesia.com., diakses pada tanggal 26 September 2022, https://www.cnbcindonesia.com/mymoney/20220204150921-72-312945/karyawan-resign-berhak-dapat-pesangon-cek-aturannya
2. Ibid.
3. Ibid.
4. Ibid.
5. "Perbedaan Uang Pisah dan Pesangon yang Wajib Diketahui", glints.com., Diakses pada tanggal 26 September 2022, https://glints.com/id/lowongan/perbedaan-pesangon-dan-uang-pisah/#.YzDk_X1Bxdg

Massachusetts Court Jurisprudence: Wedding Ring Must Be Returned If Marriage is Void

   ( iStock ) By: Team of Hukumindo Previously, the www.hukumindo.com platform has talk about " A Young Woman From England, Falls In Lo...